Sempurna



Panggil ia Jelita. Gadis yang selama ini kufikir begitu sempurna. Ia cerdas, keturunan bangsawan, cantik, anggun, tubuhnya tinggi semampai, banyak duit, dan di kelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, keluarga, sahabat, dan teman-teman. Oh ya, satu lagi, dia sudah mulai belajar 'ilmu syar'i. Ia tipe perempuan yang mudah disukai. Cara bicaranya halus, menawan. Bagiku saat itu dia gadis yang berkelas dan bercita rasa tinggi tapi tetap humble.
Sempat kubertanya-tanya dalam hati, jika dia dilamar, berapa harga yang pantas untuk perempuan satu ini? Dan lelaki seperti apa yang akan menjadi pendampingnya?
Tapi segala persepsi ku tentang kesempurnaan tiba-tiba saja patah. Dia kembali ke dunianya yang dulu. Identitasnya yang kuat tentang seorang muslimah taat, dilepas.
Kesempurnaan itu runtuh. Segala dunia yang dimilikinya bagiku sudah tak berharga.
Pendidikan yang tinggi, kecerdasan, nashab yang baik, kekayaan yang melimpah, pekerjaan yang bagus, menjadi tak ada nilai.
Sungguh, jika hilang agama dari seseorang maka dia seperti tak punya apa-apa.
Ya Allah, aku sangat berharap dia "kembali".

Makassar Di sebalik Rinai Hujan,
6 April 2019

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)