Posts

Showing posts from March, 2020

Mencari Jalan Pulang

Image
Sebelum melanjutkan tulisan ini, aku mau terima kasih ke kamu yang sudah sangat setia menjadi temanku di blog ini, meski cuman sebagai silent reader. Aku bisa liat gimana usaha kamu memantau tulisanku satu persatu. Aku nggak bisa kasih feedback berupa hadiah (karena bagi seorang penulis kacangan kayak aku, ada yang baca tulisan kita meski hanya satu orang itu udah suatu kesyukuran banget), cuman bisa do'ain kamu semoga senantiasa bahagia. *** Akhir - akhir ini aku merasa sangat membenci diriku. Membenci pikiran - pikiranku tentang hal - hal di masa lalu yang datang hanya untuk menambahkan luka. Suatu waktu aku pernah mengucapkan kata - kata bulshit kepada seseorang, dan dia satu - satunya yang pernah kulontarkan kata - kata itu meski hanya lewat pesan singkat. Apa aku menyesal? Ya. Aku salah telah mengucapkan itu, dan pada akhirnya pergi. Pergiku pun dengan alasan yang sangat jelas, sejelas matahari disiang bolong, dia tidak punya kepastian, tidak ada komitmen, tapi teta

Di Rumah Saja

Image
Entah sudah berapa kali menangis hari ini. Tiap kali baca atau nonton berita soal covid-19 langsung nyesek. Apalagi mengingat orang - orang yang diluar sana sedang berjuang. Paramedis, pemerintah, para pencari nafkah yang benar - benar nggak bisa #stayathome demi keluarga mereka.  Sungguh, masih banyak orang di negeri ini begitu mulia hatinya. Para relawan dan donatur, semua berlomba - lomba mengambil bagian. Kita semua pun harus ambil bagian ditengah kondisi ini. Apapun. Kalau kita nggak bisa dan nggak punya duit buat disumbangkan minimal kita tetap di rumah, untuk mengurangi resiko penularan. Nggak usah kegatelan buat keluar nyari angin, nongki ke rumah teman, atau hal yang tidak penting lainnya. Kasihanilah dokter dan perawat di rumah sakit, dan juga pemimpin kita yang sibuk ngurus hal ini. Sayangi keluarga dan orang - orang terdekat kita dengan #stayathome. Kita semua bisa mengambil bagian demi kemaslahatan diri, keluarga, dan negeri ini.  . . . 📷 https://pi

Dandelion pada Senja

Image
Dandelion pada Senja Gambaran keindahan dalam bingkai semesta. Apakah kau tahu tentang dandelion? Atau hanya suka melihatnya dalam potret dihamparan jingganya sore. Dandelion... sebuah makna yang dalam. Indah terlihat tapi tak menguarkan semerbak. Ia hanya ingin terkenang oleh mata, lalu terlupakan. Bukan dengan aroma, yang akan mengingatkan pada kenangan. Dandelion... Rapuh tapi tetap utuh. Mudah terhempas angin, namun makin menebarkan dandelion - dandelion lain dengan izin tuhan-Nya. Dandelion... Tangguh dan tabah. Tetap tumbuh pada kondisi apapun, dimanapun, atas izin pencipta-Nya. Dandelion dan senja, seperti dua hal yang memang diciptakan sebagai penyempurna satu sama lain. Jika aku menjadi dandelion, maukah kau menjadi senja-ku? Menyempurnakan satu sama lain di semesta ini. Makassar, 21 Maret 2020  di tengah virus Corona yang makin mencekam 

Kumpulan Rindu untuk Hari ini

Image
Saya rindu masa kecil bersama Ibu. Rindu kehidupan sederhana kami di bakke, di kayu cella, di kebun coklat. (Nggak mau cerita banyak soal ini. Lagi nggak pengen nangis soalnya). Saya rindu masa - masa SMP yang penuh keceriaan. Geng kepompong, si doi yang duduk dibagian belakang, dan Ibu Uni si guru matematika kesayangan, kegiatan ekstrakurikuler, nongkrong di lab sama teman - teman sampai lempar-lemparan tegel. Saya rindu masa SMK yang penuh kesibukan. Rindu Ibu Nur, Ibu plestina, mata pelajaran THP, matematika, dan kimia, praktek di lab, nongkrong di perpus, masak-masak sampai jualan mie siram di kelas.  Saya rindu Kendari. Teman-teman PRAKERIN dan karyawan disana, suasana asrama karyawan, hampir setiap hari makan sayur sawi hasil panen Ibu bapak disana, mas Asep si tetangga yang suka nongkrong depan asrama, air terjun nanga-nanga, perjalanan menyeberangi lautan dengan kapal, si Elis yang suka temani ngobrol ketika yang lain pada lending dengan gebetan dan pacar (pern

