Posts

Showing posts from June, 2020

Sebuah Surat #3

Image
Kota Kita, 14 Januari 2017 Wa'aikum salam, Kai...! Alhamdulillah kabarku baik. Benar kata nenek, saat ini aku sangat sibuk. Masih ngurus penelitian dan lainnya. Mengejar kelulusan di bulan Mei nanti.  Aku juga rindu sekali, Kai. Rindu dengan nenek, rindu dengan suasana di desa, rindu masakan mamamu, tapi aku tidak rindu denganmu. Haha. Kau jangan marah, Kai. Aku ini berkata jujur. Kau, kan, selalu mengatakan "berkata jujur meskipun pahit" hehe. Aku tidak rindu dengan Kai yang sekarang. Yang sok serius, yang sok dewasa, sok pintar, sok sibuk dengan proyek ini itu. Aku rindu dengan Kai yang kecil. Yang menemaniku bermain ketika liburan di desa, yang terus-terusan mengirimkan surat meski jarang kubalas.  Datanglah ke rumah kapanpun kau mau. Pasti Ayah dan Mama senang bertemu denganmu. Kau tidak usah sok serius begitu, mau mengatakan apalah. Datanglah, Kai. Setidaknya ada yang bisa kutemani bernostalgia. Rinai.

Sebuah Surat #2

Image
7 Januari 2017 Assalamu 'alaikum, Nay...! Bagaimana kabarmu? Kapan kau kembali lagi ke desa? Nenekmu masih kerap bercerita tentangmu jika aku dan mama berkunjung ke rumahnya. Kata beliau "Nay sudah besar. Makin ayu. Sudah mau sarjana untuk kedua kalinya." Katanya lagi "nenek rindu sekali dengannya. Tapi tidak bisa juga berharap banyak dia bisa kesini. Dia sibuk sekali dengan sekolah dan bisnisnya." Aku dan Mama juga demikian, Nay. Sudah rindu ingin bertemu. Namun, sepertinya waktu belum berpihak. Aku juga jarang pulang. Seringnya nginap di hutan menangani proyek. Berharap ketika masa libur tiba, aku bisa pulang dan kau pun demikian. Kalau pun tidak, kalau kau mau, aku bisa datang menemuimu di kota, jika kau tak keberatan. Maaf, ya, aku jarang sekali menelfonmu. Maklum saja, sinyal di tempat kerja tidak mendukung. Tidak beda jauh jika kembali ke desa. Aku lebih suka mengirimkan surat seperti ini. Mengenang masa kecil kita yang main surat-suratan. Saat dunia k

Sebuah Surat #1

Image
Kota Kita, 2 Maret 2017 Assalamu 'alaikum Bagaimana kabarmu, Nay? Sudah lama sekali ingin menanyakan ini padamu. Tapi saya selalu urung. Bukan karena lupa atau tak rindu. Hanya, kufikir waktu sudah membuang perihal kita di kotak kenangan dan benakmu. Bertahun-tahun pergi, lalu kembali. Ya, sekarang saya sudah kembali ke negeri kita lagi. Mengurai semua rindu yang terkumpul. Tentang kota kita, keluargaku, dan juga kamu. Apa kamu masih menulis seperti dulu? Sudah sangat lama saya mencari namamu di berbagai sosial media, tapi nihil. Padahal, salah satu hal yang bisa mencairkan rinduku ke kamu adalah tulisan - tulisanmu yang dulu. Saya hanya bisa membaca tulisan lama, yang pernah kamu kirim di email, 7 tahun yang lalu. Nay, bolehkah kuajukan tanya sekali lagi. Tentang perasaanmu yang pernah kamu peruntukkan untuk saya. Masihkah sama? Nay, saya kehilangan jejakmu. Jika kamu membaca ini, tolong hubungi saya. Apapun statusmu saat ini.  Akhsa. *** Sebuah surat adalah cerpen berseri. Part t

Bertahan atau Mundur?

