Posts

Showing posts from 2020

Hanya Ingin Dia (Sajak)

Image
  Tumpah ruah perasaan, Kemelut yang menekan jiwa, Berharap dialah orangnya,  Ternyata Allah tidak takdirkan bersama. Batin jadi sakit, Karena seringnya mendikte Allah atas kemauan diri, Ingin dia, pokoknya harus dia. Iman dan ilmu tentang tauhid jadi sekedar catatan dalam lembaran kajian, Tak ada implementasi. Duhai, Kesengsaraan hadir karena diri sendiri, Tak ingin sabar, Susah untuk Ridha terhadap ketetapan-Nya. Jangan salahkan siapapun jika merana karena cinta terhadap makhluk. sudah salah menempatkan cinta, Salah pula dalam penerimaan takdir. Bukan takdir-Nya yang salah, Kamu yang salah.  Renungilah, Sebelum hati dan jasadmu mati bersama kekecewaan dan cinta yang buta. . . . 📷 https://pin.it/2Vs8inF

Sebuah ketakutan-puisi

Image
  Aku dibayang-bayangi takut, Masa depan yang sebentar lagi berubah. Yang masih ku percaya bahwa Banyak lagi kerikil tajam diperjalanan selanjutnya. Membuatku makin ngeri karena tak tahu apa dan seberapa besar aralnya. Ingin berhenti menekan sendiri perasaan. Apakah teman seperjalanan bisa satu kepala? Pertanyaan yang membuat guncang. Mampukah aku memahami dan dipahami? Senantiasa kompromi meski ego kuasai diri? Aku ingin menghilangkan takut. Kepada Allah aku meminta pertolongan. . . . 📷 https://pin.it/2irzaID

Amarahku-puisi

Image
  Amarahku tersimpan dalam sunyi, Bersembunyi dalam gelap. Suara-suara yang berbicara keras dan memaki dari dalam. Luapannya hanya berupa diam. Mana kutahu cara berteriak, Coba ajarkan. Biar tumpah emosi yang terpendam. Saat dunia tak berpihak, Tangis dalam sepi jadi senjata, Aku benar-benar tak tahu caranya selain itu. . . . 📷 https://pin.it/UKynBG7

Diluar batas Kemampuan

Image
  لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا "Allah tidak membebani seseorang diluar batas kesanggupannya". Ayat ini berulang-ulang kita baca. Bahkan mungkin sudah hafal luar kepala, saking seringnya jadi qoute penyemangat di kala musibah menghantam kita dari berbagai arah. Tapi, ketika kita dalam sebuah masalah, kita mikirnya, apa iya saya sanggup menghadapi ini? Kok rasanya nggak sanggup? Saking beratnya masalah yang kita hadapi, maunya menghilang saja dari bumi (*cling), atau mending mati saja (lah, dikira setelah mati perkara kita selesai). Tidak sekali dua kali saya mengalami sebuah hal besar dalam hidup (kasian, padahal masih muda. Eh, emang masih muda?). Dan dari beberapa hal tersebut saya banyak belajar. Belajar dari kegagalan-kegagalan. Jangan dikira saya tak pernah putus asa. Sering malah. Jangan dikira saya tak pernah berpikir "mending mati saja". Sudah pernah. Tapi belum sampai tahap ambil baygon atau silet buat ngiris pergelangan kayak di sinetro

Ridha

Image
 Jika perjuanganku hari ini tak menemui temu, kau akan tetap kucatat dalam sejarah kehidupan sebagai hal yang manis.  Semoga Allah ridhoi kita, mengumpulkan kita bersama orang-orang yang diridhoi-Nya di akhirat kelak. Yang disana tak ada lagi kesusahan dan kesedihan.  Tak ada lagi airmata sebagaimana hari ini. yang ada hanyalah kesenangan dan kegembiraan.   يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30) “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30) . . . 📷 https://pin.it/358BbGj

About Her #part7

Image
  Kini, saya akan menceritakan tentang seseorang lagi. Sahabat yang 7 tahun lalu saya kenal. Teman yang sering membersamai perjalanan. Ngintil kemana-mana, dari ke Jawa hingga pindah ke 2 tempat kerja berbeda.  Orang mengatainya lemot, padahal banyak kelebihan lain yang dia punya selain kekurangan tersebut (yang tentu saja, kita juga memiliki kekurangan). Dia jenaka, jago masak, jago bisnis, dan jago bawa kendaraan. Bahkan saya sering menjulukinya Rossa (saudara dari Rossi si pembalap. Wkwk). Beberapa waktu lalu, saya berkunjung ke kotanya. Nginap di rumahnya semalam. Keluarganya sudah seperti keluarga sendiri (maklum saja kami satu rumpun jadi gampang nyambung dengan bahasa).  Saya disuguhkan aneka masakan yang dia buat ataupun yang dibeli diluar. Enak sekali hidup saya disana. Leyeh-leyeh di tempat tidur doang, terus makanan datang (jangan dicontoh, ya).  Sebelum itupun, ketika saya pulang ke kota kelahiran, saya menyempatkan mampir ke warung makannya. Beberapa porsi makanan yang say

