Posts

Showing posts from December, 2018

Guru

Image
Saya punya kawan. Sekampus, sejurusan, dan pernah sekelas di beberapa mata kuliah. Dia sangat kritis. Mungkin ini pula penyebabnya ia masuk ke sebuah organisasi yang "melenceng", yang terkenal dengan kekuatan retorika dan argumentasi tak mau terkalahkan. Sayang sekali, perempuan sepertinya yang bersemangat menuntut 'ilmu, terkader di tempat yang salah. Satu hal yang saya kagum padanya, dia selalu punya cita-cita yang tinggi, mengubah lingkungan dan negeri ini. Ia hanya tak bercita-cita kosong, tapi di wujudkan, dikerjakan. Dia berani melangkah, berani untuk memulai meniti mimpi-mimpinya. Dan sekarang, Ia langkahkan kaki ke pelosok negeri yang jauh untuk mendermakan diri demi mencerdaskan anak bangsa. Mengajarkan anak-anak yang terbelakang, anak-anak yang tak kenal listrik dan internet, anak-anak yang tak mengenal hiruk-pikuk dunia luar. Saya teringat dengan novel Laskar Pelangi. Salah satu novel yang paling favorit dijajaran novel-novel yang pernah saya baca. Sungguh ba

Dialog dua Ana' Dara

Image
Tenri : (masuk ke bilik Besse' secara tiba-tiba) siapa tadi laki-laki yang datang itu? Laki-laki keberapa yang sudah kau patahkan tunas harapannya yang sementara kuncup? Besse': (bergeming tanpa kata. Hanya menengok sebentar kemudian fokus kembali membaca buku) Tenri : hey, Andi Besse'! Jawab pertanyaanku. Sudahi dulu membacamu. Apa tak bosan kau mengurung diri di bilik ini dengan membaca, membaca, dan membaca. (mengambil buku ditangan Besse' dan meletakkannya di tempat tidur. Lalu mengambil tempat duduk di samping Besse'). Besse' : (menghela nafas) "saya tidak tahu Andi Tenri, siapa lelaki itu. Dan saya juga tidak menghitung, dia lelaki ke berapa yang  saya patahkan tunas pengharapannya yang mulai kuncup. Asal kau tahu, saya tidak pernah punya niat untuk menyakiti mereka. Merekalah yang datang ke rumah ini tanpa saya minta." Tenri : lancang sekali laki-laki itu mendatangimu. Tidak kuli, pemakan gaji di kebun, tukang bakso, tukang jahit sepat

Teman

Image
Kami tertinggal 2 orang. Terseok-seok menuju jalan terang. Teringat moment kebersamaan berempat kami, menelusuri setitik demi setitik cahaya yang ada di depan ujung jalan. Kami pernah tertawa dan menangis bersama. Tak ada rahasia. Meski di suatu waktu diantara kami diuji dengan seorang lelaki yang menginginkan 2 diantara kami. Kami berkeping ketika itu, tapi menyatu lagi. Meski tak seutuh dulu. Kusuka menyusuri kenangan kami di akun sosial media. Karena, ratusan percakapan itu selalu diselingi canda tawa kami. Atau menelurusi jejak perjalanan kami di pelataran kampus, di rumah makan, di meskam. Tentang arti teman dan kebahagiaan kala itu, sangat mahal bagiku. Ketika semua masih utuh terjalin. Mungkin, aku sendirilah yang menangis disini. Teringat segalanya tak ada yang abadi. Pun persahabatan. Ah, bahkan yang saling mencintai di dunia ini, bisa jadi saling membenci di akhirat. Benar-benar fana. Setiap waktu, kutengok rintik hujan diluar, hatiku ikut menggelembung oleh rindu. Bisaka

Wanita didalam "istana"

