Api Yang Tak Pernah Padam (Kisah Teman Hana The Series) #1

   
"Han, betapa aku ingin melupakan semuanya. Tentang rasa benci yang membakar dadaku, tapi sungguh sangat sulit. Betapa mudah kita berkata 'maafkan dia yang menyakitimu', namun justru penerapan pada diri sangat sulit, karena aku harus bergulat dengan egoku."

"Berdamai, Ri. Bukan saja dengannya tapi dengan masa lalumu."

"Aku belum bisa, Han. Bahkan kau tahu, disaat kudengar kabar dia mendapat musibah dari salah seorang rekan kerja ku, kututup telingaku rapat-rapat. Aku tidak suka namanya disebut-sebut. Aku tidak suka kenapa dia masih membayangi hidupku sekarang ini. Empatiku sudah hilang. Kau boleh katakan aku kejam, tak berperikemanusiaan, wanita tak punya hati, atau lainnya, aku tak peduli lagi."

"Sampai kapan kau merawat dendam itu, Ri? 5 tahun, 10 tahun ke depan, 20 tahun ke depan, sampai kau masuk liang lahat?"

"Entahlah, Han. Mungkin sampai aku yakin dia tak menjadi duri dalam daging".

"Kau tahu, kenapa kau punya rasa sebegitu negatifnya ke dia, karena kau merasa dia merebut milikmu. Padahal, yang kalian perebutkan itu bukan milik siapa-siapa. Haha. Kalian lucu, seperti anak kecil saja yang memperebutkan satu mainan."
Aku berenggut. Hana tak mengerti perasaanku. Meski hati kecilku mengatakan Hana ada benarnya. Dia bukan milik siapa-siapa. Termasuk aku. Ini bukan tentang Aisyah yang cemburu kepada Rasulullah, ketika beliau menyebut-nyebut Khadijah. Ini hanya tentang aku yang tak punya hati dan tak tahu malu.
Aku malu pada Hana, malu pada ummahatul mukminin yang Mulia, aku malu pada diriku sendiri.

Bisakah memori itu hilang diingatanku saja? Tentang dia dan dia. Biar aku tenang menghadapi hari esok. Tanpa dendam dan kebencian.
***
#KisahTemanHana #theSeries
📷 Pinterest
Note : kebanyakan picture pelengkap tulisan di blog ini sumbernya dari pinterest, ya, teman-teman. Maaf, sebelumnya lupa bilang.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"