Posts

Showing posts from July, 2020

Aisyah dan kakeknya

Image
Pendidikan bagi seorang anak harus dimulai sejak dini (bahkan sejak dalam kandungan). Pun saya menyadari itu. Tapi terkadang Memberi nasihat kepada orang lain ternyata lebih mudah ketimbang mempraktekkannya pada kehidupan sendiri. Inginnya mendidik dengan lemah lembut, tapi justru yang keluar dari lisan adalah amarah. Meski belum memiliki anak sendiri, namun profesi saya mendekatkan saya dengan dunia anak-anak. Begitu pula ketika saya harus kembali ke kampung halaman, saya harus berhadapan setiap harinya dengan satu ponakan yang sangat "pintar". Aisyah namanya. Si kecil yang berumur 3 tahun ini saya tinggal ketika masih belum mampu berkata-kata. Tetapi setelah satu tahun akhirnya bertemu lagi, dia sudah memiliki banyak kosa kata. Dari bahasa daerah hingga bahasa Indonesia. Dari kata berkonotasi buruk hingga yang baik. Dia seperti keponakan saya yang lain, orang dewasa terperangkap di tubuh anak kecil. Sok tahu, kritis, dan banyak tanya.  Orang di rumah ; Ibu, Ayah, paman, dan

About Niqab

Image
Suatu hari, datanglah salah seorang saudari fillah ke rumah. Kami baru bertemu lagi setelah setahun lebih. Alhamdulillah, Allah beri kemudahan untuknya memakai niqab. Sambil bercerita tentang kisah warna warninya hingga di ACC oleh ibu bapaknya, saya menangis haru. Sekaligus sedih yang cukup dalam. Matanya ikut berkaca sambil menguatkan saya. "Yang sabar ukh, suatu saat Allah pasti bolak balikkan hatinya". Saya mengusap mata dengan ujung kerudung. Sungguh pahit sekali sebuah kenyataan hidup. Dimana kamu harus berjuang taat di tengah lingkungan buruk dan tak ada yang mendukung. Ujian ini sudah 4 tahun tak kunjung usai. Masih itu-itu saja.  Yang lebih menyakitkan adalah ketika ada orang yang justru diberi kemudahan untuk memakainya, tetapi setelah dipakai dibuka lagi, seperti tak ada harga. Sungguh pada detik saya mengetik ini, dan memposting beberapa kalimat di medsos tentang niqab, saya belum juga berhenti menangis. Si cengeng ini, terus saja mengumbar air mata di beberapa tu

Jelajah alam dan sebuah monolog

Image
Langit biru, arak-arakan awan, hamparan air jernih, gunung hijau, adalah hal yang selalu saya nikmati dalam perjalanan. Senang sekali, kalau berangkat taklim ke LH, menikmati perjalanan dg monolog hati ditemani pemandangan waduk antang yang bikin tidak ingin berpaling (jadi makin rinduu). Atau perjalanan pulang ke Mamuju, yang sepanjang jalan Sulawesi barat kebanyakan gunung, lembah, dan laut biru. Ada yang suka dengan perjalanan seperti saya atau malah jadi tidak betah duduk berlama-lama di atas kendaraan? Hal lain yang membuat saya dalam perjalanan adalah berbicara dengan diri sendiri atau bermonolog. Kadang, justru bisa bikin puisi satu tema hingga sampai ke tempat tujuan.  Bagi saya, tujuannya jadi tak begitu penting. Karena saya menikmati proses perjalanannya. Deru angin, klakson kendaraan, lalu lalangnya manusia dengan segala macam aktivitas, atau apapun yang bisa saya lihat ketika dalam perjalanan. Merenungi banyak hal. "Ternyata orang nyari rezeki banyak caranya", &qu

Selangkah untuk Sebuah Mimpi

Image
Setidaknya saya sudah mau melangkah, meski baru sedepa. Tak apa. Bukan soal seberapa jauh. Tapi seberapa berani untuk memulai. Pun nantinya tak sesuai ekspektasi, saya tetap mengharapkan pahala atas niat.  Menjadi orang yang berbeda, apalagi di sebuah pedalaman yang masih asing perihal perubahan dan kemajuan berpikir, sangat sulit. Apalagi sendiri. Yang ini sedari dulu jadi keluhan. Wkwk.  Inginnya segera dapat parnert yang sepemikiran, sejalan, seiya sekata. Tapi, namanya idealisme itu, tak segampang membalikkan telapak tangan. Sekian perjalanan saya mencari, yang sesuai kriteria belum ketemu. Entah ada di belahan bumi mana. Ketika ada yang menawari sebagai parnert, saya selalu berprasangka, mungkin yang saya inginkan bukan yang saya butuhkan, sehingga berlapang dada untuk menerima. Lalu akhirnya kandas di awal atau pertengahan jalan. Berkali-kali. Sangat kerap terjadi. Mungkin menurunkan kriteria bukan lagi solusi. Karena bagaimanapun inginnya, termasuk meruntuhkan idealisme, kalau d

Gara - gara Satu Kata

Image
Menjadi seorang pemikir ada enaknya dan juga ada tidak enaknya. Enaknya, kita bisa menyaring lisan sebelum dia berhasil mengeluarkan satu kata atau kalimat. Biasanya, orang yang pemikir, dari jauh-jauh hari atau beberapa jam sebelum melakukan sesuatu atau bertemu seseorang sudah merencanakan "saya akan membicarakan ini, saya akan membahas itu", tapi pada saat sudah tiba waktunya justru kembali berpikir "ngomong nggak, ya? Gimana kalau malah jatuhnya canggung ngomongin hal tersebut? Gimana kalau si dia jadi sakit hati? Bla bla bla". Sehingga, ujung-ujungnya nggak jadi ngomongin yang sudah direncanakan berhari-hari. Wkwk. Nah, jika membahas hal yang tidak enaknya, orang pemikir itu mudah sekali stress. Karena mudah kepikiran hal sekecil apapun. Yang mungkin bagi orang lain "ah, ngapain sih, mikirin hal begitu" atau "yaa ampun, itu hal yang sangat tidak penting untuk dipikirkan". Tetapi, sebesar apapun si pemikir mensugesti dirinya untuk tidak memik