Jejak-jejak yg tertinggal



Bagi saya, masa lalu dikenang bukan untuk dirutuki. Toh, bagaimana pun kita sesali setiap yg telah terjadi, kesalahan, kelalaian, kebodohan, waktu tidak bisa berbalik arah. Kita hanya bisa melangkah ke depan. Menengok kebelakang hanya untuk menjadikannya bahan refleksi, muhasabah, dan pembelajaran untuk masa yang akan datang. Setiap kisah yang telah lewat, dari perihal pertemanan, persahabatan, kerjaan, sekolahan, perkuliahan, keluarga, sampai soalan hati, semuanya punya makna sendiri. Sekali pun itu membuat derai tangis, terbahak, terpingkal, tersenyum malu (malu-maluin), terlonjak bahagia sampai akhirnya nyunsep saking sedihnya. Saya menikmati semuanya setelah terlewati. Hihi. Padahal saat dijalani, adakalanya ingin menyerah saja pada hidup. Na'udzubillah. Terpuruk dari hal yg paling terpuruk pun sudah pernah. Sedih yang sampai sesegukan dan nyeseknya minta ampun, sudah pernah. Patah hati sampai kapok jatuh hati dan main hati, pun pernah. Jika kalian menelusuri "Rinai Hujan", akan kalian dapati penggalan-penggalan hidup saya yang jungkir balik tsb. Sayangnya, yang sampai sekarang belum juga saya mulai menuliskannya di folder PC sebagai sebuah buku. *Maleseuy
Satu hal mungkin yang perlu kita ingat, jangan lupa untuk mentaubati semuanya. Karena betapa fitrah kita sebagai manusia, akan menyadari bahwa yang terjadi adalah kesalahan, meski masih saja kita kembali mengulangnya. 
Jangan menyerah pada diri yang bebal. Terus saja, melangkah, memperbaiki, jika salah arah, kembali lagi, jangan pernah berputus asa dari Rahmat-Nya.
Sekian dulu. Makasih, ders.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)