Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"




Buku kumpulan qoute motivasi terbitan gyfra publishing telah sampai ke tangan pembaca. Alhamdulillah. Jadi, aku mau bahas latar belakang qoute yang aku tulis di buku tersebut. Cekidot.


Sebelum lebih jauh, kita cari tahu terlebih dahulu apa sih arti berdamai? Menurut KBBI, berdamai adalah berbaik kembali atau berhenti bermusuhan. Jadi, dalam suatu keadaan, about friends or family's or life's or about everything, yang awalnya kita senang, bahagia, bersuka cita dengannya. Lalu karena suatu hal, keadaan menjadi berbalik. Kita jadi benci, marah, nggak suka dengan sesuatu itu. Kita berusaha untuk kembali. Menghilangkan rasa benci, rasa tidak sukanya. Nah, inilah pengertian kita tentang berdamai. 


Sering dengar tentang "berdamai dengan diri sendiri" atau "penerimaan diri"? 

Beberapa orang pernah ada dalam fase dimana membenci dirinya. Menyalahkan diri sendiri yang tidak becus, yang tidak mampu berbuat apa - apa untuk mengubah suatu keadaan. Dan itu tidak menyenangkan. Sama tidak menyenangkannya jika kita terus - terusan menyalahkan orang lain karena suatu hal yang bukan mereka penyebabnya. Aku pernah berada dalam dua fase itu. Menyalahkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Dan ditambah satu lagi, menyalahkan keadaan. Aku berada dalam quarter life krisis. Bingung dan nggak tahu lagi bagaimana cara untuk kembali seperti semula. 

Banyak hal yang mendasarinya. Kejadian masa kecil hingga remaja, dan setelahnya. Panjang banget kalau mau dirunut satu persatu. 


Aku pernah membenci beberapa orang karena merasa orang tersebut mengambil bagian dari diriku, mengambil kebahagiaanku. Yang tak kumengerti saat itu (sebenarnya bukan tidak mengerti hanya tidak ingin mengerti) bahwa aku tak punya apa - apa. Apa yang menurutku mereka ambil bukanlah milikku. Ada yang lebih berkuasa dari pada aku. Yang memiliki kita, yang Menciptakan kita. 


Menyimpan luka dan rasa sakit dalam jangka waktu lama sangat tidak baik untuk kesehatan fisik dan psikis. 

Hati jadi keras. Pikiran sulit untuk berprasangka baik. 


Seiring berjalannya waktu, pengalaman hidup membuat kita jadi lebih dewasa dan berpikir lebih matang. Akhirnya sedikit demi sedikit belajar untuk menerima semuanya. Belajar lagi soal keimanan terhadap takdir. Dan yang aku dapatkan adalah kelegaan. Jiwa jadi lebih lapang setelah berdamai dengan semuanya. Toh kita juga jadi takut jika masih saja menyimpan benci kepada seseorang, dihari kemudian malah jadi pemberat timbangan dosa kita. Na'udzubillah. 

Nah. Itu sekilas tentang qoute yang aku tulis di buku Berdamai dengan Takdir. Maaf jika penjelasannya mutar sana - sini. Haha.


Oh ya, kalau pesan bukunya bisa langsung kontak aku di WA, email, atau di IG. 

Selamat membaca dan selamat berdamai dengan takdir.




Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tak Perlu Definisi (Untuk Yang di Masa Depan #7)