Pandemi dan Hijab

Image
  Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Begitu kalimat klasik yang sering kita dengar. Pandemi ini mengajarkan banyak hal ke semua orang. Bagi saya pribadi  yang paling saya syukuri adalah soal hijab.  Orang-orang sudah tidak sembarangan berjabat tangan atau bersentuhan dengan lawan jenis. Beberapa oknum yang dulu mengejek wanita bercadar, kini menutup wajah-wajah mereka dengan masker.  Pengalaman menarik ketika saya berlebaran di salah satu kota di Sulawesi Selatan. Wanita-wanita yang hadir melaksanakan sholat Ied menutup wajah-wajah mereka dengan cadar seperti yang sering saya kenakan waktu jaman kuliah. Hampir semua memakainya. Termasuk kakak ipar saya dan saudara-saudara perempuannya. Hanya satu dua orang yang memakai masker. Memakai masker memang bikin engap, sih. Lebih nyaman memakai cadar lepas. Apalagi selama mendirikan sholat, wajib tetap memakai masker.  Ketika menyaksikan ini, dalam hati saya bergumam "akhirnya, penutup wajah menggema di seluruh negeri. Mau tidak mau mer

Surat Perpisahan

Image
  Yang lalu, biarlah jadi kenangan terindah. Sebagaimana kota Makassar dan saya. Layaknya ibu dan anak yang tak bisa berpisah. 7 tahun menjadikannya tempat teraman dan tertentram, akhirnya harus kembali ke asal, Sulawesi Barat, di bumi manakarra.  Pindah tempat bukan berarti berubah. Meski terpaksa merubah satu dua hal. Namun hati ini -insya Allah- tetap sama. Saya masih setia. *Eeaa. Haha.  Kenangan di kota daeng tak terhitung jumlahnya. Sepanjang jalannya penuh memori manis dan pahit. Sepanjang perintis, Urip, hingga ujung cendrawasih dan perbatasan Gowa, adalah kisah yang pernah tertulis, membuat buncah di hati, membuat senyum dan tawa sekaligus tangis kepedihan.  Terima kasih, Makassar. Memberi pelajaran banyak dan cerita menarik untuk selalu saya ingat.  Maaf, saya harus meninggalkan mu sebelum kisah-kisah yang saya buat usai.  Semoga cerita di Sulawesi barat jauh lebih baik dan membawa bahagia.  Allahumma aamiin... . . . 📷 https://pin.it/3jKt01B

Secercah Nasihat untuk Kamu dan Aku

Image
  Teruntuk saudari-saudariku Fillah, yang sedang kepayahan dalam perjuangan. Yang berusaha untuk tetap tegar dalam kesendirian. yang terus sabar dalam belajar menjadi wanita shalihah. _ _ _ Jangan takluk pada dunia. Simpan dalam genggaman yang tak harus kau tengok perdetik permenit. Bahkan mungkin lupa. Dunia yang menggerus kalangan kita, bahkan. Hingga ada yang sudah ngos-ngosan mengejar "bangkai kambing". Waktu habis di depan layar. Hari usai tak terasa karena bekerja. Lalai dan lalai.  Pun kalau sedang terlupa, ingat jalan pulang. Malaikat maut sedang mengintai di belakang. Tak peduli dengan harap dan penolakan "jangan dulu. Tunggu sampai aku punya pasangan yang saling mengingatkan". Tak akan dia menunggu.  Taat bukan menunggu kita punya teman hidup. Taat sampai akhir meski kita tak di takdirkan punya pasangan di dunia.  Jangan kecewa dan merana. Nikmat di surga abadi. Kamu hanya perlu bekal menuju sana. Bagaimana mau mengumpulkan bekal kalau waktu di habiskan un

Masakan Micin #opini

Image
Beberapa hari yang lalu, ipar saya mentraktir seporsi mie ayam. Yang katanya "mie ayam paling enak" di wilayah kami. Setelah mencicipi, hmm... Enak sih, tapi ada rasa yang tertinggal di tenggorokan, dan saya bisa rasakan makanan tersebut kebanyakan Micin. (Ini bukan judge, ya. Coba aja deh kalau masak kasih Micin banyak, after taste nya bakal ada yang nge-ganjal di tenggorokan). Entah kenapa, di mindset beberapa orang, banyak Micin itu bikin enak. Justru saya pikir malah bikin eneg. Saya bukan haters Micin. Karena makanan yang mengandung Micin kayak Indomie, snack-snack yang gurih, saya masih makan dan dinikmati. Karena menurut saya Micinnya sesuai standar keamanan pangan (begitu dulu yang saya pelajari sewaktu SMK). Tapi, jika masakan yang overdosis Micin, biar makin enak "katanya", itu nggak sih buat saya. Pernah pula, di rumah diadakan acara, dan saya menemani ibu-ibu tetangga untuk masak-masak. Subhanallah, mereka masak sayur pake Micin dan ditambah lagi

