The Azalea's Stories

"Kadang aku bingung, mau menyampaikan lewat apa. Terlalu banyak hal yg ingin kusampaikan padamu. Pesan-pesan kalengmu yg kuterima 7 bln yg lalu masih tersimpan rapi. Disini. Di hatiku. kau bisa mengirimiku pesan. Namun aku tidak bisa. Karena kau selalu salah memahami kata2ku. Terlalu banyak prasangka yg ingin kuklarifikasi. Sekian banyak motivasi ingin kuberi. Tak terhitung do'a terpanjat ke langit agar ikhtiarmu dimudahkan. Kau selalu mengira bahwa aku sekedar bermain. Tak tahukah engkau, di setiap malam aku tergugu. Sakit jika harus mengingat setiap baris kata2mu yg manis, namun kau tak pernah datang dengan kepastian. Tak tahukah engkau, setiap akun, nomor handphone, ku block dan ku delete demi menjaga hatiku yg mulai terjangkiti virus. Lalu, keseriusan apa yg kau pertanyakan? Aku hanya tak ingin memupuk harap di tengah penantian yg tak jelas ini. Bisakah, sekali saja kau berprasangka baik padaku? Hatiku kini terluka karenamu.
Aku bukan ingin terburu2, hanya tak ingin hubungan ini telah melangkah jauh pada hal yg tidak di ridhoi Allah. aku hanya ingin memasrahkannya pada Rabbku. Karena sekali pun kau sangat menginginkanku, dan sebaliknya aku juga sangat menginginkanmu, tapi kita hidup bukan hanya berdua. Engkau punya orangtua, yg harus kau minta ridhonya. Aku punya Ayah yg harus ku minta persetujuannya. Aku ingin meminta kepadamu untuk tak henti berikhtiar, tak henti berdo'a. Karena jika Allah takdirkan pasti kita akan bersama. Sekian."
-Ziena Antrania- dalam novel The Azalea's (kutipan surat kesekian Zizi untuk Farid).

Hai-hai! Azalea balik lagi nih. Ngarep banget ada yg baca. Wkwk. Soalnya suratnya Zizi kok aku banget yah. Haha. Aku tahu ada yg diam2 baca. Semacam secret admirer gitu. Hayo ngaku. Saya mulai geer. Tapi gak papa sih. Boleh2 ajah. Diam2 kagum, besoknya datang ke rumah temuin bapak. *ngarep. 😂
Ok deh. Segitu ajah dulu. Ditunggu ajah sampai bile2 tuh novel The Azalea's nak jadi. Wkwk.
Wassalam. Luph u guys. 💝

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"