Image
Impian wanita salafiyah Hampir semua, wanita muslimah yang bermanhaj salaf, jika ditanyakan, apa impian atau cita-cita mereka, jawabannya sama. Yaitu tinggal di rumah. Kenapa? Karena, mereka paham kodrat mereka sebagai wanita. sebagaimana yang di firmankan oleh Rabbnya, yang artinya : “Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian..." Tugas yang diemban oleh seorang wanita berat. Yakni melahirkan, membesarkan, dan mendidik generasi peradaban Islam. Tugas yang hanya mampu dilakukan oleh kaummnya. Tidak selainnya. Lelaki terkuat di dunia pun takkan bisa menggantikan posisinya. Tapi, wanita yang paham akan syariat, tak menyoalkan perkara ini. Karena baginya ini ladang pahala yang besar untuknya. Wanita salafiyah, sangat mengerti, bahwa bukan kewajibannya menjadi pendakwah diluar rumah, bukan tugasnya mencari nafkah hingga lalai dari tugas pokoknya di rumah. Mereka sangat paham, bahwa wanita muslimah adalah sebaik-baik perhiasan sekaligus seberat-beratnya fit

Zaman Doeloe dan Zaman Sekarang

Image
Zaman cepat sekali berubah, ya. Pesat sekali. Semua jadi serba canggih. Jika menelisik zaman orangtua kita dulu, atau tak usah terlalu jauh, zaman kita kecil, Tahun 90-an akhir menuju tahun 2000-an. Masih manual dan kelokalan banget. Apalagi yang tinggal di pedesaan. Saya masih dapati ketika memasak dengan kayu bakar atau arang, Ibu yang membuat tepung dengan lesung dan alu, permainan tradisional yang asyik sekali (masak-masak dengan bahan disekitar rumah, buat rumah-rumahan dari pelepah pisang dan daun kelapa, lompat tali, gasing, kelereng, petak umpet, dll),  main TTS dikamar sampai lupa waktu, naik sepeda ke sekolah berombongan, HP cuman bisa buat telfonan sama sms-an (belum bisa browsing, stalking mantan/gebetan, atau belanja online), ngerjain orang lewat telfon pake suara yang bisa diubah-ubah (hahaha. Ngakak gila kalau ingat ini), dilemparin telur sama tepung sama teman sekolah gara2 ulang tahun (anak sekolah jaman sekarang dikasi bunga sama kue tart sama pacar, dewasa sebel

Ilmu Parenting #1

Ilmu parenting itu adalah ilmu yang kudu dipelajari. Kenapa? Yaa karena sangat penting buat kalian, yang belum nikah atau yang sudah nikah. Tulisan ini saya dapat di FB. Tulisan yang sangat bagus. Monggo dibaca. Ngepost ini untuk menunaikan janji juga kepada salah seorang ukhty yang menyarankan beberapa waktu lalu, agar blog saya diisi dengan ilmu parenting. Saya belum punya tulisan sendiri, jadi saya ngepost tulisan pakar parenting saja. Cekidot By: Elly Risman Musa Punya suami yang kasar? Kaku?  Garing dan susah memahami perasaan istrinya? Tidak mesra dgn anak? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak sebelum aqilbaligh. Punya suami yang "sangat tergantung" pada istrinya? Bingung membuat visi misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak. Kok sebegitunya? Ya! karena figur ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar f

Bumbu Tulisan

Image
Yang namanya penulis, fiksi sekali pun, pasti selalu mengaitkan dirinya ke dalam cerita. Karena, membuat cerita yang real dalam kehidupan, tentu yang pertama kali kita amati adalah cerita sendiri. Misal Ika Natassa dalam antologi Rasa. Keira dalam novel tersebut sama dengan mbak Ika yg bekerja sebagai banker yang hobby fotografi. Atau Tere Liye, dalam novel kerennya Negeri di Ujung Tanduk tentang aksi Thomas sebagai pakar ekonom, tak jauh-jauh dari jurusan perkuliahannya Fakultas Ekonomi UI. Atau Dee Lestari, Yang menuliskan karakter Kugy sebagai seorang penulis. Sama dengan Mbak Dee. Atau Habiburrahman El Shirazy, dimana settingan novel best seller nya seperti ayat-ayat cinta dan ketika cinta bertasbih selalu di Al Azhar Mesir. Tempat yang sama dimana kang Abik menuntut ilmu. So, kalau kalian dapati tulisan saya (fiksi), yang agak2 mirip dengan kisah pribadi saya, nggak usah heran. Toh, memang inspirasinya dari sana. Hanya saja, namanya fiksi, lebih banyak bumbu-bumbunya ketimbang

