Mengambil Pelajaran dari yang "tidak sempurna"



            Tidak pernah saya terfikir, bahwa yang sering menshare faedah dan ilmu itu “tidak sempurna”. Hampir semua bermanfaat, bahkan tidak ada sama sekali di tulisan-tulisan yang beliau share adalah perkara sia-sia atau lelucon.
Malam itu, tiba-tiba saja salah seorang teman, yang juga berteman dengan beliau di sosmed mengirimkan sebuah gambar seseorang.  Saya tidak mengenalnya. Itu difikiran saya ketika itu. Lalu teman mengirimkan chat masih via whatsapp “kenal gak?” saya jawab “tidak”. “mau tau dia siapa?” lanjutnya. “mauu, tapi buat apa” candaku. Disebutlah nama beliau. Masya Allah. saya tidak tahu mau berkata apa. Benar-benar speechless. Perasaan saya bagai diremas-remas, dan perasaan lain yang tidak bisa saya definisikan. Karena, baru beberapa hari yang lalu, akun sosmed beliau kami jadikan lelucon, karena beruntun likenya di pemberitahuan saya. Dan teman saya yang diatas juga membombastis statusnya dengan like. Kami biasa saling mengejek dalam hal seperti itu (kerjaan jomblo akut. Haha. *jangandicontoh).
Pelajaran yang sangat berharga dari beliau “yang tidak sempurna” itu adalah Allah tidak melihat fisik seseorang, tapi keimanannya. Sekurang-kurangnya seseorang masih jauh lebih baik jika ia memberi manfaat untuk banyak orang ketimbang yang sempurna tapi memberi mudhorot bagi banyak orang. Beliau tak memiliki dua tangan, tapi masih bisa menuliskan hal bermanfaat di sosial media. Lalu kita, memiliki dua tangan yang kita gunakan untuk bermaksiat, untuk menuliskan kejelekan seseorang, menebar kebencian, dan hal buruk lainnya.na’udzubillah. Padahal jika saja kita tahu, bahwa setiap anggota tubuh akan memberi saksi atas apa yang kita lalukan di dunia. Semoga Allah menjaga beliau dan kita semua diatas sunnah, sampai akhir hayat. Dan dikumpulkan kembali di syurga-Nya. Aamiin.
Akhukumfillah,
Afyifah Chairunnisa


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)