Kuingin Sedekat Engkau bagai Jari telunjuk dan Jari Tengah di Syurga-NYA
Perjalanan di pagi hari itu, membawa kami di sebuah
tempat yang mengaduk-ngaduk perasaan. Atas dasar tugas, dibawa sebuah naungan
yayasan Rumah Infaq, tempat kami melambungkan cita, menafkahi diri kami
diperantauan, sekaligus membawa visi menolong sesama muslim, langkah kami
terarah kesana. Pekerjaan sosial selalu saja seperti itu. Apatah lagi yang kami
hadapi adalah seorang anak yatim, yang dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Al Muallaf,
begitu namanya. Namanya telah menggambarkan isi didalamnya. Rumah panti itu
didirikan oleh seorang Muallaf. Ibu Marlanita dan suaminya. Namun, pada tahun 2013
suami Ibu Marlanita meninggal dunia, jadilah sekarang ia dan anak-anaknya yang mengelola
panti Asuhan tersebut.
Kedatangan kami disambut oleh Ibu Marlanita dan salah seorang
Muallaf lain, yang bermukim di panti tersebut pula. Kami memperkenalkan diri, lalu
bertanya beberapa hal mengenai keadaan panti. Hingga keluar salah seorang anak
perempuan, yang usianya baru menginjak 3 tahun. Dia lahir prematur. Akibat
dipaksa keluar oleh Ibunya. Lalu dia dibuang ke panti Al Muallaf, tanpa
diketahui siapa orangtuanya. Ibu Marlanita bertutur bahwa anak ini, anak yang
cerdas. Buriika fiik, nak. Semoga engkau menjadi anak yang sholihah.
Diakhir pertemuan kami, saya sempat menanyakan, apakah panti
ini sering mendapat bantuan dari yayasan sosial? Ibu Marlanita menggeleng. “lalu
bagaimana Ibu menghidupi puluhan anak ini?” tanya saya lagi. “ saya punya
usaha. Jualan herbal yang diracik sendiri”. Maa Sya Allah.
Pertanyaannya,
bagaimana keadaan kita sekarang? Masih punya orangtua? Masih sempat bergelayut
manja di gendongan Ibu, dan menikmati makanan dari hasil jerih payah Ayah?
Lihat anak yatim disana! jangankan di gendong oleh Ibunya, atau makan dari
suapan nafkah dari Bapaknya, melihat wajah
kedua orangtuanya saja belum pernah. Lalu, bagaimana hari-hari yang kita
lalui, sudahkah kita mensyukuri setiap nikmat yang Allah Ta’ala beri? Ataukah
hanya keluhan yang senantiasa keluar dari lisan kita?
Buibu! Masih sering mengeluhkan anaknya yang nakal, atau
suaminya yang kurang perhatian? Lihat Ibu panti yang disana, bu! Mereka tidak
hanya mengurus satu dua anak saja. Tapi puluhan. Bukan anak kandungnya pula.
Tapi mereka penuh kesabaran menjalani hari-harinya. Tidakkah kita malu dengan
Ibu Marlanita, beliau seorang janda, mengurusi beberapa anak asuhnya, dan
mencari nafkah sendiri? Beliau seorang muallaf. Nah, kita yang sedari lahir
sudah menjadi seorang muslim, masakan hanya perkara sepele sudah berputus asa. Para
jomblo ditinggal nikah, sudah perputus asa. Sampai mau minum obat nyamuk. Wal ‘iyadzubillah.
Malu sama Allah. iman kita dimana? “sesungguhnya tiada berputus asa dari Rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. 12: 87).
Masihkah kita ingin mengeluh? Seakan-akan hidup kitalah yang
paling menderita karena menjomblo sekian tahun. (bawa-bawa jomblo lagi, karena
contoh yang paling dekat dengan saya yaah.. komunitas yang satu itu).
*jangansenyum2sendiri
Masihkah kita ingin mengeluh, hanya karena harga cabe yang
naik, atau buat para mahasiswa yang kiriman jatah bulanan yang terlambat?
Sungguh, masih banyak nikmat Allah yang melekat pada diri
kita. Latih diri untuk bersyukur disetiap waktu. Jika keluhmu masih banyak,
coba sekali-kali kunjungi mereka yang disana, anak yatim yang tak beribu dan
berayah. Usaplah kepala mereka. Semoga dengannya, menjadikan hati kita lembut. Sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika engkau ingin melembutkan
hatimu, maka berilah makan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR.
Ahmad, ash-Shahihah syaikh al-Albani).
Inginkah kita
menjadi salah seorang yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam? Sangat dekat. Sedekat jari telunjuk dan jari tengah.
Dari
Sahl bin Sa’ad Radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di
surga seperti ini”, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam, serta agak merenggangkan keduanya.[HR al-Bukhari no. 4998 dan 5659].
Ya
Rasulallah.. kuingin sedekat engkau bagai
jari telunjuk dan jari tengah di Surga..!
Salurkan
donasi untuk santunan anak yatim ke rekening Rumah Infaq Makassar 6777577741
an. Rumah Infaq Makassar. Dan juga program kami yang lain, pembinaan Muallaf. Dana
yang dibutuhkan untuk pembebasan rumah muallaf sebesar 4, 5 M.
“Siapa yang melepaskan suatu beban/kesulitan dari seorang Muslim di
dunia, Allah pasti akan melepaskan dari dirinya suatu beban/kesulitan di antara
beban-beban di akhirat. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim di dunia,
Allah pasti akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa
menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (An-Nasa’i,
ath-Thabrani dan al-Baihaqi).“Siapa saja yang suka diringankan bebannya dan dikabulkan doanya, hendaklah ia memudahkan orang yang sedang kesulitan dan mendoakannya.” (HR Muslim).
Untuk konfirmasi, bisa hubungi CP kami : 085298455457
Bantu share yah.
Comments
Post a Comment