Janji Kebahagiaan yang Pergi
Padahal, baru kemarin kalian bercerita panjang lebar,
sesekali tertawa bersama, atau kau mulai merajuk manja karena kejailannya.
Masih sangat baru, bahkan bau nafasnya -saat dia begitu antusiasnya
menceritakan rencana pernikahan kalian, tentang rencana kedatangannya segera ke
rumahmu untuk meminang gadis pujaannya- masih bisa kau cium aromanya saat ini.
Betapa indah janji-janji kebahagiaan. Bahkan setelah
mengenalnya, rasanya waktu begitu singkat jika bersamanya. Kau merasa menjadi
gadis paling beruntung karena dicintai olehnya. Dan takdir selalu melindas kita
tanpa ampun. Begitu pun dengan kalian,bukan? Takdir buruk tiba-tiba saja
terjadi.
Dia ternyata pergi. Benar-benar pergi. Bukan sekedar
imajinasi yang kuingin masukkan kedalam fikirmu. Kau tak hanya sedih. tapi juga
terpuruk. Kau menjadi orang yang paling kacau. Segala seracau kesedihan dan
kehilangan yang sangat mendalam tumpah di semua akun sosial mediamu.
Sungguh, kematian adalah pemutus kenikmatan. Duhai aku
dan kau, kan tiba suatu hari nanti pula, kita hadapi hari itu. Berbahagialah
orang-orang yang menghadap Tuhan-Nya dengan perbekalan penuh, dan ridho atas
takdir-Nya. Dan betapa sengsaranya yang memiliki berbekalan sedikit atau tak
punya bekal, justru membawa beban yang merugikan dirinya. La haula wala quwwata
illa billah. Sungguh, itu hari yang berat bagi manusia.
Semoga janji kebahagiaan untuk diri-diri kita, tak
sekedar janji. Namun, ialah hadiah terindah dari Rabb kita berupa Jannatun
na’im. Disanalah kebahagiaan yang hakiki. Mari berlomba menggapainya!
Inspirasi dari kisah
nyata seseorang yang kehilangan kekasihnya, (sebulan sebelum terucapnya janji Suci mereka)
24 februari 2018
Comments
Post a Comment