Opini mengenai "PUISI KONDE"



            Hati saya tergerak untuk menuliskan ini. Untuk pertama kali, beropini mengenai isu SARA yang lagi viral di media sosial. Sebagai seorang penulis amatiran yang menyukai sastra sedari kecil sekaligus sebagai seorang penuntut ‘ilmu syar’i, maka saya kira hal ini bisa mewakili hak suara untuk beropini mengenai hal ini.
            Diantara banyak isu SARA sepanjang tahun 2016 hingga sekarang, dari pelaku oknum non muslim atau muslim itu sendiri, tentu yang terbesar adalah di tahun 2016. Namun, yang sering kerap terjadi, bahkan akhir-akhir ini, tema cadar begitu banyak terdengar, terpampang, dan tertulis diberbagai media, seiring menggeliatnya semangat kaum muslimah untuk menegakkan sunnah yang satu ini. Dari Isu SARA mengenai cadar yang dihembuskan oleh salah satu oknum pemerintah di provinsi sulawesi utara, pelarangan cadar oleh salah satu universitas di pulau jawa, hingga yang sekarang ini memasukkan isu SARA pada sepotong karya sastra yakni puisi. Dibacakan pada suatu forum, menganggap bahwa konde lebih baik dari cadar, dan kidung lebih baik dari adzan.
 Dari isi puisi tersebut, sebenarnya sang penulis puisi mengakui sendiri bahwa tak paham syariat islam. Dan disini letak point utamanya.  Agama ini (Islam) mengajarkan kepada pemeluknya, untuk tak berbicara jika tak tahu ‘ilmunya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :“Sesungguhnya akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh dengan tipuan, seorang pembohong dibenarkan dan seorang jujur dianggap berbohong, seorang pengkhianat dipercaya dan seorang yang dipercaya dianggap khianat, dan saat itu Ruwaibidhah akan berbicara. Diatanyakan kepada beliau , siapakah Ruwaibidhah itu?, beliau menjawab, IA ADALAH ORANG BODOH YANG BERBICARA TENTANG URUSAN ORANG BANYAK (UMAT).” HR. Ahmad.
Semua orang mempunyai hak untuk berbicara atau menghasilkan karya. Namun, seorang muslim mempunyai aturan main dalam hal ini. Silahkan saja membuat puisi sebanyak-banyaknya, membacakan di forum-forum, di Jalan, di depan khalayak, tapi satu yang perlu kita perhatikan, jangan sekali-kali memasukkan nafas religi didalamnya, yang dapat mencederai agama dan mempermalu diri sendiri.
Terakhir, cadar adalah bagian dari syariat islam. Pendapat ulama ada dua, wajib dan sunnah (silahkan dicari dalil-dalil shahihnya). Jika tak suka wanita bercadar, apakah berarti anda tak mencintai agama yang anda peluk, yang Allah dan nabi-Nyalah yang menurunkan dan memerintahkan syariat mengenai cadar?! Jawabannya anda yang tahu.
Semoga Allah beri kita taufik dan hidayah untuk mencintai dan memuliakan agama yang kita peluk, yakni agama Islam. Nasalullaha wal ‘afiyah.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)