Tak Berjudul

Image
Saya tidak paham yang terjadi antara kita saat ini. Kita tidak pernah bertengkar, tapi sekarang kita diam-diaman. Serius, ini tidak ada enak-enaknya. Ketika dulu, kita terbiasa berbicara banyak, bercerita hal apa saja, sesepeleh apa pun kita curhatkan. Kita tak absen berhaha hihi di segala sosmed. Coba, di akun mana kita tidak pernah saling hujat, saling ngatain, curhat tidak jelas. Di semua akun sosmed yang pernah kita pake di jaman kuliah. Di BBM, line,  path, IG, WA, mesanger, FB, wattpad. Saya ingat dua tahun lalu, saat kita sudah selesai wisuda, dan kembali ke tempat masing-masing. Kita saling telfonan seperti couple-an. Meski jaringan putus-putus saat itu, kita tetap berusaha saling mengabari. Kau meminta solusi atas masalahmu, begitu pun saya. Dan kau jadikan saya orang yang pertama sebagai temanmu yang kamu kabari tentang pernikahanmu.  Saya pernah punya sahabat di jaman sekolah, tentu pernah bertengkar, tapi baikan lagi. Tapi ini, ya Allah... Mungkin memang sudah tidak ada

Tamu yang Datang

Image
Potongan kisah Suatu waktu ada yg datang. Datang untuk sekedar permisi pulang. Maka, kusuguhkan ia kopi. Kopi yang baru kuseduh dengan air panas. Bukan untuk ia minum, namun kusiram ke wajahnya, biar membekas dalam hidupnya.  Kau mau jadi yang berikutnya?

Wanita Qona'ah

Image
Baru beberapa hari yang lalu, saya bahas soal cinta saja tidak cukup. Hari ini, heboh dengan status seorang ikhwah yang menginginkan seorang istri yang qona'ah dengan nafkah 20 ribu/hari. Sebenarnya malas buat tanggapi perihal ini. Lah wong, saya gak kenal sama tuh orang. Pernah memang, beberapa waktu lalu, salah seorang akhwat tunjukkan akun tsb ke saya, kebetulan mereka berteman di Facebook. Katanya statusnya memang sering bahas nikah2. Tendensi jomblo akut sepertinya. Haha. Kenapa saya jadi tergelitik untuk ikut nimbrung ke pembahasan tersebut, karena seakan-akan keqona'ahan seorang wanita di ukur dari situ. Subhanallah. Gak ngerti, deh saya. Hey, bro! Kalau kamu memang penghasilannya saat ini cuma bisa menafkahi kelak istri kamu dengan 20 ribu/hari, gak usah di umumkan di Facebook. Cukup kamu datang ke rumah walinya, cerita terus terang, lalu.... Ya harus lebih giat lagi. Biar penghasilannya nambah. Kalau dari perspektif saya pribadi, banyak, kok akhwat yang siap-siap sa

Konten, Hobi, antara karakter dalam menulis dan di dunia nyata

Image
Terima kasih buat readers yang masih setia membaca setiap tulisan yang ada di blog unfaedah ini. Saya kurang tau, apakah ada readers yang masih sehat matanya setelah membaca tulisan saya? Haha. Jujurlah. Dan apakah kalian setiap membaca tulisan saya, setia sampai akhir kata penutup? Hehe. Bikin puyeng, ya?! Skip deh, kalau gitu. Jikalau pun ada yang tetap membacanya, berarti kalian ada diantara beberapa golongan ini : Kurang kerjaaan (daripada gak ada kerjaan, baca dulu, siapa tau Nemu qoute bagus *hehe), kepencet (baru liat judul, langsung out), fans (halo fans! Tengkyu, tengkyu *sambildadah2), haters (pengen julid ke saya, cari2 kesalahan saya disini, padahal kenal juga enggak *adayangbegitu?). Kalian golongan mana, ders? Masuk ke konten. Konten di blog ini random. Kadang gaje. Kadang alay. Duuuh, terima kasih sekali yang pernah nge-DM saya terus bilang konten saya baper berfaedah. (*Jadi tersandung) Kontennya benar-benar acak. Tergantung mood saya kayak gimana. Biasanya yang