Memandang Langit

Image
  Pagi yang hangat, Mentari dan langit biru setia temani perjalanan Malam yang beku, Bintang dan bulan setia temani perjalanan pulang. Melihat langit adalah hal baru yang Kusuka setelah menatap hujan dibalik jendela kaca. Menengadah sembari mengingat segala Karunia-Nya yang luas. Seluas langit. "Yang menciptakan tujuh langit berlapis - lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan yang Maha Pengasih . Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat ? Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi (dan) sekali lagi. Niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih ."* *Surah Al Mulk : 3 - 4 . . . 📷 https://pin.it/5lHhcOb

Kecintaan

Image
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Terjemah surah ali Imran ayat 14.  _ _ _ Kecintaan terhadap apa-apa yg disebutkan pada ayat di atas merupakan tabiat manusia. Saya ingin membahas mengenai hal tersebut yang berhubungan dengan apa yang saya rasakan.  Dua tahun berkecimpung di dunia pendidikan, khususnya untuk anak usia dini, membuat saya begitu mencintai dunia mereka. Dunia yang tanpa beban. Tanpa masalah-masalah rumit yang sebagaimana dialami oleh orang dewasa.  Saat dunia berubah kondisinya, lalu memaksa saya harus pulang dan meninggalkan mereka, saya kembali bertemu dengan sosok malaikat kecil yang seiring berjalannya waktu membuat cinta bersemi di hati saya untuknya.  Bibir mungilnya yang kerap berceloteh, kata-kata sa

Masih Mencarimu

  Berbagai upaya telah kutempuh untuk menemukanmu Namun pencaharianku belum jua sampai pada titik temu Tebalkan wajah pada sejawat, rekan duduk di majelis, hingga orang yang baru saja kukenal, Berharap salah seorang dari mereka bisa menemukan tempatmu bersembunyi. Tetapi, hingga detik ini, kau belum juga kutemui. Puisi-puisi ku hampir kadaluarsa, menanti bait-baitnya sampai pada titik. Waktu terus berjalan memakan usia. Seperempat abad telah lewat, Akankah dirimu berhasil kutemukan di penghujung tahun ini? Aku titip pesan Lewat blog yang sepi pembaca ini. Segeralah datang. Rasanya aku sudah tak bisa menunggu lama. Kutitipkan pada Allah setiap baris kataku, Entah bagaimana caranya Dia akan menggerakkan hatimu untuk bisa menemukan tulisan ini. Aku selalu yakin, Kuasa-Nya tak terbatas pada nalar manusia. Mamuju Tengah, 11 September 2020 Note : hubungi aku via email, jika kau telah membacanya

Separuh dari "aku ingin"

Image
  Perihal awan kepada hujan yang menjadikannya tiada, Hilang tapi memberi arti.  Kamu lega tidak? Setelah proses yang berlalu, Yang membuatmu sering sedu sedan diam-diam di sudut kamar atau pada sujud-sujud panjang? Kamu melewatinya kini. Sudah mampu tersenyum dan sedikit tertawa sembari menceritakannya pada sahabat. Perihal kayu kepada api yang menjadikannya abu, Sakit tapi penuh makna. Hikmah akan kamu rasakan setelah proses ujiannya terlewati.  Selamat untuk kamu. . . . https://pin.it/3jV5hSs

Draf yang menumpuk, project yang tak selesai-selesai

Image
  2016, saya mulai menggarap "Drama Bumi, Skenario Langit" yang awalnya berupa potongan-potongan cerita dari kisah beberapa teman yang akhirnya saya satukan. Mandek. Karena waktu itu takdir bergulir dan membuat saya berubah haluan ke majelis baru. Sehingga menceritakan kembali kisah teman-teman lama rasanya sudah tak berselera.  Di tahun ini pula Allah takdirkan saya memulai ta'aruf. Yang dengannya saya memulai "Titian menuju Halal". Namun, lagi-lagi gagal. Karena hati ternyata tak menemui tambatan. Saya dan pak dokter tak berjodoh. Tapi, project tersebut bagi saya belum selesai. Karena kisah saya terus berlanjut. Diperkenalkan si anu si ini si itu. Hingga dipenghujung 2019, saya bahagia sekali. "Titian menuju Halal" hampir kelar meski baru mentah dalam bentuk jurnal harian, catatan ta'aruf yang saya tulis dan update setiap saat dari bulan Juli hingga November. Kegagalan inilah yang membuat saya berubah drastis. Terlalu menyakitkan. Teramat terluka

Sebuah Surat #5

Image
10 Januari 2020 Wa'alaikum salam Kau memang selalu terlambat. Bahkan kini sangat terlambat. Suratmu baru sampai setelah 3 tahun. Lalu, aku harus bagaimana? Menunggumu di bandara seperti tahun-tahun yang menyedihkan itu? Aku bertahan tidak sebentar. Tapi kau tak pernah sekalipun memberi penjelasan dan kejelasan.  3 tahun lalu aku bertemu lelaki biasa. Sangat biasa bahkan. Tidak sepintar dirimu, tidak setampan dirimu, tidak semenarik dirimu ketika berbicara, tidak sepandai dirimu merangkai kata-kata manis, sungguh sangat biasa jika dibandingkan kau. Tapi dia punya satu hal yang tidak kau punya. Dia tidak terlambat. Dia tidak membiarkanku menunggu. Dia melamarku di hari wisuda S2ku. Kami menikah tepat di hari dimana kau pergi dan memintaku menunggu 3 tahun lagi.  Kau terlambat. Waktu dan kesempatan tak memihak padamu yang sempurna. Satu hal bisa kutulis sebagai pelajaran di surat ini, yang memiliki segalanya akan dikalahkan oleh yang biasa saja hanya dengan satu hal. Kesempatan. Aku y

