Secercah Nasihat untuk Kamu dan Aku

 



Teruntuk saudari-saudariku Fillah, yang sedang kepayahan dalam perjuangan. Yang berusaha untuk tetap tegar dalam kesendirian. yang terus sabar dalam belajar menjadi wanita shalihah.

_ _ _

Jangan takluk pada dunia. Simpan dalam genggaman yang tak harus kau tengok perdetik permenit. Bahkan mungkin lupa. Dunia yang menggerus kalangan kita, bahkan. Hingga ada yang sudah ngos-ngosan mengejar "bangkai kambing". Waktu habis di depan layar. Hari usai tak terasa karena bekerja. Lalai dan lalai. 

Pun kalau sedang terlupa, ingat jalan pulang. Malaikat maut sedang mengintai di belakang. Tak peduli dengan harap dan penolakan "jangan dulu. Tunggu sampai aku punya pasangan yang saling mengingatkan". Tak akan dia menunggu. 

Taat bukan menunggu kita punya teman hidup. Taat sampai akhir meski kita tak di takdirkan punya pasangan di dunia. 

Jangan kecewa dan merana. Nikmat di surga abadi. Kamu hanya perlu bekal menuju sana. Bagaimana mau mengumpulkan bekal kalau waktu di habiskan untuk galau memikirkan kapan menuju pelaminan? Bagaimana mau mengumpulkan bekal kalau waktu seharian penuh diisi dengan dunia dan maksiat? Bagaimana bisa?


Bagaimana mau Istiqomah jika iman, ilmu, dan amal tak sejalan? Datang ke majelis ilmu tak bawa catatan. Mencoba mencatat di telepon "pintar" tapi yang dibuka malah sosial media. Esoknya bawa catatan, tapi pulang ke rumah catatan hanya dalam tas. Dibukanya sepekan kemudian jika ada kajian lagi. Sholat Sunnah bolong-bolong. Sholat malam terlewat karena dengkuran panjang dalam selimut. Al Qur'an hanya di buka sekali-kali. Tak pula di tadabburi. Bagaimana mau meresap ke hati, sementara diri tak paham bahasa Arab? Hafalan apalagi. Yang dibaca dalam sholat itu - itu saja. Triqul dan Al Kautsar. Nambah hafalan satu ayat perhari pun jadi susah. 

Meremehkan maksiat yang dilakukan hingga tak sadar maksiat tersebutlah yang membinasakan. Sunnah perlahan-lahan ditinggal hingga hilang sama sekali. 

Aduuh, betapa menyedihkannya. Mengharap surga tapi yang di kejar adalah dunia. Katanya takut siksa neraka, tapi dosanya terus ditambah. 

Takwanya dimana? Rasa takut dan muraqabatullah di taruh dimana? Catatan taklimnya tidak pernah di buka ya sampai lupa kalau Allah itu Maha Mengawasi? 

Beberapa detik atau menit atau jam, atau mungkin besok giliran nama kita untuk dipanggil. 

Kita itu tak sadar menjadi teman dari musuh kita. Yakni syaithan. Mereka sudah tertawa senang melihat banyaknya teman-temannya kelak yang ikut ke naar. Padahal mah kita ogah temenan dengan mereka. Makanya hawa nafsu di lawan. Diri terkadang harus dipaksa untuk taat. Biar tidak bandel terus-terusan. 

Yuk, kita sama-sama berjuang. Jangan tunggu ada orang di sampingmu baru mau belajar, baru mau beribadah, baru mau menghafal. Kita bisa meski sendiri. 

.

.

.

📷https://pin.it/6y2PDnj


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)