Bunga yang Mekar Sepanjang Tahun (Nothing lasts forever)



Ini lagi-lagi tentang ketidaksempurnaan dan ketidakabadian. Bahwa di dunia ini semuanya sementara. Bahwa kita ini kekerdilan yang hakiki. Bahwa ada yang Maha Kuasa atas alam semesta yang kita huni.

Diatas roda dua atau dalam sebuah perjalanan, perenungan itu selalu dalam. Tentang apa saja. Yang terjadi kemarin, di depan mata, atau masa depan.

Maka, perbincangan antara kami hari ini terus terhubung satu sama lain. Soal kebahagiaan antara satu dan yang lain tak bisa di samakan.

Ketika muncul di benakku, apakah aku bahagia sekarang dengan segala problematika yang ada? Maka, jawabannya "ya". Aku tak bisa menjamin ketika waktu bisa diputar, lalu aku memilih pilihan lain, misal : memilih menerima salah seorang yang pernah datang meminang, akan membuatku lebih bahagia dari yang sekarang. Tak ada yang menjamin.

Mawar menikah tahun kemarin, mengakhiri masa lajangnya sebagaimana impiannya dan keluarganya dahulu. Dapat suami yang mapan, punya rumah, kendaraan pribadi, dan semanhaj. Apakah sesempurna itu isi dibalik cover yang keren itu? Tidak. Aku turut merasakan kesedihannya. Ia -qadarullah- dapat mertua yang harus bedrest. Ketika ia terlantik sebagai istri, dalam waktu yang bersamaan, dia memiliki tugas penting, menjadi perawat pribadi bagi sang mertua yang sakit-sakitan. Tidak hanya itu, ia harus menghadapi segala sikap mertua yang bertentangan dengan pribadi dan prinsipnya.
Kini, ia jadi ibu. Punya satu bayi kecil dan 2 bayi besar, suami dan mertuanya.

Lain halnya dengan si melati. Lama pula ia dambakan mahligai suci pernikahan. Maka, saat itu tiba, tiada terkira lagi bahagianya setelah sekian lama menunggu si calon mengucapkan ijab kabul. Aku turut bahagia dua tahun silam atas bahagianya.
Tapi, ia juga harus bersabar. Ketika ia mendapati lelaki yang dicintai menikahinya di waktu bersamaan harus rela ditinggal berbulan-bulan demi tugas negara.

Ada pula si kenanga. Yang beruntung dinikahi oleh temannya sendiri. Meski pun harus merelakan sahabatnya yang kini menjadi musuhnya. Dapat suami yang guanteng, hasil persaingan ketat dengan teman dekat sendiri.
Ia bahagia? Aku tak tahu. Jika kegantengan bagi sebagian orang lebih berharga daripada materi, maka ia pasti sudah bahagia sekarang.

Bunga mana lagi yang kamu ingin dengar kisahnya? Silahkan berpaling ke kanan dan kirimu. Yang penuh dengan taman indah, tapi bunga yang tumbuh disana, sayang sekali tak ada yang mekar sepanjang tahun. Semua ada masanya untuk menjadi kembang indah, hingga suatu saat layu dan menjadi  yang terlupakan.

Tak ada bunga yang mekar sepanjang tahun, menandakan ketidakabadian. Kamu tak usah bersedih atas apa pun yang menimpamu saat ini. Karena akan ada waktunya kau mekar, kemudian layu.
NOTHING LASTS FOREVER.
.
.
.
Terima kasih pembacaku.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)