Ayam Geprek Catering Ukhti (mimpi yang belum Pupus)



Saya baru selesai mengajar les. Sambil duduk menikmati Ayam goreng yang baru saja diantarkan pak ojol, tiba-tiba teringat tentang ayam geprek catering ukhti, dimana saya sebagai chef-nya ketika itu di tahun 2016. 

Bermula dari ide ingin membuka usaha kecil-kecilan, dan minimnya lapangan kerja bagi akhawat ketika itu, akhirnya kami (saya dan 2 orang teman kost) memutuskan membuka catering untuk mahasiswa. 
Malam itu kami rapat kecil-kecilan. Memikirkan makanan apa yang cocok untuk mahasiswa kampus, yang pastinya terjangkau untuk kantong dan nikmat di lidah. Salah satu dari kami bertiga baru pulang dari kampung Inggris di Jawa, katanya disana ada ayam goreng yang populer dan lumayan beda dengan ayam goreng biasanya. Namanya ayam geprek. Nama menu itu belum familiar seperti sekarang ini di kota kami. Bahkan sepertinya memang belum ada yang menjual menu tersebut. Akhirnya saya searching saat itu juga di yt. Meski pun teman saya yang baru pulang dari Jawa itu sudah mendeskripsikan bagaimana model ayam geprek yang dimaksud, yakni bumbunya tidak banyak, hanya berupa cabe dan bawang-bawangan, lalu di geprek bersama ayam gorengnya. Namun, gambaran real itu belum saya ketahui. Bermodal yt, saya dapati resep justru ayam geprek tapi bumbu ayam penyet. Haha. Di yt saat itu memang belum ada sepertinya yang meng-upload tentang ayam geprek seperti sekarang ini. Kami putuskan memakai salah satu resep yang kami telah tonton. Menu lainnya yakni tahu tempe geprek, dan ayam palekko khas Sulawesi. Menu-menu itulah yang akhirnya terpampang di brosur yang kami desain dan disebarkan di sosial media kami. Setelah itu kami menentukan jobdes masing-masing. Ukhti yang baru pulang dari Jawa sebagai pemilik modal sekaligus marketing. Saya sendiri yang sudah dikenal sama teman kost sebagai tukang masak yang menjadi chef-nya. Dan ukhti yang satu lagi sebagai kurir. Peluang kami sangat besar sekali dalam usaha ini. Jika boleh berandai, andai saja tak berhenti ditengah jalan kemungkinan akan menjadi usaha yang besar. Qaddarullah. Ketika customer mulai mengenal catering ukhti, kami sudah punya langganan setiap harinya, dari mahasiswa, Ibu-ibu wanita karier, sampai dosen, bahkan mereka sangat puas dengan menu-menu yang ada, saat itu kami harus berhenti. Alasannya karena transportasi. Ukhti pemilik modal telah menyelesaikan kuliahnya dan harus pulang kampung. Kendaraan roda dua yang membawa catering ukhti disekitar makassar dibawa serta. Sedih saat itu. Kami kehilangan peluang besar dan menjadi pengangguran lagi. 

Bagi saya, catering ukhti adalah cita-cita besar. Bahkan saya sudah berencana membuka "lapak ukhti" di rumah kontrakan bagi mahasiswa yang ingin makan di tempat. Dan saat itu pula saya sudah mau membuat menu baru, ayam geprek sambal ijo. Sebelum launching, usaha kami kandas.

Besar harapan saya, catering ukhti dapat saya lanjutkan. Menjadi pengusaha masih termasuk dalam list mimpi-mimpi saya kedepan. 
Tidak ada yang tidak mungkin.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)