Pandemi dan Hijab

 



Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Begitu kalimat klasik yang sering kita dengar. Pandemi ini mengajarkan banyak hal ke semua orang. Bagi saya pribadi  yang paling saya syukuri adalah soal hijab. 

Orang-orang sudah tidak sembarangan berjabat tangan atau bersentuhan dengan lawan jenis. Beberapa oknum yang dulu mengejek wanita bercadar, kini menutup wajah-wajah mereka dengan masker. 

Pengalaman menarik ketika saya berlebaran di salah satu kota di Sulawesi Selatan. Wanita-wanita yang hadir melaksanakan sholat Ied menutup wajah-wajah mereka dengan cadar seperti yang sering saya kenakan waktu jaman kuliah. Hampir semua memakainya. Termasuk kakak ipar saya dan saudara-saudara perempuannya. Hanya satu dua orang yang memakai masker. Memakai masker memang bikin engap, sih. Lebih nyaman memakai cadar lepas. Apalagi selama mendirikan sholat, wajib tetap memakai masker. 

Ketika menyaksikan ini, dalam hati saya bergumam "akhirnya, penutup wajah menggema di seluruh negeri. Mau tidak mau mereka dipaksa untuk memakainya. Harusnya demikian pula terhadap syariat. Memaksa diri untuk taat". 

Moment pandemi juga adalah hal yang sangat baik dimanfaatkan bagi mereka yang ingin menikah syar'i. Musik-musik tak diperkenan, wajib memakai masker, tak boleh bersentuhan. Melihat adik sepupu saya saat akad nikah di KUA, tanpa proses yang ribet, serasa langsung mau calling perantara buat dicariin jodoh. Jiahaha. Rata-rata teman seletting pun nikahnya nggak pake resepsi. Hanya acara untuk keluarga di dalam rumah. 

Masya Allah... Semoga yang belum menjalaninya dimudahkan segala prosesnya. Baik ketika Corona masih bergerilya ataupun sudah tiada. Dibawah tuntunan syariat. Tanpa musik, tanpa ikhtilath, dan tanpa tradisi yang mencederai aqidah. 


Selamat menjadi pengantin Corona. (maaf, judul dan bahasan akhir jadi tak singkron).

.

.

.

📷 https://pin.it/7lVFyXl


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)