Posts

Showing posts from January, 2020

Di Tepian Jurang

Image
Untuk seseorang yang hampir-hampir saja berputus asa, Yang seakan-akan hidupnya berakhir esok pagi, Yang merasa dirinyalah yang paling kurang beruntung di dunia ini, Yang menganggap duka dan lukanya yang paling dalam saat ini, Aku ingin kamu buka jendela... Menengok awan gelap di angkasa, yang kemudian setelahnya mentari bersinar kembali. Itu bukan hanya kejadian alam, tapi sebuah pengingat bahwa akan silih berganti datang badai dan damai, agar ada keseimbangan di bumi. Hidupmu pun begitu. Duka lara dan bahagia takkan pernah kekal... Akan silih berganti mendatangimu yang mungkin kini sudah sangat lelah dengan hidup. Itu juga keseimbangan. Biar kamu tetap layak disebut manusia. Bukan kamu tak berhak dapat bahagia seperti yang lain, Hanya saja "waktumu" belum tiba. Toh, yang kamu lihat diluar sana sumringah, bisa jadi hidupnya lebih berbadai ketimbang kamu. Dia cuman tak ingin dunia luar tahu perihalnya. Untukmu yang kini diam-diam menghapus jejak tangis di p

Ayah, (Katanya) Cinta Pertama Seorang Anak Perempuan

Image
Beberapa kali aku sudah bercerita tentang Ibu. Dan hari ini aku ingin bercerita tentang sosok yang disebut Ayah.  Banyak anak perempuan yang begitu mengagumi Ayahnya. Hingga sering muncul judul romantis "Ayah adalah cinta pertama bagiku". Tapi, hal ini tidak berlaku bagi seorang perempuan yang menulis ini.  Ibu pernah bercerita, bahwa sewaktu kecil, ketika Ayah merantau ke negeri Jiran, aku dilanda demam berhari-hari. Konon, aku rindu kepada Ayah. Seiring waktu yang menjadikanku dewasa, aku yang justru merantau bertahun-tahun. Pulang hanya saat lebaran idul Fitri. Meski kutahu, kepulanganku tak pernah diharapkan oleh siapa pun yang ada di rumah, tak disambut hangat sebagaimana jika saudaraku yang lain pulang dari rantauan. Aku tahu alasannya, karena aku bukan anak yang membanggakan Ayah. Tak ada rindu buatku. Keadaan yang membuatku terlampau dewasa melebihi usiaku. Dan kerap pikiran-pikiran jahat itu memenuhi otakku setelah beranjak remaja "sejak kecil, Ayah

Antara Hidupmu dan Hidupku

Image
Hidupmu belum tentu lebih baik dariku Dan hidupku belum tentu lebih baik darimu. Meski kita orang yang berbeda tapi kita punya persamaan, sama-sama punya masalah. Sesuatu yang tidak bisa dipungkiri, meski aku dan kamu seringnya bersembunyi dalam cangkang kamuflase.  Aku bahagia dengan apa yang aku miliki sekarang. Padahal aku tidak punya apa yang kamu punya. Kamu mungkin merasa lebih beruntung dari pada aku, karena memiliki apa yang tidak aku punya. So simple, that happiness is not absolute.  Aku punya cara untuk bahagia, pun kamu.   Beberapa orang ingin menjadi aku, dan beberapa orang ingin menjadi kamu. Kenapa? Karena mereka tidak tahu hakikatnya, bahwa Sang Penguasa sudah beri kita porsi masing-masing. Aku jadi kamu, belum tentu aku bahagia. Kamu jadi aku, juga demikian.  Jangan mengucilkan. Jangan merendahkan. Apalagi memandang sesuatu hanya lewat kacamata sendiri. Banyak pasang mata di dunia ini. Hidup jangan sekaku itu.  Jangan melangit. Kemudian me

Teman Curhat

Image
Saya bukan jenis orang yang bergaul dengan siapa saja atau punya cirlce pertemanan yang luas. Teman saya sebatas teman sekolah, teman kuliah, teman seprofesi, dan beberapa yang dari organisasi yang hingga sekarang masih menjalin ukhuwah.  Dan dari sedikitnya teman tersebut tidak semua saya bisa bercerita bebas, meluahkan segala permasalahan hidup atau persoalan hati. Hanya ke satu atau dua orang yang memang sangat saya percaya, dan saya nyaman untuk bercerita kepada mereka.  Teman yang kesehariannya bersama saya pun belum tentu saya bercerita ke dia persoalan saya. Teman yang dari luar orang lihat seperti sahabat juga belum tentu saya jadikan tempat curhat. Jika kalian punya teman curhat, saya ingin bertanya, kenapa kalian curhat kepadanya? Kenapa bukan kepada yang lain?  Meski saya tidak punya banyak "tong sampah" diluar sana, tak dipungkiri banyak teman-teman justru nyamannya menjadikan saya sebagai "tong sampah" mereka. Bukan karena saya besar ke

Mereka bahagia, kami Lebih Berbahagia

Image
Ketika penerimaan raport tiba, berbagai macam hal diceritakan oleh orangtua santri kepada kami. Maklum, penerimaan raport juga menjadi ajang pertemuan dan jalinan ukhuwah antara guru dan orangtua santri.  Mulai dari problem solving sampai perkembangan anak-anak. Dan yang tentu paling membanggakan ketika wajah-wajah mereka berbinar menceritakan perkembangan hafalan anak-anak.  "Tante-tantenya pada nanya, dimana dia sekolah. Karena sudah bisa hafal surah-surah, bahasa Arab, hadits" ujar salah seorang Ibu. "Dia kadang nasihati saya, ustadzah. Mama, kenapa keluar tidak pake jilbab. Kulaporki' nanti itu sama ustadzah" cerita Ibu lain. Kami hanya menanggapi dengan tertawa.  Di kelas lain, diceritakan oleh salah satu rekan kerja kami, salah seorang Bapak dari orangtua santri menangis dihadapan anaknya ketika anak tersebut muroja'ah hadits di rumah. Katanya "saya malu. Satu hadits pun belum ada saya hafal. Sementara anak saya masih TK sudah hafa