"Kalau Jodoh, mau kemana?" CERPEN
Inspirasi
di tengah malam yang pekat. pusing mikirin skripsi, jadilah cerita ini.
hihihi. semoga sedikit menghibur hati yang gundah.
*senyum manis
Aku kembali
mnyeruput tehku, lalu meletakkannya krmbali ke meja belajar. Kubalikkan lagi
lembaran2 novel yang ada di tangan. Tiba di bab pengenalan sosok pemeran utama
laki2 yang ada di cerita tersebut. Bukan tentang pertengkaran hebat antara Tari
dengan Dirgantara mengawali pertemuan pertama mereka, namun lebih ke nama itu,
Dirgantara-membuat darahku berdesir. Bagaimana kabar lelaki itu? Ah, sudahlah.
Ia hanya bagian dari masa lalu. Kualihkan pandanganku keluar. Menembus kaca
jendela yang berembun. Di akhir bulan februari ini, musim hujan melanda Kota
tempatku melanjutkan studi. Hujan yang begitu deras dari pagi tadi, kini telah
menyisahkan tetesan2 kecil dari langit. Suasana yang paling sukai. Meskipun,
dengannya membuat semua memori masa lalu terputar kembali di benakku. Siapa
lagi kalau bukan tentangnya. Lelaki itu.. dengan segala sikapnya kepadaku.
Kejutekannya, ke tidakpeduliannya. Dan..
Syukran yaa Rabbiy..syukran..
belum tuntas aku mengenang, hpku
berdering. kugeser ke arah panggilan diterima. "Assalamu' alaikum
bun.."
...
"Iya. Alhamdulillah. Sisa
nunggu wisuda bulan depan."
....
"Besok bun?" Aku terperanjat. Kenap
tiba-tiba bunda menyuruhku pulang secepat itu.
...
"Iya..iya bun. Aku
ngerti."
...
"Ok. Wa'alaikum salam
warahmatullah."
Aku membanting hpku begitu saja
diatas kasur. Dengan mengela nafas begitu berat, kuarahkan kembali pandanganku
ke luar jendela. Hujan tak lagi tersisa tetesannya. Kini tinggal tanah basah
dengan aroma khasnya. Aku kembali bertanya-tanya, ada apa dengan bunda?
Biasanya beliau paling cuek dengan perkara diriku. Bahkan kemarin setelah
sidang, sengaja aku tak menelfonnya duluan. Aku hanya ingin memastikan apakah
beliau masih peduli padaku? Setelah 2 terakhir ini hubunganku dengannya tidak
begitu baik. Yah, sejak aku memutuskan memakai hijab syar'i, beliau mogok
bicara denganku. Bahkan jika aku menelpon, hanya Bapak yang mau berbicara,
itupun hanya ala kadarnya saja. Tanya kabar, tanya perkembangan tugas akhirku,
tanya uang bulanan, selesai. Namun hari ini berbeda. Bunda menyuruhku pulang
besok. Bukan sekedar menyuruh, tapi ada nada paksaan yang kutangkap darinya.
Dengan alasan ada perkara keluarga yang ingin dibicarakan. Dan itu menyangkut
diriku. Aahh..membuat hatiku ketar-ketir jadinya. Jangan-jangan perkara hijab
lagi?! Uffthhh....
***
Langkahku gontai, menuju ruang
tamu. Senyumku sudah lenyap dari semalam. Bagaimana tidak? Sore kemarin aku
tiba di rumah, dan langsung disambut dengan curcolan bunda.dan curcolannya kali
ini luar biasa. Membuatku susah tidur semalaman. Mungkin ini cukup klise
kedengarannya. Aku saja baru selesai sidang beberapa hari yang lalu, dan bulan
depan insya Allah di wisuda. Nah, ada dua perkara yang paling bikin rempong
bagi anak gadis dalam fase ini. Kalau bukan di suruh kerja, yah disuruh nikah.
Dan..fiks. aku dihadapkan yang kedua. ini bukan perkara aku belum siap menikah
atau tak mau menikah, namun ini tentang seorang lelaki yang sama sekali tidak
kukenal datang melamarku. Konon..lelaki itu anak dari teman lamanya kakekku.
Yang kebetulan 3 hari yang lalu datang berkunjung ke rumah bersama kakeknya.
Kebetulan bunda yang memang kebiasan menceritakan perihal anaknya kepada
siapapun yang ditemuinya, termasuk perkara diriku yang tak mau mendengar
omongannya, agar mengganti jilbabku yang lebar dengan jilbab kecil. Entah, apa
yang membuat orang itu..siapa namanya? Kalau tidak salah bunda tadi menyebutnya
Agan? Atau ikan? (Ah, aku tak ingat, dan memang tak ingin untuk mengingat)
tiba-tiba ke esokan harinya datang memintaku kepada Bapak. Padahal dia belum
pernah melihatku. Dan pagi ini, bunda sukses membuatku ingin menghilang dulu di
muka bumi. Masalahnya, lelaki itu akan datang nanti jam 10 untuk mendengar
langsung jawaban lamarannya. Astagfirullah.. dan ini sudah jam 9. Aku baru
bangun jam 8. Akibat tidak bisa tidur semalaman, dan baru tidur ba'da subuh.
Ckck. Betul-betul memprihatinkannya diriku saat ini.
***
kuletakkan minuman diatas meja.
Sepertinya mata-mata yang ada diruangan ini tertuju padaku. Hampir saja aku menumpahkan
minumannya saking gugupnya menghadapi masalah terbesarku hari ini. Aku belum
mampu mendongakkan muka. Malu. Sangat.hingga aku duduk di samping Bunda, aku
masih mengunci rapat bibirku yang kuyakin sudah nampak jelek karena hatiku tak
bisa menerima apa yang terjadi hari ini.
"Katanya Igan, pernah satu
sekolah sama Nila yah waktu SMP, yah kan gan?“ ujar seorang laki2 tua yang ada
di dekat Bapak.
"Iya betul. Tapi tidak pernah
sekelas. Dan mungkin juga Nila sudah tidak ingat." Suara laki-laki itu
membuyarkan lamunanku. kupaksa leherku untuk tak menunduk lagi. Srrr..hatiku
tiba2 berdesir hebat. Guratan wajahnya masih sama seperti 7 tahun yang lalu,
bedanya kini ada sesuatu yang tumbuh di dagunya.
"Dirgantara..." ucapku
lirih hampir tak terdengar.
Comments
Post a Comment