Sebuah Surat #4

Image
Kota Kita, 2 Oktober 2017 Assalamu 'alaikum  Nay, surat yang kemarin sepertinya belum terbaca. Saya mengirimkannya berkali-kali di emailmu, tapi sepertinya kamu sudah mengganti alamat email. Saya harus mengirimkannya kemana, Nay? Alamat lamamu juga ternyata sudah tak berpenghuni. Saya benar-benar kehilangan kamu, Nay. Kontak teman-teman lama juga tak ada yang tahu kabarmu.  Besok saya akan berangkat lagi ke Aussie. Saya dapat kontrak disana 3 tahun. Saya sangat berharap ketika pulang kamu sudah bisa kutemui.  Salam cinta dan Rindu yang tak terbendung, Akhsa.

Aisyah dan kakeknya

Image
Pendidikan bagi seorang anak harus dimulai sejak dini (bahkan sejak dalam kandungan). Pun saya menyadari itu. Tapi terkadang Memberi nasihat kepada orang lain ternyata lebih mudah ketimbang mempraktekkannya pada kehidupan sendiri. Inginnya mendidik dengan lemah lembut, tapi justru yang keluar dari lisan adalah amarah. Meski belum memiliki anak sendiri, namun profesi saya mendekatkan saya dengan dunia anak-anak. Begitu pula ketika saya harus kembali ke kampung halaman, saya harus berhadapan setiap harinya dengan satu ponakan yang sangat "pintar". Aisyah namanya. Si kecil yang berumur 3 tahun ini saya tinggal ketika masih belum mampu berkata-kata. Tetapi setelah satu tahun akhirnya bertemu lagi, dia sudah memiliki banyak kosa kata. Dari bahasa daerah hingga bahasa Indonesia. Dari kata berkonotasi buruk hingga yang baik. Dia seperti keponakan saya yang lain, orang dewasa terperangkap di tubuh anak kecil. Sok tahu, kritis, dan banyak tanya.  Orang di rumah ; Ibu, Ayah, paman, dan

About Niqab

Image
Suatu hari, datanglah salah seorang saudari fillah ke rumah. Kami baru bertemu lagi setelah setahun lebih. Alhamdulillah, Allah beri kemudahan untuknya memakai niqab. Sambil bercerita tentang kisah warna warninya hingga di ACC oleh ibu bapaknya, saya menangis haru. Sekaligus sedih yang cukup dalam. Matanya ikut berkaca sambil menguatkan saya. "Yang sabar ukh, suatu saat Allah pasti bolak balikkan hatinya". Saya mengusap mata dengan ujung kerudung. Sungguh pahit sekali sebuah kenyataan hidup. Dimana kamu harus berjuang taat di tengah lingkungan buruk dan tak ada yang mendukung. Ujian ini sudah 4 tahun tak kunjung usai. Masih itu-itu saja.  Yang lebih menyakitkan adalah ketika ada orang yang justru diberi kemudahan untuk memakainya, tetapi setelah dipakai dibuka lagi, seperti tak ada harga. Sungguh pada detik saya mengetik ini, dan memposting beberapa kalimat di medsos tentang niqab, saya belum juga berhenti menangis. Si cengeng ini, terus saja mengumbar air mata di beberapa tu

Jelajah alam dan sebuah monolog

Image
Langit biru, arak-arakan awan, hamparan air jernih, gunung hijau, adalah hal yang selalu saya nikmati dalam perjalanan. Senang sekali, kalau berangkat taklim ke LH, menikmati perjalanan dg monolog hati ditemani pemandangan waduk antang yang bikin tidak ingin berpaling (jadi makin rinduu). Atau perjalanan pulang ke Mamuju, yang sepanjang jalan Sulawesi barat kebanyakan gunung, lembah, dan laut biru. Ada yang suka dengan perjalanan seperti saya atau malah jadi tidak betah duduk berlama-lama di atas kendaraan? Hal lain yang membuat saya dalam perjalanan adalah berbicara dengan diri sendiri atau bermonolog. Kadang, justru bisa bikin puisi satu tema hingga sampai ke tempat tujuan.  Bagi saya, tujuannya jadi tak begitu penting. Karena saya menikmati proses perjalanannya. Deru angin, klakson kendaraan, lalu lalangnya manusia dengan segala macam aktivitas, atau apapun yang bisa saya lihat ketika dalam perjalanan. Merenungi banyak hal. "Ternyata orang nyari rezeki banyak caranya", &qu

