Kecintaan



Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Terjemah surah ali Imran ayat 14. 


_ _ _

Kecintaan terhadap apa-apa yg disebutkan pada ayat di atas merupakan tabiat manusia. Saya ingin membahas mengenai hal tersebut yang berhubungan dengan apa yang saya rasakan. 


Dua tahun berkecimpung di dunia pendidikan, khususnya untuk anak usia dini, membuat saya begitu mencintai dunia mereka. Dunia yang tanpa beban. Tanpa masalah-masalah rumit yang sebagaimana dialami oleh orang dewasa. 


Saat dunia berubah kondisinya, lalu memaksa saya harus pulang dan meninggalkan mereka, saya kembali bertemu dengan sosok malaikat kecil yang seiring berjalannya waktu membuat cinta bersemi di hati saya untuknya. 

Bibir mungilnya yang kerap berceloteh, kata-kata sayangnya untuk saya, dekapannya, membuat saya selalu rindu untuk segera pulang ke rumah untuk menemuinya ketika di tempat kerja. 

Dia malaikat kecil yang Allah kirim untuk saya menemani hari-hari yang muram hingga menjadi berwarna. Dia tak lahir dari rahim saya, tapi seperti sayalah yang telah melahirkannya. 


Aisyah namanya. Keponakan saya sendiri. Yang selalu menyebut-nyebut nama saya. Yang minta disuapi, dikeloni, dimandikan oleh saya. Yang setiap saya pulang kerja di malam hari menyambut saya di depan pintu dengan teriakan bahagianya. Minta diajak bermain sebelum dia tidur, yang dengan senang hati saya ladeni meski saya lelah. Dia yang menangis setiap saya ingin pergi keluar untuk kerja. Aisyah adalah qurrata'yun untuk saya. Saya berharap dia tumbuh kelak menjadi wanita shalihah yang menjaga diri.


Saya membayangkan, bagaimana rasanya jika saya memiliki anak sendiri. Yang akan saya bawa kelak di dalam perut sembilan bulan, yang akan saya perjuangkan hidup dan mati agar bisa lahir ke dunia, yang akan saya rawat dan kasihi sepanjang saya bernafas. Baru membayangkan rasanya sudah bahagia sekali. Apalagi jika anak-anak dididik untuk menjadi aset di akhirat. Masya Allah. 


Dan perihal anak, benarlah bahwa kecintaan pada mereka terkadang melalaikan kita terhadap Allah. Dia membuat kita berpaling. Tak membuat khusyuk ketika ibadah karena teringat apa yang dia kerjakan. Ataukah justru dia di dekat kita menganggu ketenangan dalam beribadah. Benar-benar kesenangan hidup yang melalaikan jika kita tak membarenginya dengan iman. 


Saya ingin melantunkan doa di bait terakhir tulisan ini bahwasanya semoga kecintaan saya terhadap apa-apa yang menjadi tabiat tak melebihi batas kecintaan saya kepada Allah dan Rasul-Nya. Semoga saya bisa senantiasa menempatkan rasa cinta tertinggi di hati hanya untuk Rabb semesta alam lalu kemudian kepada nabi akhir zaman, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan kemudian kepada agama ini (Islam). 

.

.

.

📷https://pin.it/3In5Azd


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)