Rinai Hujan

Assalamu ‘alaikum, guys... kembali lagi dengan tulisan-tulisan yang lebih   banyak unfaedahnya ini. Beberapa waktu lalu, salah seorang teman mention saya sebuah video, lebih tepatnya film pendek. Kisah salah seorang aktris malaysia yang   bernama Neelofa. Di   film   tersebut menceritakan   tentang kisah true story-nya dengan salah   seorang   lawan    mainnya di sebuah drama yang berjudul “Suri Hati Mr.   Pilot”, dimana mereka saling menyukai tapi tidak   berjodoh. Si Lelaki memilih menikah dengan yang lain, dengan alasan i don’t know, itu   urusan mereka, ya.   Ini bukan lapak gosip entertainment. Wkwk. Pertanyaannya, kenapa teman saya mentionin video tsb ke saya? Because, katanya kisah perjalanan   cinta Neelofa dan Fattah Amin   ada kemiripan dengan kisah saya. Masa, sih? Haha. Dan ketika saya menonton video tersebut, saya jadi terbawa arus. Bawaannya kesian ke   Neelofa. Pengen mewek tapi malu sa...

Jejak mu masih tertinggal... Pada tanah basah, Disisa hujan...  Meski beku, Kau masih saja kucari dibalik rinai... Meski gigil tubuhku, Kau masih menenangkan lewat kenangan lalu... Meski gemeletuk gigiku, Tetap ku eja namamu dalam do'a, Di sebalik hujan satu-satu, dengan ashar juma'at yg berpadu jadi ijabah, Kulantunkan syahdu pada Rabbku, "Jika bukan kau, semoga lebih baik pengganti yang datang setelahmu". Kuaamiinkan.

Dia melangkah gugup. Debaran jantungnya berirama cepat, seakan berpacu dengan waktu. Bulir-bulir keringat pun mulai muncul di pelipisnya. Ini hari yang berat baginya. Tapi, ia harus tetap melangkah. Diketuknya daun pintu yang ada dihadapannya, lalu membalikkan badan. Terdengar suara langkah kaki menyambut. Pintu berderit. Sosok lelaki paruh baya muncul dibalik pintu. Kumis dan janggutnya tampak putih termakan usia. Tapi garis-garis ketampanan sewaktu muda, masih tersisa di wajahnya. Lelaki itu mengerutkan kening, tanda belum mengenal siapa yang datang bertamu. "Assalamu 'alaikum" sapa si tamu yang masih saja berdiri di ambang pintu. "Wa'alaikum salam. Cari siapa?" Suara yang cukup berwibawa namun terdengar tegas. Membuat nyali sang tamu mulai menciut. "Benar ini rumahnya pak Umar?" Si tamu memastikan jika rumah yang didatangi tak salah alamat. "Saya sendiri." Jawab Lelaki sang empunya rumah. "Saya ada perlu dengan Bapak. Bol...

Setiap saat, ada yang tumbuh Semakin bersemi oleh hujan yang datang basahi halamanku Ini disebut apa, ketika kau terbiasa dengan sesuatu lalu ia pergi? Rindu? Tapi, bukankah rindu itu tak meluluh soal sesuatu yang pernah terjadi, lalu pergi? Karena, terkadang aku merasa rindu pada sesuatu yang belum pernah aku temui. Aku tak tahu itu apa. Ini sekedar rindu tanpa kuharap temu hanya mengenang kisah dulu yang pernah dilalui, lalu kini tak lagi. Kubuka kisah-kisah lama pada lembaran akun Facebook, WhatsApp, Instagram, dan Twitter. Dan aku merindu. Bahkan, semua memori ikut tertarik masuk ke dalam kaset di benakku. Saling berkaitan jadi cerita. Ah, ini ocehan apa. Aku sudah ngelantur kemana-mana. Aku hanya ingin berkata "aku rindu". Itu saja.

Bahagia itu apa, sih? Setiap orang selalu mencari hal yang satu ini. Dan kerap kali bertanya sendiri, apakah aku bahagia? Banyak orang yang hampir memiliki semua sisi keduniawian. Mobil mewah, rumah bak istana, pasangan yang rupawan, anak-anak yang lucu, tapi tetap saja mencari tahu tentang kebahagiaan. Sewaktu kecil, kebahagiaanku terletak pada waktu bermain dan bersama Ibu. Namun, ketika beranjak dewasa, tak ada lagi permainan dan Ibu sudah tak disini. Apakah aku kehilangan kebahagiaan? Ya. Beberapa waktu. Hingga aku dipertemukan definisi kebahagiaan yang baru. Yaitu hidayah. Roda waktu berputar. Silih berganti ujian datang. Kian hari badan terkikis, airmata mengalir setiap saat. Apakah karenanya aku tak lagi bahagia? Tidak. Aku masih punya definisi kebahagiaan yang lain, yakni sabar. Maka, sebuah keputusan membawaku kembali ke tempat yang dulu pernah kusinggahi. Kembali menjalani hari penuh perjuangan dan kesendirian. Tapi, tak henti kurapalkan di hati, bahwa Dia selalu ...