Selangkah untuk Sebuah Mimpi

Image
Setidaknya saya sudah mau melangkah, meski baru sedepa. Tak apa. Bukan soal seberapa jauh. Tapi seberapa berani untuk memulai. Pun nantinya tak sesuai ekspektasi, saya tetap mengharapkan pahala atas niat.  Menjadi orang yang berbeda, apalagi di sebuah pedalaman yang masih asing perihal perubahan dan kemajuan berpikir, sangat sulit. Apalagi sendiri. Yang ini sedari dulu jadi keluhan. Wkwk.  Inginnya segera dapat parnert yang sepemikiran, sejalan, seiya sekata. Tapi, namanya idealisme itu, tak segampang membalikkan telapak tangan. Sekian perjalanan saya mencari, yang sesuai kriteria belum ketemu. Entah ada di belahan bumi mana. Ketika ada yang menawari sebagai parnert, saya selalu berprasangka, mungkin yang saya inginkan bukan yang saya butuhkan, sehingga berlapang dada untuk menerima. Lalu akhirnya kandas di awal atau pertengahan jalan. Berkali-kali. Sangat kerap terjadi. Mungkin menurunkan kriteria bukan lagi solusi. Karena bagaimanapun inginnya, termasuk meruntuhkan idealisme, kalau d

Gara - gara Satu Kata

Image
Menjadi seorang pemikir ada enaknya dan juga ada tidak enaknya. Enaknya, kita bisa menyaring lisan sebelum dia berhasil mengeluarkan satu kata atau kalimat. Biasanya, orang yang pemikir, dari jauh-jauh hari atau beberapa jam sebelum melakukan sesuatu atau bertemu seseorang sudah merencanakan "saya akan membicarakan ini, saya akan membahas itu", tapi pada saat sudah tiba waktunya justru kembali berpikir "ngomong nggak, ya? Gimana kalau malah jatuhnya canggung ngomongin hal tersebut? Gimana kalau si dia jadi sakit hati? Bla bla bla". Sehingga, ujung-ujungnya nggak jadi ngomongin yang sudah direncanakan berhari-hari. Wkwk. Nah, jika membahas hal yang tidak enaknya, orang pemikir itu mudah sekali stress. Karena mudah kepikiran hal sekecil apapun. Yang mungkin bagi orang lain "ah, ngapain sih, mikirin hal begitu" atau "yaa ampun, itu hal yang sangat tidak penting untuk dipikirkan". Tetapi, sebesar apapun si pemikir mensugesti dirinya untuk tidak memik

Sebuah Surat #3

Image
Kota Kita, 14 Januari 2017 Wa'aikum salam, Kai...! Alhamdulillah kabarku baik. Benar kata nenek, saat ini aku sangat sibuk. Masih ngurus penelitian dan lainnya. Mengejar kelulusan di bulan Mei nanti.  Aku juga rindu sekali, Kai. Rindu dengan nenek, rindu dengan suasana di desa, rindu masakan mamamu, tapi aku tidak rindu denganmu. Haha. Kau jangan marah, Kai. Aku ini berkata jujur. Kau, kan, selalu mengatakan "berkata jujur meskipun pahit" hehe. Aku tidak rindu dengan Kai yang sekarang. Yang sok serius, yang sok dewasa, sok pintar, sok sibuk dengan proyek ini itu. Aku rindu dengan Kai yang kecil. Yang menemaniku bermain ketika liburan di desa, yang terus-terusan mengirimkan surat meski jarang kubalas.  Datanglah ke rumah kapanpun kau mau. Pasti Ayah dan Mama senang bertemu denganmu. Kau tidak usah sok serius begitu, mau mengatakan apalah. Datanglah, Kai. Setidaknya ada yang bisa kutemani bernostalgia. Rinai.

Sebuah Surat #2

Image
7 Januari 2017 Assalamu 'alaikum, Nay...! Bagaimana kabarmu? Kapan kau kembali lagi ke desa? Nenekmu masih kerap bercerita tentangmu jika aku dan mama berkunjung ke rumahnya. Kata beliau "Nay sudah besar. Makin ayu. Sudah mau sarjana untuk kedua kalinya." Katanya lagi "nenek rindu sekali dengannya. Tapi tidak bisa juga berharap banyak dia bisa kesini. Dia sibuk sekali dengan sekolah dan bisnisnya." Aku dan Mama juga demikian, Nay. Sudah rindu ingin bertemu. Namun, sepertinya waktu belum berpihak. Aku juga jarang pulang. Seringnya nginap di hutan menangani proyek. Berharap ketika masa libur tiba, aku bisa pulang dan kau pun demikian. Kalau pun tidak, kalau kau mau, aku bisa datang menemuimu di kota, jika kau tak keberatan. Maaf, ya, aku jarang sekali menelfonmu. Maklum saja, sinyal di tempat kerja tidak mendukung. Tidak beda jauh jika kembali ke desa. Aku lebih suka mengirimkan surat seperti ini. Mengenang masa kecil kita yang main surat-suratan. Saat dunia k

