Belajar dari kesalahan


Jujur Atas kebohongan

Hari ini penyesalan itu datang. Hanya karena keegoisan dan kemalasan hingga berani melakukan hal yang di benci oleh Allah. Berbohong. Ceritanya berawal pada suatu malam. Saat itu aku lagi asyik nonton TV. Tiba-tiba ada panggilan masuk di handphone-ku. Karena malas buat ngomong dan malas kalau di Tanya-tanya lagi bikin apa? Akhirnya, aku matikan telfonnya. Begitu hingga dua kali. Hingga esok malamnya, kembali beliau nelfon. Aku sampingkan keegoisanku. Mungkin ada hal penting yang ingin di bicarakan. Aku angkat. Dan suara diseberang menanyakan kabarku setelah mengucapkan salam. Aku hanya jawab “alhamdulillah baik”. Kemudian disusul pertanyaan seputar kemarin malam kenapa aku tidak mengangkat telefon beliau. Aku jawab dengan jawaban klise dan itulah kata-kata yang paling aku benci seumur hidupku karena itu adalah jawaban BOHONG. “Maaf, saya tidak lihat.” Beliau menanggapi “sengaja dimatikan kan?!” dan…suara di seberang sana mulai putus-putus. Suaranya tidak jelas. “kalau bisa di sms saja, soalnya suaranya tidak jelas.” Dan teettt..teettt..mati.
            Sekarang, aku sadar kalau hal itu salah. Tapi, aku belum berani untuk minta maaf. Rencananya aku mau kirimkan sms yang berisi permohonan maaf , tapi…nanti deh lewat tengah malam. (kayak judul film horror. Hih..hih..hih.) dan akhirnya aku mengirimkan sms permohonan maaf dan jujur atas kebohonganku.
            Astagfirullah, jangan pernah contoh perbuatan diatas. Nanti nyesel belakangan. Karena, sekecil apapun perbuatan dosa itu, di akhirat kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Azza Wajalla.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)