Ujian Cinta (Ketika Cinta Butuh Pembuktian)

Kembali diperhadapkan pada kebimbangan. Beberapa bulan terakhir terlewati penuh air mata. Allah uji dengan berbagai cinta. Cinta kpd-Nya, cinta kpd orangtua, cinta kpd lawan jenis. Jujur, saya kembali menangis menuliskan ini. Setiap detik berubah. Manusia dan keadaan mudah berubah. Jika ada yang beranggapan saya terlalu sabar menghadapi ini, jawaban tidak ukhti. Bahkan, untuk mengurangi beban berat ini, saya tuliskan disini, tentu setelah keluh kesah perdana kepada Robbku.
Setiap orang memiliki ujiannya masing2, pun dengan bahagianya. Hampir 3 bulan terhitung hingga detik ini saya di boikot oleh orangtua. Tak terdefinisikan lagi sakitnya. Ditambah lagi di gantungnya perasaan oleh "orang paling tak punya hati". Satu yang selalu saya minta, semoga saya bisa ridho atas ketetapan2Nya. Saya bertahan, karena saya ingin di akhirat kelak punya hujjah, bahwa saya mencintai Robb saya dan RosulNya diatas segala2nya.
Apakah saya harus marah oleh keadaan? Tentu tidak. Ujian yang Allah berikan hanya secuil dibandingkan nikmatnya yang tak terhitung.
Saya berharap, kehidupan yang saya jalani saat ini, inilah yang terbaik dari-Nya. Seberat apapun. Sabar dan ikhlas adalah proses belajar seumur hidup.
Kelak, jika saya tinggal hanyalah nama, semoga jadi pelajaran untuk siapa saja yang membacanya. Bahwa cinta itu adalah ujian. Cinta adalah pembuktian. Kau cinta Allah, mana buktinya? Kau cinta Rasulullah, adakah buktinya? Saya menuliskan ini, bukan berarti cinta sayalah yang paling benar. Saya hanya berikhtiar, untuk melambungkan cinta tertinggi saya kepada dzat yang semestinya.
Barokallahu fiikum jami'an

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)