About Her #part7

 



Kini, saya akan menceritakan tentang seseorang lagi. Sahabat yang 7 tahun lalu saya kenal. Teman yang sering membersamai perjalanan. Ngintil kemana-mana, dari ke Jawa hingga pindah ke 2 tempat kerja berbeda. 

Orang mengatainya lemot, padahal banyak kelebihan lain yang dia punya selain kekurangan tersebut (yang tentu saja, kita juga memiliki kekurangan). Dia jenaka, jago masak, jago bisnis, dan jago bawa kendaraan. Bahkan saya sering menjulukinya Rossa (saudara dari Rossi si pembalap. Wkwk).


Beberapa waktu lalu, saya berkunjung ke kotanya. Nginap di rumahnya semalam. Keluarganya sudah seperti keluarga sendiri (maklum saja kami satu rumpun jadi gampang nyambung dengan bahasa). 

Saya disuguhkan aneka masakan yang dia buat ataupun yang dibeli diluar. Enak sekali hidup saya disana. Leyeh-leyeh di tempat tidur doang, terus makanan datang (jangan dicontoh, ya). 


Sebelum itupun, ketika saya pulang ke kota kelahiran, saya menyempatkan mampir ke warung makannya. Beberapa porsi makanan yang saya pesan dengan keluarga waktu itu "dilarang bayar" olehnya. Teman saya ini memang baik sekali. Sayang, belum ada lelaki yang beruntung memilikinya. #eeaaa

Ya, dia punya warung makan yang dia kelolah sendiri. Bahkan disinilah pelajaran penting yang ingin saya sampaikan. Semoga dengan ini, kita mengambil pelajaran. 

Waktu itu, sekitar tahun 2018, saya yang mulai duluan mengajar di kota tempat kami kuliah mengajaknya untuk daftar mengajar juga di tempat saya. Dan akhirnya diapun mengajukan lamaran. Singkat cerita, dia diterima. Namun, beberapa bulan berjalan, dia mengundurkan diri dengan alasan dipanggil orangtua pulang kampung. Ibunya sering sakit-sakitan. 


Hingga suatu waktu dia menelpon saya dan bercerita bahwa dia ingin membuka rumah makan. Bahkan dia meminta izin ke saya untuk memakai salah satu menu catering saya yang pernah saya kelolah bersama teman-teman. Alhamdulillah, atas segala karunia Allah, warung makannya berkembang pesat. Rame pengunjung, dan dengannya dia bisa membayar hutang riba dari orangtuanya. Sangat terharu sekaligus bangga memiliki teman sepertinya. 


Orang-orang hanya memandang kekurangan - kekurangan yang ada padanya. Padahal dibalik itu, dia punya sesuatu yang mungkin hanya sedikit perempuan muslimah yang bisa melakukannya. Dia perempuan yang kuat, dia perempuan tangguh, dia perempuan yang bertanggung jawab atas keluarganya. 


Semoga Allah senantiasa menjaganya. Dan harapan terbaik untuknya, semoga dalam waktu dekat ini apa yang ia impikan segera terwujud. Ditahun-tahun berikutnya semoga kami bisa berangkat mengunjungi baitullah dan kota Madinah dengan pasangan masing - masing. Allahumma aamiin. 


Ukhti, uhibbukifilllah. Sabar, ya. Semua akan datang tepat pada waktunya.

.

.

.

📷 https://pin.it/2YkYCsg

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)