BERBEDA (Kisah Seorang Anak)




Aku berbeda dari anak-anak yang lain. Setidaknya, perasaanku ini tumbuh ke permukaaan setelah Bunda pergi. Mungkin inilah yang disebut keadilan. Karena, betapa berlimpahnya aku dengan kasih sayang oleh Bunda –Rahimahallah- ketika beliau masih ada ditengah-tengah kami. Anak-anak lain, betapa ia akan menjadi kebanggaan orangtua ketika ia berprestasi di sekolah. Namun aku, tak absen oleh juara 1 dibangku SMK, tapi tak dibanggakan. Bahkan, justru dibandingkan dengan anak tetangga yang ini-itu. Memasuki bangku kuliah, tentu moment yang paling special dari akhir perjuangan seorang mahasiswa adalah memakai toga, yang disaksikan dan didampingi oleh orangtua mereka. Tapi tidak denganku. Bahkan Ayahku beralasan sakit ketika itu, agar ia tak menghadiri acara wisudaku (dan baru belakangan ini kutahu, bahwa sebenarnya ia tak sakit saat itu).
Posisiku ditengah-tengah keluarga, selalu dianggap beruntung oleh orang-orang. Karena aku putri bungsu lagi tunggal. Tentu saja, di mindset orang-orang diluar sana, aku anak paling di manja dan disayang. Namun, ini hanya mitos dalam hidupku. Faktanya, pakaian, aksesoris yang menjadi kebanggaan para wanita, kebutuhan perawatan kecantikan, itu tidak ada yang memperhatikan. Setidaknya, aku harus bersyukur, masih bisa makan dan dizinkan tinggal dirumah (meski makanan yang masuk ke mulutku harus kupaksakan masuk dan tempatku setelah mengerjakan pekerjaan rumah hanyalah kamar tidurku).
Uang belanja yang diberikan kepadaku, bahkan lebih besar jajanan keponakanku yang masih TK, yang diberikan oleh kakeknya,ketimbang jajanan untukku. Padahal aku adalah anak sementara dia hanyalah cucu. Tapi harusnya aku tak mengeluhkan ini, karena aku tak pernah dikasari. Lebih baik, bukan, didiami, dianggap tak ada wujudnya, lebih seperti pembantu dengan gaji 3 lembar uang merah, ketimbang dipukul,dicaci maki?
Kuingin bertanya pada kalian, bagaimana rasanya ketika engkau sakit, berada di rumah sendiri, tapi tak ada satu pun yang datang menengokmu, atau menanyakan keadaanmu? Dan itu pernah terjadi padaku. Bahkan saat itu aku berfikir, jika saja ajal menjemputku, mungkin jasadku baru akan ketahuan setelah membusuk. Ini bukan drama kawan. Ini fakta yang terjadi dalam hidupku, dari sekian banyaknya fakta yang diluar nalar lainnya. Haha. Kau tak perlu mengasihaniku, karena aku tak butuh itu. Cukuplah kalian bersyukur atas hidup kalian yang sekarang.
Betapa aku bertanya-tanya,ketika kudapati beberapa temanku, berakrab ria dengan Ayahnya, layaknya sahabat, kenapa aku berbeda?
Pernah kubertanya pada diriku, apakah perlakuan yang berbeda ini hanya karena ideologiku yang berbeda dari saudara-saudaraku? Tapi fakta yang lain menumbangkan asumsi tersebut, sebelum aku mengenal agama lebih dalam, tak pernah seingatku, aku diperlakukan lebih layak dari hari ini. hingga kini, belum bertemu jawab atas tanyaku, apa salahku hingga berbeda dari yang lain?
Jika dari kalian, ada yang bertanya, mengapa masih bertahan? Kenapa tak pergi saja? Bukankah aku bisa mencari pekerjaan dengan modal ijazah S1?
Aku hanya punya satu alasan. Yaitu cinta. Bukan kepada mereka yang tak mencintaiku. Tapi kepada dzat yang tak pernah habis cinta-Nya untukku, Rabbku.. Allahku. Karena dia telah perintahkan aku dalam sebuah surat cinta-Nya, untuk senantiasa berbakti kepada Ibu dan Bapak kita.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 14-15).

Kisah dari seorang anak yang diceritakan padaku, di awal desember.
Di tulis kembali 14 desember 2017
Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)