Pertanyaan - pertanyaan

Image
Kenapa hidup seberubah ini? Kenapa semua pergi meninggalkan? Kemana orang - orang yang katanya sahabat, teman, keluarga... Apakah memang manusia hakikatnya akan melupakan setelah mereka menemui bahagia masing - masing?! Saya rindu mereka Benar - benar rindu yang tak bisa saya urai satu - satu Saling berkait, menyimpul, terikat, kusut, hingga tak tahu mana ujungnya Apakah cuman saya yang kesepian begini? Seakan - akan hilang semua orang yang pernah hidup di masa lalu Saya seperti berada di dunia baru Dunia yang tak ada penghuninya kecuali saya seorang Saya telah kehilangan sosok - sosok yang mengisi hari kemarin Mereka tertinggal jauh di belakang sebagai kenangan. . . . 📷 https://pin.it/3iCSQO3

Opini : tentang Virus Corona

Belakangan ini, dunia dihebohkan dengan munculnya sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus. Orang - orang menyebutnya sebagai virus Corona. Muncul pertama kali di Wuhan, China. Lalu merembet ke negara - negara lain, termasuk negeri kita yang tercinta, Indonesia.  Berbagai macam tanggapan orang - orang akan hal ini. Dari yang terlalu berlebihan hingga yang terlalu Santuy, sangat Indonesia sekali. Orang - orang yang lebay bahkan mudah sekali percaya berita - berita hoax yang tersebar di grup - grup WhatsApp dan Facebook. Hal ini yang bikin saya gregetan. Masalahnya, di grup yang saya masuki pun ada. Padahal di dalamnya saya pikir adalah orang - orang yang berintelektual. Hadeuh. (Berita hoax yang soal GERD setelah suami BCL meninggal pun ada juga di grup itu. Bikin saya pengen gigit langsung rempah - rempahnya JSR. Wkwkwk). Maksudku saya toh (kata orang Makassar yang tukang boros kata), tidak usah menyebarkan informasi yang belum jelas. Situ kan pada sarjana, nuntut ilmu agama l

Mendengar Puisi (Senja yang Hilang)

Image
Kembali melow diiringi memori - memori lalu. Sembarinya mendengar beberapa puisi dari channel Rhia Lestari diantaranya "senja yang hilang", "untuk hari yang patah", dan "tentang kepergianmu". Dibawah ini saya tuliskan puisi - puisi tersebut, biar kita bisa sama - sama ambyar, guys. Senja yang Hilang Ditulis oleh : Jumadin Baha, Fadilah Puspita, Delia Oktaviani Fazira, Usni Agustiani, Suci Mardatillah, Sara Nirmala Aku pernah bahagia karena mencintai Tapi mungkin cintaku keliru pada orang yang salah. Aku pernah peduli tapi aku diabaikan Aku pernah tulus tapi tak dipedulikan Aku pernah setia tapi dikecewakan Bahkan aku tidak pernah menuntut ini itu Tapi aku dilukai Aku pernah merencanakan hal - hal yang ingin kulalui dengan seseorang yang kucintai suatu hari nanti, namun Tuhan berkehendak lain. Disaat aku mencoba mempercayai apa yang dia katakan, Tuhan membuat ia pergi dari hidupku. Bahkan jauh dimana saat rencana itu belum tertuntaskan.

Belum Amnesia

Image
Aku masih ingat betul pada suatu perjalanan itu. Ketika hatiku begitu syahdu dan dengan rasa yang tak terdefinisikan. Sambil mengenang sosokmu yang akan menjadi pendampingku kelak. Diatas roda empat yang melaju, angin yang menderu, dan hatiku yang berdesir lirih, "aku menujumu."  Semua angan - angan indah tentang kebahagiaan menari di pelupuk mataku. Kita akan menua bersama. Mendidik anak - anak bersama. Ah, bagaimana kiranya rupa mereka, kopian antara aku dan kamu. Bagaimana esok hari kita jalani pagi hingga malam. Berbagi cerita kehidupan dan perjalanan. Semua tentang mimpi kebahagiaan.  Esok hari, berubah segalanya. Sirna kebahagiaanku. Hanya suara penyesalanmu yang terngiang - ngiang. Dan kau tak jua pernah meminta maaf.  Kak, aku masih belum lupa ingatan akan tentangmu.  Kenapa kau harus berperan sebagai Rangga yang jahat. Padahal kita tidak sedang main di AADC2.  Kak, aku belum lagi amnesia.  Dan aku belum sembuh dari luka yang kau torehkan. Adakah