Posts

Showing posts from March, 2021

Hanya ada Kamu (Untuk yang Di Masa Depan #5)

Image
Temanku bertanya, Mengapa kerap sekali aku berbicara tentang masa lalu? Ya. Itu saat aku belum menemukanmu. Satu hal yang harus kamu tahu, Dengan adanya kamu Takkan bisa menghapus jejak yang pernah kulewati. Takkan pernah bisa merubah apa yang sudah terjadi. Tapi yakinlah, Saat aku bersedia melangkah bersamamu, Artinya hanya ada kamu saja hari ini dan esok nanti. #untukyangdimasadepan . . . 📷 https://pin.it/1a8L9td

Sajak Asal Untuk Bulan Maret

Image
  Satu purnama rasanya terlalu lama Bulan Maret 2021 seperti berlarian menjauh "Percepat waktu!" Ujar sahabatku. Ah, bahkan mengundur atau memajukan tak bisa Musim penghujan telah tiba Namun tunas dihati belum jua tersemai Apakah harus menanti musim semi, agar berbunga? " Disini tak ada musim itu, Fif!" Aku memarahi diriku. Tak ada musim semi bulan depan Hanya ada musim durian dan rambutan "Hatiku kuinginkan berbunga, bukan berduri dan berbulu!" Hah! Mencoba melawak, ya bund? Iya. Lagi usaha, bund. Semoga berhasil! Kalaupun hanya recehan, semoga yang nulis tetap manis tanpa pemanis buatan. Gak nyambung, bund. Tak apa, asal aku senang. 22 Februari 2021 . . . 📷 https://pin.it/2mh50YR

Bukan Cinta dan Rangga (Untuk yang Dimasa Depan #4)

Image
Aku bukan cinta Kamu bukanlah Rangga Cinta kita bukan cinta anak SMA yang penuh kata - kata puitis bak roman picisan Cinta kita berharga Karena kita di pertemukan di sebuah "jalan" yang sama Satu tujuan, sevisi misi, dan sepedoman Aku tak mesti berlarian di bandara di tengah banyak orang untuk mengejarmu Aku hanya perlu mengejarmu lewat do'a - do'a harapku Kamu tak perlu beri aku buku puisi dan karya sastra Atau janji setia akan kembali satu purnama Kamu hanya perlu datang mengucap janji di hadapan Ayah, saksi, dan KUA Empat purnama tak mengapa Disini aku menanti dengan setia #untukyangdimasadepan . . . 📷 https://pin.it/6yWNvQ6

About Marriage (Refleksi diri)

Image
About Marriage (Sebuah catatan untuk diri agar tak berekspektasi tinggi mengenai pernikahan) Saya sampai di sebuah titik kesadaran bahwa pernikahan bukanlah suatu pencapaian. Pernikahan hanyalah bagian dari tahapan hidup seorang manusia. Sebagaimana kelahiran, proses pendewasaan, menikah, punya anak, dan lainnya.  Pernikahan adalah perjalanan bukan destinasi. Setidaknya begitu kata mbak Rinai Hujan dalam sebuah novel gagalnya. Wkwk. Dan menjadikan pernikahan adalah tujuan mencapai kebahagiaan salah besar, menurut saya pribadi. Kenapa? Karena ketika kita sandarkan kebahagiaan pada pernikahan, apakah nantinya pernikahan itu sesuai ekspektasi atau justru jauh dari apa yang kita khayalkan selama ini? Kita tak pernah tahu sebelum menjalaninya. Karena di dalam pernikahan tentu saja bukan hanya tentang romantisme dua manusia. Lebih kompleks dan tak lepas dari ujian. Pun sama halnya ketika kita menyandarkan kebahagiaan pada seseorang yang nantinya akan jadi pasangan kita, apakah ketika nampak

Menghapus Angan

Image
 Hari ini, belum lagi tentang kita. Pun esok, aku tak tahu. Sebaik-baik rancanganku,  Belum tentu sebaik takdir-Nya. Terlalu banyak mimpi yang mulai terlintas, Sejak pembicaraan 2 keluarga berlangsung baik. Akan jadi apa kita kelak? Takut dan harapku jadi padu. Kutulis angan, lalu kuhapus lagi. Berusaha enyahkan agar aku tak seperti mendahului apa yang telah Allah Kehendaki.

Penerimaan Diri

Image
  Setelah kemarin sempat stress berat, akhirnya sekarang sampai di titik kesadaran "okee, saatnya aku pasrah dan menerima kenyataan".  Berdamai dengan diri itu penting, sih. Menerima segala kekurangan kita, membuat kita jauh lebih enjoy dan nggak overthinking. Karena terkadang kita itu pusing atas sebab - sebab yang sebenarnya kita nggak bisa ubah atau susah untuk diubah. Misal nih, ya, perempuan mengalami kenaikan berat badan sekilo saja sudah kepikiran banget (aku justru sebaliknya. Karena susah naik jadi turun sekilo saja sudah sedih banget). Atau kalau lagi beruntusan di wajah, breakout parah, bahkan numbuh jerawat sebiji saja sudah bikin pusing. Tapi tiap orang beda - beda, sih. Ada yang malah nggak pusing sama hal beginian. Nah, itu bagus. Berarti dia sudah mampu menerima diri apa adanya. Namun, penerimaan disini jangan sampai juga bikin kita jadi malas dan cuek terhadap diri sendiri. Seimbang dan bersikap pertengahanlah dalam menyikapi hal. Nggak meremehkan, nggak mem

Diary Kepo (Percakapan Absurd)

Image
  D : Are you fine, fif?  A : I don't know. I don't know my feeling now. D : Why? Tell me. A : Aku nggak tau mau ceritakan bagaimana. D : Cerita saja seperti biasa. Kan dari dulu kamu suka cerita sama aku. Dari jaman kamu polos banget, kamu suka blak-blakan dan bertutur jujur. A : Hmmm... My feeling is complicated. Mungkin karena aku mencari kebahagiaan dari semua proses dan rencana ini. Sehingga hakikatnya jadi hilang. Padahal kebahagiaan tidak dicari tapi diusahakan. Dan mengharapkan orang lain untuk membahagiakan kita bakal berujung kecewa. kita harus andalkan diri saja dalam mencari kebahagiaan. Bahagiakan diri sendiri, simpelnya begitu.  D : and your heart, your body, your habits, so bad now, alright?  A : yeah. Aku sadar akan hal itu. Tapi aku nggak bisa mengatur semua hal. Termasuk pikiranku, hatiku. Paling sulit adalah menghentikan pikiran untuk tak berpikir. Karena memang itulah pekerjaannya. Kamu tahu, nggak. Aku capek banget sekarang. Tapi aku nggak tahu caranya reha