Sebuah Surat #5



10 Januari 2020

Wa'alaikum salam
Kau memang selalu terlambat. Bahkan kini sangat terlambat. Suratmu baru sampai setelah 3 tahun. Lalu, aku harus bagaimana? Menunggumu di bandara seperti tahun-tahun yang menyedihkan itu? Aku bertahan tidak sebentar. Tapi kau tak pernah sekalipun memberi penjelasan dan kejelasan. 
3 tahun lalu aku bertemu lelaki biasa. Sangat biasa bahkan. Tidak sepintar dirimu, tidak setampan dirimu, tidak semenarik dirimu ketika berbicara, tidak sepandai dirimu merangkai kata-kata manis, sungguh sangat biasa jika dibandingkan kau. Tapi dia punya satu hal yang tidak kau punya. Dia tidak terlambat. Dia tidak membiarkanku menunggu. Dia melamarku di hari wisuda S2ku. Kami menikah tepat di hari dimana kau pergi dan memintaku menunggu 3 tahun lagi. 
Kau terlambat. Waktu dan kesempatan tak memihak padamu yang sempurna.
Satu hal bisa kutulis sebagai pelajaran di surat ini, yang memiliki segalanya akan dikalahkan oleh yang biasa saja hanya dengan satu hal. Kesempatan.

Aku yang berbahagia diatas penyesalanmu,
Rinai.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)