About Her (part 2)
ini tulisan dua tahun lalu. gak tau kenapa baru ngeh kalau pernah nulis ini. tadi sempat bongkar2 tulisan lama, akhirnya nemu. ya udah. aku post ajah.
.
.
.
.
.
.
Bismillah..
Kami dipertemukan 2012 silam. Di salah
satu taman-taman syurga, dalam naungan sayap-sayap malaikat. Awalnya aku
mengira kami sepantaran. Ternyata ia lebih tua setahun dariku. Panggilan akrab
“Ukhty” yang biasanya, berubah menjadi “kak”. Ia begitu dekat denganku.
Entahlah.. mungkin ruh kami punya kecocokan sandi. *senyum. Orangnya santun,
lembut, tenang, tapi lemah fisik. Ia mudah jatuh sakit. Tidak tahan dengan
perjalanan jauh. Kalau naik kendaraan umum, belum sampai ke tempat tujuan,
pasti ia sudah pusing-pusing, wajahnya pucat. Dia enak diajak ngobrol.
Salahsatu orang yang bisa kutemani berdiskusi serius, sharing tentang hal-hal
yang serius (apa tuh?), bercerita apa saja, bahkan suasana hatiku. Begitu pun
sebaliknya. Kami saling mempercayai.
Sedih rasanya ketika ia harus pergi.
Yah. Ia meninggalkanku dari majelis tarbiyah dan tahsin (yang biasanya setiap
pekan menjadi ajang pertemuan kami). Meninggalkanku yang kini butuh teman untuk
bercerita, dengan begitu banyaknya masalah pasca wisuda kemarin. Ia dewasa.
Meski dibaliknya ia juga manja. Alhamdulillah sekarang ia sudah punya tempat
bermanja-manja (kekasih halal. Uhuy. :D)
Yup, kabar bahagia sekaligus
menyedihkan itu dikabarkan pertama kali untukku (merasa spesial, karena dari
beberapa teman dekatnya akulah yang diberitahu terlebih dahulu). Tahun 2015
kemarin. Sudah tengah malam sebenarnya. Ia yang lagi di kampung, tiba-tiba
menelfonku, dan memberiku kabar, yang aku sendiri pun bingung mau menanggapi
seperti apa. Suka atau duka. Dia menerima lamaran laki-laki yang di jodohkan
oleh orangtuanya yang terhitung masih punya ikatan kekerabatan dengannya. Kenapa
kukatakan bahwa aku bingung, karena laki-laki tsb tak sesuai dg kriteria kami
sebagai seorang akhwat (kok kami sih? Dia kali, hihi). Padahal ada laki-laki
yang lebih baik agamanya jauh-jauh datang menemui bapaknya di kampung, tapi di
tolak. Dan kutahu, bahwa ia lebih cenderung ke laki-laki tersebut. Namun,
skenario Allah, jauh melampaui apa yang kita harapkan. dan kini ia bahagia
hidup bersama laki-laki pilihan orangtuanya. Dan sudah punya anak (aarrgghht!
Senangnya *loncat-loncat dikasur :v). Dan suaminya kini juga sudah mulai
mengikuti kajian. Barakallah.
Kenapa tiba-tiba kepikiran buat nulis
tentangnya (insya Allah tentang teman-teman yang lain juga *ditunggu yah..),
karena barusan dia nelfon. Rasanya? Senang buanget. Beberapa hari yang lalu
memang aku sms, tanya kabarnya dan tanya apa sudah melahirkan, ternyata malam
ini dia nelfon. Ah, masih seperti dulu yah kak. Aku masih bisa terbuka padamu
(satu2nya orang yang bisa aku terbuka setelah Ibu meninggal). Tidak sabar
ketemu ma ponakan tersayang. Tidak sabar menanti perkembangannya, sampai suatu
hari nanti dia bisa ngomong, terus manggil-manggil aku “khola”. *nangis haru. Semoga
engkau bahagia kak. Keluarga kecilmu senantiasa dicurahi keberkahan oleh Allah.
dan kelak, bisa berkumpul lagi di Jannah-Nya. *peluk sayang untukmu dan peluk
cium untuk Putri kecilmu.
07 September 2016, 21:11 WITA
Malam yang dingin di Mamuju Tengah
(seperti malam-malam sebelumnya)
Comments
Post a Comment