Uang Panaik, batu sandungan menuju pernikahan

bismillah..
Kalau bahas ginian, agak takut2 gimanaaa gituu.  Lebih ke khawatir sih, nanti kalian kira saya udah mau nikah. Wkwk. Padahaaal.. hiks.. calonnya belum terlihat. 
Yups, uang panaik. Atau to ogi' (suku bugis) menyebutnya doi' pappenre'. Selalu menjadi bahasan menarik di kalangan orang Sulawesi Selatan, Barat, dan sekitarnya. Bagaimana tidak, terlalu banyak fenomena di tengah masyarakat kurang masuk akal, jika sudah berkaitan uang panaik ini. Salah satunya yg pernah jadi viral di medsos, kakek2 tua menikahi gadis belasan tahun yg jelita dengan panaik ratusan juta. 
Oh ya, sebelum lanjut bahasan, saya ingin menjelaskan bahwa uang panaik ini berbeda dengan mahar yah, guys. Apa bedanya? Mahar adalah pemberian suami kepada istri dg kerelaan, dan ini salah satu rukun sahnya pernikahan. Ada pun panaik, bukan rukun nikah. Ia hanya budaya, adat istiadat di kalangan bugis makassar. Lagi pula, panaik ini tidak semata2 ditujukan kepada sang wanita yg ingin dilamar. Namun, ditujukan kepada orangtuanya guna dijadikan dana untuk mengadakan pesta meriah. Di kalangan tertentu, panaik bukan hanya uang. Bisa berupa barang, jasa, dll. Seperti tanah, sawah, kebun, rumah, sapi, di naikkan haji, dsb. 
Inilah yg memberatkan kaum lelaki. Disaat gejolak hasratnya ingin menikah, harus di pendam dalam-dalam karena tak sanggup memenuhi permintaan uang panaik dari orangtua sang gadis. Terjadilah hal2 buruk yg tak diinginkan. Seperti zina, silariang (kawin lari), bahkan bunuh diri. 
Bagi lelaki yg paham agama, tentu tak sampai seperti itu dampaknya. Kemungkinan besar hanya patah hati, atau trauma mengincar gadis bugis makassar. Yang kasian, kaum wanitanya juga. Inginnya menikah dg lelaki yg sholih, tapi ikhwan, kebanyakan masih belum cukup mapan, apatah lagi menyiapkan uang panaik yang besar untuk akhwat. Jika orangtua para wanita mau berfikir, bahwa ketakwaan adalah nilai tertinggi seorang lelaki, tak bisa disandingkan dg nilai mata uang, tentu tak terjadj hal seperti ini. Tapi, kembali lagi, bahwa para orangtua masih sangat awwam untuk memahami hal tsb. Sebabnya, menjadi tugas kita bersama, ikhwan dan akhwat, untuk memahamankan para orang tua tentang perkara ini. Jangan sampai kita menjadi the next korban gagal nikah karena uang panaik. 
Sekian. Enjoy your life guys. 
Wassalam.
fulanah Al bugisiyyah
Makassar, 21 des 2016

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"