Sebuah Surat #1

Image
Kota Kita, 2 Maret 2017 Assalamu 'alaikum Bagaimana kabarmu, Nay? Sudah lama sekali ingin menanyakan ini padamu. Tapi saya selalu urung. Bukan karena lupa atau tak rindu. Hanya, kufikir waktu sudah membuang perihal kita di kotak kenangan dan benakmu. Bertahun-tahun pergi, lalu kembali. Ya, sekarang saya sudah kembali ke negeri kita lagi. Mengurai semua rindu yang terkumpul. Tentang kota kita, keluargaku, dan juga kamu. Apa kamu masih menulis seperti dulu? Sudah sangat lama saya mencari namamu di berbagai sosial media, tapi nihil. Padahal, salah satu hal yang bisa mencairkan rinduku ke kamu adalah tulisan - tulisanmu yang dulu. Saya hanya bisa membaca tulisan lama, yang pernah kamu kirim di email, 7 tahun yang lalu. Nay, bolehkah kuajukan tanya sekali lagi. Tentang perasaanmu yang pernah kamu peruntukkan untuk saya. Masihkah sama? Nay, saya kehilangan jejakmu. Jika kamu membaca ini, tolong hubungi saya. Apapun statusmu saat ini.  Akhsa. *** Sebuah surat adalah cerpen berseri. Part t

Bertahan atau Mundur?

Image
Tentang segala idealismeku, sikapku yang perfeksionis, dan kesempurnaan yang ingin kumiliki dan kuimpikan dalam hidup, membuatku jadi tak bisa qonaah menerima hal-hal yang biasa dan wajar.  Benarkah yang kulakukan selama ini? Dengan segala sikap keras kepalaku, yang membuat orang-orang di sekelilingku akhirnya memilih pergi ketimbang bertahan.  Sekarang, di usia yang rentan, tembok egoisme itu ingin kuruntuhkan saja. Tapi aku juga takut, khawatir tak mampu bertahan diluar sana. Di dunia yang begitu luas dan terbuka. Rabbiy, kembali kudiperhadapkan pada pilihan yang sulit. Bertahan untuk diri sendiri atau mundur untuk sebuah masa depan?

Barang Kenangan

Image
Setelah membongkar barang-barang bekas di gudang ketika ramadhan, dan sempat sedih karena buku-buku bacaan jaman ketika sekolah nggak ketemu, akhirnya tadi bongkar barang part ke 2. Giliran barang-barang bekas di atas loteng yang jadi sasaran.  Ternyata disana banyak juga barang-barang kenangan yang tersimpan tidak rapih, dan sudah banyak yang hancur di makan rayap.  Ibu Rahimahallah adalah tipe orang yang tidak bisa membuang sesuatu. Seremeh apapun barang tersebut bagi orang lain, bagi beliau apapun barang-barangnya, selagi itu miliknya dan bisa digunakan lagi, pasti akan disimpan. Makanya, di rumah  banyak sekali barang bekas yang kami tidak tahu disimpan untuk apa.  Ramadhan kemarin, ketika membongkar barang-barang di gudang, banyak sekali barang yang akhirnya kami buang begitu saja. Bukan tak menghargai, cuman kami juga tidak tahu untuk apa disimpan memenuhi sudut rumah. Tentu lebih enteng dan lega jika barang-barang yang tak terpakai "diungsikan" saja.  Nah! Tadi, saat m

Dilemanya sektor pendidikan di tengah pandemi

Saatnya ngomong serius lagi di blog ini. Grup WhatsApp sudah heboh karena tahun ajaran baru tak lama lagi akan datang. Sementara pemerintah belum juga ada keputusan jelas dan solusi bagaimana anak-anak bisa tetap belajar secara maksimal di tengah pandemi.  Sangat dilema. Bagaimana tidak, khususnya kami pendidik anak usia Dini, begitu kesulitan terus menerus mengajar secara daring. Selain anak-anak begitu manja jika bersama orangtuanya, mereka juga sulit memahami apa yang disampaikan jika tidak bersentuhan langsung dengan guru-gurunya. Berbeda dengan anak yang sudah baligh. Seperti siswa SMA atau mahasiswa.  Tetapi jikalau pun ingin dipaksakan anak-anak datang ke sekolah, resikonya juga terlalu besar. Tangan guru yang cuman dua mau mengawasi dan menjaga anak sepuluh agar mereka jaga jarak dan memperhatikan protokol kesehatan, bukan hal yang mudah.  Anak-anak dan orangtua siswa diperhadapkan pada pilihan, mereka harus tetap belajar di rumah dengan segala kondisi yang terbatas dan pembela

Yang Hilang

Image
Kutak lagi mencium aroma matahari, Atau aroma basah pada hujan... Yang ada hanyalah pengap yang mengungkung, Memaksa untuk tetap menikmati aroma gelapnya. Suara riuh itu hilang, Teriakan kesal itu tak lagi ada, Hanya deruh pendingin ruangan dan detak jam dinding. Memilih ciptakan bising sendiri, Berdialog dengan cermin, Apakah esok masih akan baik-baik saja? . . . 📷 https://pin.it/1iCCvl9

Faidah #1

Image
Tatkala hatiku semakin keras dan ruang gerakku semakin sempit, maka aku menjadikan ampunan-Mu sebagai harapanku. Aku merasakan dosaku semakin besar, namun ketika aku gandengkan dosaku dengan ampunan-Mu, maka ampunan-Mu jauh lebih besar. _faedah Taklim_ . . . 📷 https://pin.it/50gX0Sx

