PERJUANGAN UNTUK DUA HURUF DIBELAKANG NAMA

Bismillah..

Dari semalaman hati sudah tak menentu. Berdebar2, menunggu hari esok. Yup, selama 4 bulan berkutat dengan ketikan, penelitian, buru tanda tangan dosen pembimbing, di PHP-in perusahaan (nasib di tolak berkali-kali. Hiks), mondar-mandir urus ini-itu sampai tungkai kaki kayak mau putus (kebangetan), dan akhirnya besok hari yang dinanti-nanti. Gue Sidang! (Teriak ala pemain 5CM).
Pagi yang cerah menyambut. Waktu merambat pasti. Hingga tiba di pukul 12 lewat (sidangnya jam 1 siang), saya menghadap ke dosen pembimbing, beliau sudah siap, sisa menunggu penguji. Alhamdulillah dosen penguji satu sudah hadir juga, berarti sisa nunggu satu orang lagi untuk memulai ujiannya. Namun, qadarullah..dosen pembimbing yang satunya sudah tidak di tempat alias keluar kota, jadilah harapan tersisa ke penguji lain, yang tak lain tak bukan adalah Wakil Rektor 1. Waktu bergulir hingga jarum jam dinding di Aula Fakultas menunjukkan pukul 1 lewat. Dan saya mulai panik pemirsa! Berkali-kali saya mengirimkan sms untuk bapak WR1 agar sekiranya berkenan menghadiri ujian tutup ini, namun saya di kacangin. Dengan langkah berat, saya memasuki ruang jurusan untuk menghadap ke dosen pembimbing. Dari sanalah saya diarahkan ke ketua jurusan untuk meminta solusi, yang sebelumnya sempat dimarahi, hingga mendekati klimaks, beliau mengatakan hanya bisa sampai jam 2, dan dosen penguji yang sudah hadir juga buru-buru mau balik.
Dengan bergegas ke lantai 2, dimana kajur lagi menguji. Di depan ruangan saya menunggu hampir setengah jam. Dan rasa cemas semakin menghantui. Dzikir dan do'a tiada henti. Fatawakkal alallah. Allah yang memegang hati2 mereka, itu yang saya yakinkan ke diri saya. Pukul 2 siang lewat sedikit, akhirnya kajur selesai menguji. Saya menguntit beliau sampai ke lantai 1, di ruang jurusan, dan kebetulan dosen pembimbing dan penguji yang datang tadi berada di ruangan tersebut.
"Saya tidak bisa nak gantikan prof (WR1) karena saya juga mau menguji sekarang di pasca sarjana." Begitu jawaban ibu kajur ketika mengadukan perihal masalah saya. Beralih ke dosen pembimbing, namun hal yang tidak saya harapkan keluar dari bibirnya "kalau begitu ujianmu di tunda". Saya keluar dari ruangan tsb dengan mata berkaca-kaca. Terduduk lesu di lantai, sambil berkata pada teman yang selama ini setia menemani "saya batal sidang hari ini". Ah, perjuangan ini betul-betul berat. Berhari-hari mengurus berkas, demi mengejar wisuda di bulan mei. Sementara batas ujian tutup sisa 3 hari lagi. Dan pak WR1 mau keluar kota besok, sedang pembimbing yang keluar kota 3 hari lagi baru balik. Ya Allah bagaimana ini?
Tiba-tiba.. kedengaran namaku di sebut, aku menoleh "ada apa?“ tanyaku was2. "Ibu manggil". Saya bergegas berdiri dan  masuk kembali ke ruang jurusan. "Pak prof sudah setuju ujiannya di mulai. Sekarang kamu masuk ruang ujian. Kita akan segera mulai." Saya tergopoh-gopoh menyelusuri lorong2 Di depan jurusan, hingga sampai ke ruang ujian.
Ujiannya berlangsung dengan sangat baik dan cukup sebentar. Setengah tiga, saya langsung ke kantor rektorat untuk menemui pak WR1 selaku penguji, karena ujian yang tadi tidak qourum, jadi butuh satu penguji lagi. Sampai disana, ternyata WR1 sudah tidak di tempat, keluar 15 menit yang lalu. Uffhhtt.
Menunggu dan menunggu.
jam dinding di ruang rektorat menunjukkan Pukul 15.00 ketika pak WR1 datang. Saya bergegas berdiri, namun harus kembali kecewa karena beliau ada rapat.
menunggu, menunggu, dan menunggu lagi.
Waktu berjalan begitu cepat. Saya semakin gelisah. Pasalnya, pihak administrasi kampus sudah menelfon dari tadi menanyakan perihal ujian tutup yang penuh uji ini. Hingga adzan ashar berkumandang, pak WR1 belum menyelesaikan rapatnya. Hampir setengah 5 sore ketika beliau akhirnya keluar dari ruang rapat, namun lagi-lagi saya keduluan oleh ibu dan bapak yang juga menunggu beliau dari tadi.
Lagi-lagi menunggu.
Dan akhirnya, moment tersebut tiba juga. Asisten rektorat mempersilahkan saya masuk ke ruangan WR1.
Dan ini rencana Allah. Beliau langsung merangkum nilai saya tanpa ujian. Hehe. Dan ditutup dengan hadiah buku tentang keutamaan sholat berjama'ah. Semoga bermanfaat yah pak prof.
Ujian demi ujian harus dilalui hanya demi gelar dua huruf di belakang nama, lalu untuk mendapat syurga yang abadi, kira-kira bisa kebayang tidak ujiannya. Orang beriman akan senantiasa di uji. Kata Allah, apakah denga  kamu menyatakan diri h sebagai orang yang beriman, lalu engkau tidak di uji?

Semoga kisah ini bisa menambah girah kita mengejar titel akhirat. Orang2 yang beriman. Kalau dunia, urusan belakangan. Palingan juga ikutan. *senyum manis malam ini untuk perjuangan kemarin.

Selamat berjuang yang lagi skripsi menuju gelar sarjana. Tetap semangat karena ia amanah orangtua. Dan perjuangan tidak sampai disini. Masih panjang guys. semoga dimudahkan.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)