Image
Tentang segala idealismeku, sikapku yang perfeksionis, dan kesempurnaan yang ingin kumiliki dan kuimpikan dalam hidup, membuatku jadi tak bisa qonaah menerima hal-hal yang biasa dan wajar.  Benarkah yang kulakukan selama ini? Dengan segala sikap keras kepalaku, yang membuat orang-orang di sekelilingku akhirnya memilih pergi ketimbang bertahan.  Sekarang, di usia yang rentan, tembok egoisme itu ingin kuruntuhkan saja. Tapi aku juga takut, khawatir tak mampu bertahan diluar sana. Di dunia yang begitu luas dan terbuka. Rabbiy, kembali kudiperhadapkan pada pilihan yang sulit. Bertahan untuk diri sendiri atau mundur untuk sebuah masa depan?

Barang Kenangan

Image
Setelah membongkar barang-barang bekas di gudang ketika ramadhan, dan sempat sedih karena buku-buku bacaan jaman ketika sekolah nggak ketemu, akhirnya tadi bongkar barang part ke 2. Giliran barang-barang bekas di atas loteng yang jadi sasaran.  Ternyata disana banyak juga barang-barang kenangan yang tersimpan tidak rapih, dan sudah banyak yang hancur di makan rayap.  Ibu Rahimahallah adalah tipe orang yang tidak bisa membuang sesuatu. Seremeh apapun barang tersebut bagi orang lain, bagi beliau apapun barang-barangnya, selagi itu miliknya dan bisa digunakan lagi, pasti akan disimpan. Makanya, di rumah  banyak sekali barang bekas yang kami tidak tahu disimpan untuk apa.  Ramadhan kemarin, ketika membongkar barang-barang di gudang, banyak sekali barang yang akhirnya kami buang begitu saja. Bukan tak menghargai, cuman kami juga tidak tahu untuk apa disimpan memenuhi sudut rumah. Tentu lebih enteng dan lega jika barang-barang yang tak terpakai "diungsikan" saja.  Nah! Tadi, saat m

Dilemanya sektor pendidikan di tengah pandemi

Saatnya ngomong serius lagi di blog ini. Grup WhatsApp sudah heboh karena tahun ajaran baru tak lama lagi akan datang. Sementara pemerintah belum juga ada keputusan jelas dan solusi bagaimana anak-anak bisa tetap belajar secara maksimal di tengah pandemi.  Sangat dilema. Bagaimana tidak, khususnya kami pendidik anak usia Dini, begitu kesulitan terus menerus mengajar secara daring. Selain anak-anak begitu manja jika bersama orangtuanya, mereka juga sulit memahami apa yang disampaikan jika tidak bersentuhan langsung dengan guru-gurunya. Berbeda dengan anak yang sudah baligh. Seperti siswa SMA atau mahasiswa.  Tetapi jikalau pun ingin dipaksakan anak-anak datang ke sekolah, resikonya juga terlalu besar. Tangan guru yang cuman dua mau mengawasi dan menjaga anak sepuluh agar mereka jaga jarak dan memperhatikan protokol kesehatan, bukan hal yang mudah.  Anak-anak dan orangtua siswa diperhadapkan pada pilihan, mereka harus tetap belajar di rumah dengan segala kondisi yang terbatas dan pembela

Yang Hilang

Image
Kutak lagi mencium aroma matahari, Atau aroma basah pada hujan... Yang ada hanyalah pengap yang mengungkung, Memaksa untuk tetap menikmati aroma gelapnya. Suara riuh itu hilang, Teriakan kesal itu tak lagi ada, Hanya deruh pendingin ruangan dan detak jam dinding. Memilih ciptakan bising sendiri, Berdialog dengan cermin, Apakah esok masih akan baik-baik saja? . . . 📷 https://pin.it/1iCCvl9

