Surat Perpisahan

 



Yang lalu, biarlah jadi kenangan terindah. Sebagaimana kota Makassar dan saya. Layaknya ibu dan anak yang tak bisa berpisah. 7 tahun menjadikannya tempat teraman dan tertentram, akhirnya harus kembali ke asal, Sulawesi Barat, di bumi manakarra. 

Pindah tempat bukan berarti berubah. Meski terpaksa merubah satu dua hal. Namun hati ini -insya Allah- tetap sama. Saya masih setia. *Eeaa. Haha. 


Kenangan di kota daeng tak terhitung jumlahnya. Sepanjang jalannya penuh memori manis dan pahit. Sepanjang perintis, Urip, hingga ujung cendrawasih dan perbatasan Gowa, adalah kisah yang pernah tertulis, membuat buncah di hati, membuat senyum dan tawa sekaligus tangis kepedihan. 


Terima kasih, Makassar. Memberi pelajaran banyak dan cerita menarik untuk selalu saya ingat. 

Maaf, saya harus meninggalkan mu sebelum kisah-kisah yang saya buat usai. 

Semoga cerita di Sulawesi barat jauh lebih baik dan membawa bahagia. 

Allahumma aamiin...

.

.

.

📷 https://pin.it/3jKt01B


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)