Review (Perdana) produk PEMBERANTAS JERAWAT HINGGA KE AKAR-AKARNYA

Image
Wajah mulus, glowing, putih, semua menjadi idaman buat wanita. Siapa, sih yang pengen mukanya berjerawat, kusam, berflek, dsb. Tuan-tuan, Kamu pilih mana, yang cantik wajahnya atau yang cantik hatinya? Hehe. Nah, sebelum ke produknya, cerita-cerita dulu, ya, seperti biasa. Tahun 2012 kebawah, alias jaman SMP-SMK, jerawat itu benci nangkring di muka saya. Mungkin karena kulit wajah saat itu hitam legam akibat terpapar sinar matahari, jadi jerawatnya kesian sama saya. Masa sudah hitam, jerawatan lagi. Huhu. So, Alhamdulillah selama masa pertumbuhan remaja, jerawat jauh-jauh. Wkwk. Sampai-sampai, teman-teman sekolah kadang nyeletuk "ih, enaknya tidak ada jerawatnya" makanan kali yang enak. Memasuki bangku perkuliahan, mulailah saat-saat horor buat bercermin. Pengaruh hormon atau produk-produk yang saya pake, kali, ya. Jerawat mulai tumbuh satu persatu. Mati satu tumbuh seribu. Muka sudah seperti langit cerah di malam hari, penuh dengan bintang-gemintang (jadi ingat kata te

Sajak_Gradasi Rasa

Image
Hujan masih tersisa, Kutadahkan tangan pada butir-butir yang jatuh satu-satu... Sambil mencari rindu...  Kenapa justru melompong, Apa perlu kuuntai lagi kenang-kenang lalu, Biar kudapati debar rasa itu menekan dadaku? Kemana detak kencang jantungku, Atau derasnya aliran darahku? Semua menjadi biasa, sebagaimana dulu ia bekerja tanpa rasa... Apakah rasa itu berfluktuasi dan bergradasi? Karena kudapati ia sekarang banyak berubah... Sebab "kehilangan"kah, ia jadi ikut pergi? Padahal, tak ada yang "hilang" secara hakiki, Karena aku memang tak pernah memiliki dan dimiliki, Sebagaimana tak ada keberpemilikan yang abadi, Sebab sejatinya, yang memiliki hanya yang Maha Abadi. Yang pergi bisa kembali, Yang tinggal belum tentu selamanya disini... Ini gradasi Rasa yang terus berfluktuasi. Makassar, 14 Desember 2018

Journey of Love (cuplikan Novelet)

Image
ini cuplikan dari novelet dari Journey of Love, yang saya tulis setahun silam. Sengaja ngambil part bagian enam ini, karena rasanya ngefeel banget -buat saya-. oh ya, beberapa materi di dalamnya diambil dari artikel muslim.or.id. itu melanggar hak cipta gak, ya. soalnya belum pernah izin. Sorry. Btw, nama tokoh Lelakinya Afif lagi. haha. kenapa? suka aja. anggaplah ini Afif di (Bukan) Takdirku yang kesasar setelah sudah tak bersama Rania. wkwk. maaf, ngepost fiksi lagi. saya belum benar-benar bisa istiqomah untuk ninggalin ini. hiks. Okey, jadi ini cerita yang settingannya di Kota kecil di pulau Kalimantan. Awalnya, dua tokoh utamanya, Najmi dan Afif, bertemu tanpa sengaja. Karena mereka berdua adalah korban patah hati, akhirnya, takdir bersepakat menyatukannya. Ceileh. Haha. Spik-spiknya begitu saja. Kalau banyak pembacanya, nanti ta' post dari part awal. Cekidot.   6. CINTAKU UNTUK SIAPA?       Pengajian   di masjid Abdullah sudah dimulai. Namun, pertemuan   perdana