Sang Bunga

Image
Kuncup kembangnya,  Terkatup rapat karena malu, Akarnya kuat disiram hujan musim kemarin, Bercahaya diterpa matahari suatu musim lain. Mahkota telah mekar, Berseri dan mempesona, Silih berganti kumbang dan kupu-kupu menghampiri, Menghisap sarinya. Sang bunga kini layu, Bagai hidup enggan mati tak mau, Kumbang dan kupu-kupu telah mengambil hampir seluruh kehidupannya. Pada akhirnya, Sang bunga bertahan hanya dengan keluguan dan kelesuhan. . . . 📷 https://pin.it/dCUCRlL

Do'a yang Paling Serius

Image
Perlina bayangmu di ujung jalan Ingin kukejar tapi tak tahu arah kemana yang kamu tuju Rasa yang lewah dan membabi buta Telah pergi jauh bersama sosokmu Kini, tertinggal asa dan do'a paling serius Mengemis pinta pada Rabb semesta alam Kuingin datang penggantimu secepatnya. Semoga. . . . 📷 https://pin.it/Ajd4XS4  

#copas

Image
Entah mungkin hanya saya yang begitu greget sama tukang copas di sosial media tanpa mencantumkan sumber penulisnya. Apalagi medsos yang bernama fesbuk. Memang kita ketahui bersama, jejaring sosial tersebut dijangkau oleh semua kalangan. Bocah, emak-emak, bapak-bapak. Dari kalangan menengah atas, sampai kalangan menengah kebawah. Itulah juga kenapa fesbuk menjadi sumber berita kehoax-an yg sangat tinggi. Lah, gimana tidak, warganya memang tukang copas. Di medsos lain juga ada, meski tidak sebesar fesbuk. Sudah dua kali saya "memarahi" orang gara-gara saya dapati tulisannya copas. salah satunya adalah copas artikel dakwah, dan artikel tersebut sangat saya kenali dan tahu siapa penulis aslinya. Ketika saya bertanya di kolom komentar, benarkah dugaan saya bahwa tulisan tersebut tulisan orang yang saya maksud? Dia menjawab benar. Oh ya, sebelum saya mengetik komentar saya, sudah ada komentar lain yang bertengger disana dan meminta izin untuk mengcopas tulisan tersebut. Dan kalimat

Bumi berduka (2020) - sesajak tangis dan do'a

Image
Wabah meluas, Ratusan terinfeksi, Puluhan meninggal dalam masa 21 hari. Negeriku berduka... Foto - foto paramedis dengan pakaian "perangnya", Pesan - pesan para dokter di sosial media merebak,  Kalimat - kalimat dukungan para netizen untuk mereka, Para donatur menggalang dana semakin banyak, Semua itu membuatku terenyuh. Disaat seperti ternyata kita masih saling mencintai, saling membutuhkan. Aku hanya mampu mengucurkan air mata di kamar. Berusaha menikmati social distencing yang sudah berlangsung sepekan. Melangit do'a untuk mereka yang sedang berjuang, berjuang melawan sakit, berjuang menyembuhkan si sakit, berjuang membantu yang di rumah sakit, semoga kita segera "pulih". Dan normal sebelum ramadhan tiba nanti.  Allah beri kita uji sebagai pengingat diri agar tak lagi lalai, tersadar bahwa kita ini kecil, Dia-lah yang Maha besar dan Maha Kuasa, dan bahwasanya tetap meneguhkan yakin, pertolongan-Nya akan segera tiba, tak ada yang tak mungkin bagi-Nya. Ditulis

About her #part6

Image
Dia salah seorang seniorku di kampus. Teman aktivis dakwah di LDK. Pernah menduduki kursi ketua bagian muslimah. Dia perempuan cerdas. Saya paling suka mengobrol dengannya, meski jika kami bertemu pasti yang dibahas adalah hal-hal yang berat. Tapi disitulah maknanya. Yang kami bicarakan adalah sesuatu yang serius, penting, dan berbobot.  Dia lebih dahulu pindah haluan. Kami jadi semakin dekat ketika bertemu di tempat sebuah kajian pasca kami "berpindah".  Dia dokter muslimah yang cerdas dan Sholihah, insya Allah.  Sudah sangat lama kami tak bersua. Meski sesekali saya mengechatnya menanyakan kabar.  Terkadang cerita kami di mulai dengan nostalgia tentang kehidupan kami dulu sewaktu jadi aktivis kampus. Lalu beralih ke pembahasan kondisi iman, hati, teman sekitar, dan lain-lain.  Saya begitu merindukan sosoknya. Dia kesepian di kampung halamannya. Saya pun begitu, di tengah hiruk pikuk kota.  Ingin sekali saya bertemu lagi. Berbincang hangat dan serius.  Buu dok, jaga kesehata

Hujan dibalik Jendela #sebuahpuisi

Image
Tetes-tetes yang menjelma deru Ingin sekali kusentuh Basahi wajahku yang memang sudah basah Di jendela kayu, kuintip mereka yang berlarian di atap rumah, Ribut sekali, tapi aku bahagia dengan bisingnya Malam ini indah sekali, Ketika orang-orang desa memaki-maki Karena sedari sore mereka datang tak pergi-pergi,  Aku justru senang dengan hadirnya Hujanku, Yang selalu kurindu di sudut kota, Kini terus datang tak kenal waktu, Temani hatiku yang sudah lupa perkara rindu. Mateng, 29 ramadhan 1440 H

