Sabar Itu Indah (Kisah)

Kisah yang membuat saya kembali menangis ketika menuturkannya...
.
.
.
Bagi sebagian anak, cerita tentang orangtua selalu membuat mata atau hati basah. Ini mengenai salah seorang teman seperjuangan di kampus dahulu. Seorang akhwat yang ingin belajar taat, berusaha menjadi shalihah dan memperbaiki diri dihadapan rabb-Nya. Namun, apa mau dikata, niat baiknya tak disambut suka cita oleh Ibunya. Dia dilarang memakai penutup kepala yang lebar. Banyak alasan yang membuat Ibunya bersikeras menyuruh anaknya melepas mahkota ketaatan tersebut. Alasan pekerjaan, jodoh, lingkungan. Alasan keduniawian. Yang tentu tidak ada apa-apanya dibandingkan akan janji Allah bagi hamba-hambaNya yang taat.
Dia wanita yang sabar, lembut hatinya,  baik akhlaknya kepada orangtuanya. Sungguh diriku malu jika bercermin padanya. Terkadang kudapati dia menangis begitu lama dalam sholatnya, begitu khusyuk berdo'a. Nasihat yang tak pernah lepas darinya untukku "jangan berhenti mendo'akan orangtua kita, bersabar atasnya, dan senantiasa berbuat baik pada mereka apa pun yang terjadi". Masya Allah. Semoga Allah menjaganya dalam keistiqomahan.
Suatu hari, dengan perasaan sedih ia bercerita bahwa Ibunya sangat keras padanya mengenai hijab yang ia pakai. Bahkan kerudungnya di tarik di depan orang banyak. Tapi, ia tetap sabar menghadapinya. 
Waktu berlalu, ilmu yang ia dapat juga semakin bertambah. Keinginannya untuk taat terhadap syariat juga semakin gebu. Diutarakannya padaku bahwa ia ingin memakai penutup wajah. Aku bahagia, tentu saja. Mengenai Ibunya ia kesampingkan terlebih dahulu. 
Biasanya jika dihadapan para keluarganya ia melepasnya, agar dia tidak dikucilkan. Sambil itu, akhlak dan bakti tetap ia jalankan. 
Suatu ketika, ia mendapat tawaran kerja yang bagus dan lingkungan yang kondusif dengan hijabnya, yang akhirnya ia terima. Tetapi baru berjalan 2 bulan, dia menerima kabar bahwa Ibunya sakit di kampung. Maka dengan kerelaan hati ia meninggalkan pekerjaannya dan pulang ke kampung halaman demi baktinya kepada orangtuanya. 
Beberapa bulan berlalu, akhirnya kemarin kami berkomunikasi lagi. Diceritakannya mengenai perubahan Ibunya. Katanya "Ibuku meminta maaf padaku. Beliau meminta maaf atas segala kesalahannya yang dulu pernah mengasariku atau melarangku berhijab. Bahkan, sekarang dialah yang melipat hijabku (niqab) dengan rapi lalu di masukkan ke lemari. Dia pulalah yang memberitahuku untuk memakainya ketika ada orang asing ingin masuk kedalam rumah". Air mataku seketika tumpah. Sungguh ganjaran kesabaran itu akan tiba. Dan janji Allah pasti benar bagi yang taat. 

Ya Allah, karuniakanlah kami hati yang senantiasa bersabar atas segala ujian yang datang, berikanlah kami hati yang senantiasa tak luput dari syukur atas segala nikmat yang Kau beri, dan beri kami kemampuan untuk selalu berbakti kepada Ibu dan Ayah kami. 

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)