Gagal Bukan Tanda Tak Mampu (about Love)
ASSALAMU ‘ALAIKUM, GUYS..
Sorry, baru nongol lagi. Emang ada yang tungguin? Wkwk. Ini tulisan
pertama di tahun 2018. TAHUN 2018,
guys. Dan aku udah tua. Nyadar banget,kok. Hiks. Anak-anak yang dulu aku temuin
masih beler hidungnya dengan ingus(iyuuh!), masih telanjang dada di halaman
rumah sambil gelindingin ban sepeda bekas dengan sebilah kayu ditangannya,
cling cling cling, ternyata mereka udah gede ajah. Bahkan ada yang sebar undangan,
atau nimang anak. Sedih, nggak sih? (huwaah!) ah, malah kesitu. Hmmm.
So, ini tulisan gaje kesekian ribu kali dalam blog yang tak
berpunya (pembaca) ini. Hahaha. Tulisan alay
soal penderitaan hidupku (lagi-lagi). Namanya juga hidup, pasti di uji, kan. Kalau
nggak mau di uji, ya nggak usah hidup. simpelnya gitu. Tapi, ada perubahan
drastis loh dari aku beberapa bulan terakhir ini. Akun sosmedku (kalian bisa
buktikan sendiri) udah nggak ada postingan alay nan galau nan puitis nan baper
kayak dulu-dulu. Itu tandanya apa yah? berarti aku udah mulai didewasakan oleh
waktu. Bhahaha. Tuh, kan. Ngelantur kemana-mana terus.
Jadi gini, tadi aku dapat
postingan ngejleb lagi soal memilih pasangan hidup. Intinya sama kayak
nasihat Tere Liye soal tujuan menikah. Bahwa tujuan menikah, jangan hanya
karena liat teman-teman udah pada nikah, jadi ikutan kebelet nikah. Bla bla
bla. Nah, dari postingan tersebut, aku tiba-tiba flashback ke masa lalu
(jyiah.. mulai galau) soal kegagalan-kegagalanku dalam bertemu jodoh. Kalau di
hitung-hitung, dimulai semenjak aku selesai wisuda hingga detik ini, aku udah
gagal ta’aruf sebanyak 10 kali. Sepuluh kali, guys. Ckckck. Ini
bukan prestasi, yah. sama sekali bukan. INI COBAAN. Hiks. Sabar ‘Afyifah..!
Dan dari kegagalan-kegagalan yang telah lalu, aku mulai
memahami. Dan aku berprasangka baik ke Rabbku. Bahwa Dia ingin memilihkanku
orang yang tepat untuk menjadi teman hidupku. Teman Hidup. Kok, sweet yah
panggilannya. Jadi kepikiran pengen manggil si doi di masa depan dengan
panggilan ini (ngayal teruuusss). Pasti ada hikmah atas ini. Dan aku tidak
ingin, hanya karena mengejar target, aku jadi tergesa-gesa dalam mengambil
keputusan, yang ujung-ujungnya jadi salah milih. Nyesel seumur hidup. Itu nggak
boleh terjadi. Soalnya, dari beberapa emak-emak yang aku temui, alhamdulillah
nggak ada yang sampai ngebully dengan perkataan semisal “kok, masih sendiri,
gandengannya mana?” atau “kamu udah besar yah, jadi kapan nikah?” atau “kapan
disebar undangannya, anak saya udah punya anak 2 loh!” etc. Justru, emak-emak
yang aku temui selalu memberi pesan positif. Salah satunya yang aku inget
banget, ia (semoga Allah menjaganya) pernah datang ke rumah, terus
cerita-cerita soal suami, keluarga, kehidupan rumah tangga. Dan diakhir
pembahasan dia ngasih nasihat yang sampai sekarang membekas diingatan aku. Dia ngomong
gini “nak, selektiflah dalam memilih pasangan hidup. Pilih yang benar-benar
buat kamu yakin. Jangan sampai kamu jadi korban kesekian, menjadi istri yang
menangis menyesal karena telah salah memilih suami.” Kurang lebih seperti itu. Dalem,
yah nasihatnya. Dan, itulah yang menjadi motivasi aku sampai sekarang untuk
terus survive.
Semoga hari kedepan lebih baik yah,guys. Dan kita para
jomblowers bisa mendapatkan pasangan yang tepat dan yang terbaik. Aamiin.
Salam kece buat kalian semua.
Wassalamu ‘alaikum.. daaaaaah!
Comments
Post a Comment