Lupa Hari ini #sebuahpuisi

Image
Aku lupa, Ini hari apa? Ini tanggal berapa? Waktu kenapa jadi begini? Berlalu tanpa aku tahu aku sudah berbuat apa Menyongsong esok dengan sebuah kepastian, Mati akan datang, Lalu amal tak bertambah, Dosa jadi teman, Mana yang katanya minta surga? Tapi tak berbuat apa-apa untuk menujunya Mana yang katanya takut neraka dan alam barzakh Namun tak kumpul bekal sebanyak-banyaknya. Aku benar-benar lupa akan hari ini Yang aku ingat, Besok adalah hari perhitungan. 📷 https://pin.it/6qPLjXA

Tahun Senyap #sebuahpuisi

Image
Damai sekaligus mengerikan Kebisingan kota berkurang Hiruk pikuk manusia hilang Suara sumbang perihal pertanyaan-pertanyaan ingin tahu kehidupan pribadi orang entah kemana. Dunia di luar sana menjadi senyap Aku bingung ingin bahagia atau bersedih Pekerjaan yang menguras tenaga dan suara menjadi hal yang kurindu tapi aku senang karena yang bertanya "kenapa belum menikah?" Tenggelam oleh Corona. Damai sekali. Bahkan terlalu damai. Benarlah, sesuatu berlebih itu menjadi hilang hakikat.  Aku ingin dunia kembali pulih seperti sedia kala. Tapi aku juga takut. Takut dengan mulut - mulut jahanam yang bahkan lebih ngeri ketimbang virus Corona. Bisakah dia datang sebelum virus itu pergi? Agar tahun ini tak terlalu senyap seperti ini.  . . . 📷 https://pin.it/2PxQH2o

Bukan Puisi Cinta #sebuahpuisi

Image
Simpul-simpul kenangan itu terurai Tapi kita takkan pernah bisa kembali Usia, status, dan ideologi telah merenggutnya Ini bukan kalimat sesal Sekadar belasungkawa pada hati Yang sekarat rindu Atas waktu yang berlalu Akan percik bahagia dan letupan tawa Akan pundak yang pernah punya sandaran Akan tangan yang pernah digenggam Akan air mata yang punya teman Untuk yang menyimpan lembaran-lembaran kenangan Tak rela menghapus meski cinta telah luntur Hati kita sama Aku pun demikian Pengoleksi lembaran-lembaran usang Akan kusimpan selagi bisa Sebagai cerita kelak untuk yang di masa depan Bahwa aku punya kisah yang rupa-rupa.

Tidak Bisa Mudik

Image
Entah kenapa sekarang aku benar-benar butuh buku diary ku yg tertinggal di kampung. Pengen nulis disitu. Pengen curhat disitu. Pengen ngeluarin semua kesedihan disitu.  Diakhir 2019, sebuah harapan kutulis, semoga tahun berikutnya lebih baik. Tak ada yg menyangka akan terjadi hal semengerikan dan semenyedihkan di tahun ini. Kita disambut tahun 2020 -yg katanya tahun yang cantik- dengan pandemi virus Corona. Nggak pengen nangis, tapi nggak bisa ditahan. Air mata maunya ngalir aja kayak pipa bocor.  Ramadhan sepekan lagi akan tiba, tapi kita tidak bisa berlenggang ria keluar untuk sholat tarawih bersama. Atau sekadar keluar sore - sore buat nyari takjil. Dan yang paling penting, nggak bisa pulang ke rumah buat lebaran sama keluarga. Bagi anak rantauan kayak saya, ramadhan adalah alarm terindah. Karena dengan datangnya, pertanda libur akan tiba. Rindu setahun yang ditampung bisa segera ditumpahkan. Meski setiap tahunnya cuman bisa dapat 2 pekan libur, Alhamdulillah waktu sependek itu bisa

Manusiawi

Image
Manusia sudah pada tahu, Jika jatuh cinta punya resiko besar. Membawa kebahagiaan atau nestapa. Tapi namanya juga manusia, Nggak manusiawi kalau tidak mengulangi kesalahan yang sama. Apalagi si "kaum lemah" Begitu mudahnya memberi hati hanya untuk dipatahkan. Bahagia sekian hari hanya untuk menunggu penderitaan bertahun - tahun. Keterlaluan sekali. Kutanyakan pada seseorang, " Masihkah kau ingin merasakan jatuh cinta?" Jawabnya " Iya. Karena lebih baik bahagia sehari ketimbang tak bahagia sama sekali. Akan kunikmati sakit bertahun-tahun, karena aku yakin, pada akhirnya sakit ini akan terus berfluktuasi. Tak akan ada kebahagiaan yang abadi, pun tentang rasa sakit. Semua akan berakhir suatu hari nanti." Baiklah, jika demikian katamu. Selamat jatuh cinta lagi dan lagi. . . . 📷 https://pin.it/3qoP2Mi