Wake up, Give up





Sebuah catatan pendek, yang meski begitu tetap punya arti penting dalam hidup saya. Segala moment, penting atau tidak penting, saya ingin tetap merekamnya disini. Karena saya mencintai segala kisah dalam hidup saya, manis dan pahitnya. Dibawah ini adalah draft lama. Didalamnya tentang sebuah moment pahit yang ingin saya buang jauh. Mengapa "wake up, give up"? Karena setelah sekian lama saya (mem)bangun sebuah "rumah", akhirnya saya menyerah begitu saja. Saya kalah oleh takdir. 
.
.
.
Aku terbangun. Sadar kalau dia datang sekadar di mimpi. Seperti yang lalu-lalu, kembali kumenghitung hari. Hampir 3 bulan kami tak berkomunikasi lagi. Setiap dia datang dalam mimpi, seakan-akan perasaanku kembali utuh. Yang penuh mekar dan wangi kembang. Haruskah ku ulangi duhai diri, nasihat lama itu, bahwa takdir tak bisa dipaksa. Tembok tinggi tak bisa dirubuhkan. Jurang tak mampu dilewati. Menerima bahwa dia bukanlah bagian dari masa depan adalah hal yang bijak. Kuhela nafas panjang. Masih berbaring dengan pikiran penuh. Berharap hari ini aktifitas padat menghabiskan semua tentang dia di otakku. Aku bangkit sambil mengikat rambut sembarangan, menuju kamar mandi berbersih menyambut subuh. 
.
.
.


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)