Diluar batas Kemampuan

 


لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

"Allah tidak membebani seseorang diluar batas kesanggupannya".
Ayat ini berulang-ulang kita baca. Bahkan mungkin sudah hafal luar kepala, saking seringnya jadi qoute penyemangat di kala musibah menghantam kita dari berbagai arah.

Tapi, ketika kita dalam sebuah masalah, kita mikirnya, apa iya saya sanggup menghadapi ini? Kok rasanya nggak sanggup? Saking beratnya masalah yang kita hadapi, maunya menghilang saja dari bumi (*cling), atau mending mati saja (lah, dikira setelah mati perkara kita selesai).

Tidak sekali dua kali saya mengalami sebuah hal besar dalam hidup (kasian, padahal masih muda. Eh, emang masih muda?). Dan dari beberapa hal tersebut saya banyak belajar. Belajar dari kegagalan-kegagalan. Jangan dikira saya tak pernah putus asa. Sering malah. Jangan dikira saya tak pernah berpikir "mending mati saja". Sudah pernah. Tapi belum sampai tahap ambil baygon atau silet buat ngiris pergelangan kayak di sinetron-sinetron. Maklum, saya takut darah. Hihi.

Saat saya dalam permasalahan tersebut, saya juga berpikir yang sama "katanya Allah tak menguji kita diluar batas kesanggupan kita, tapi kok rasanya ini berat sekali. Sepertinya saya tidak sanggup". Berprasangka buruk ke Allah, berprasangka buruk juga Ke diri sendiri. Padahal nggak boleh.

Tapi ngerasa tidak, setelah ujian tersebut kita lewati, saat kita nengok ke belakang, ooh ternyata kita sudah melewatinya. Meski sudah tersengal-sengal, sempoyongan, bahkan sudah jatuh (Alhamdulillah dengan pertolongan Allah kita bisa bangkit).

Yang sulit memang proses saat menghadapi masalah tersebut, tapi setelahnya yakin saja kita mampu bernafas lega disertai banyak hikmah dan pelajaran yang Allah kasih. Itu adalah bagian dari takdir hidup kita yang telah Allah tuliskan.

Tugas kita tak lain dan tak bukan "berani menghadapinya". Sesulit apapun, seberat bagaimanapun. Karena hidup ini dinamis. Akan berjalan terus menerus. Suatu saat keadaan pasti berubah. Percaya deh. (Saya juga belajar untuk percaya).

Cara menghadapi masalah bagaimana? Solusinya KEMBALI KEPADA ALLAH. Perbanyak mengingatnya (berdzikir dan membaca Al Qur'an), perbanyak bertaubat (istighfar), perbanyak sujud, dan dengerin nasihat ahlul 'ilm (Sekarang mudah sekali mengakses ilmu via internet. Bisa di website atau YouTube. Yang penting dipilah pilih ya ustadznya. Ustadz yang kembali kepada Al Qur'an dan as Sunnah yang saya rekomendasikan).

Setelah kita melakukan hal diatas apakah masalah kita akan selesai? Eits, belum tentu. Kita nggak akan mengenal yang namanya Kesabaran kalau masalahnya secepat itu hilang dari pelupuk mata. Bersabar dan tawakkal.

Semoga kita dikaruniakan hati yang lapang untuk menerima setiap episode takdir yang Allah telah tuliskan.
Karena takdir-Nya tak pernah salah.

Selamat berehat. Rehatkan jasad, hati, dan pikiran.
.
.
.
📷 https://pin.it/6X8eguO


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)