Faidah #1

Image
Tatkala hatiku semakin keras dan ruang gerakku semakin sempit, maka aku menjadikan ampunan-Mu sebagai harapanku. Aku merasakan dosaku semakin besar, namun ketika aku gandengkan dosaku dengan ampunan-Mu, maka ampunan-Mu jauh lebih besar. _faedah Taklim_ . . . 📷 https://pin.it/50gX0Sx

Sang Bunga

Image
Kuncup kembangnya,  Terkatup rapat karena malu, Akarnya kuat disiram hujan musim kemarin, Bercahaya diterpa matahari suatu musim lain. Mahkota telah mekar, Berseri dan mempesona, Silih berganti kumbang dan kupu-kupu menghampiri, Menghisap sarinya. Sang bunga kini layu, Bagai hidup enggan mati tak mau, Kumbang dan kupu-kupu telah mengambil hampir seluruh kehidupannya. Pada akhirnya, Sang bunga bertahan hanya dengan keluguan dan kelesuhan. . . . 📷 https://pin.it/dCUCRlL

Do'a yang Paling Serius

Image
Perlina bayangmu di ujung jalan Ingin kukejar tapi tak tahu arah kemana yang kamu tuju Rasa yang lewah dan membabi buta Telah pergi jauh bersama sosokmu Kini, tertinggal asa dan do'a paling serius Mengemis pinta pada Rabb semesta alam Kuingin datang penggantimu secepatnya. Semoga. . . . 📷 https://pin.it/Ajd4XS4  

#copas

Image
Entah mungkin hanya saya yang begitu greget sama tukang copas di sosial media tanpa mencantumkan sumber penulisnya. Apalagi medsos yang bernama fesbuk. Memang kita ketahui bersama, jejaring sosial tersebut dijangkau oleh semua kalangan. Bocah, emak-emak, bapak-bapak. Dari kalangan menengah atas, sampai kalangan menengah kebawah. Itulah juga kenapa fesbuk menjadi sumber berita kehoax-an yg sangat tinggi. Lah, gimana tidak, warganya memang tukang copas. Di medsos lain juga ada, meski tidak sebesar fesbuk. Sudah dua kali saya "memarahi" orang gara-gara saya dapati tulisannya copas. salah satunya adalah copas artikel dakwah, dan artikel tersebut sangat saya kenali dan tahu siapa penulis aslinya. Ketika saya bertanya di kolom komentar, benarkah dugaan saya bahwa tulisan tersebut tulisan orang yang saya maksud? Dia menjawab benar. Oh ya, sebelum saya mengetik komentar saya, sudah ada komentar lain yang bertengger disana dan meminta izin untuk mengcopas tulisan tersebut. Dan kalimat

Bumi berduka (2020) - sesajak tangis dan do'a

Image
Wabah meluas, Ratusan terinfeksi, Puluhan meninggal dalam masa 21 hari. Negeriku berduka... Foto - foto paramedis dengan pakaian "perangnya", Pesan - pesan para dokter di sosial media merebak,  Kalimat - kalimat dukungan para netizen untuk mereka, Para donatur menggalang dana semakin banyak, Semua itu membuatku terenyuh. Disaat seperti ternyata kita masih saling mencintai, saling membutuhkan. Aku hanya mampu mengucurkan air mata di kamar. Berusaha menikmati social distencing yang sudah berlangsung sepekan. Melangit do'a untuk mereka yang sedang berjuang, berjuang melawan sakit, berjuang menyembuhkan si sakit, berjuang membantu yang di rumah sakit, semoga kita segera "pulih". Dan normal sebelum ramadhan tiba nanti.  Allah beri kita uji sebagai pengingat diri agar tak lagi lalai, tersadar bahwa kita ini kecil, Dia-lah yang Maha besar dan Maha Kuasa, dan bahwasanya tetap meneguhkan yakin, pertolongan-Nya akan segera tiba, tak ada yang tak mungkin bagi-Nya. Ditulis