Kehilangan

.
.
.malam itu, seorang anak perempuan berumur 10 tahun, nampak belum terpejam diatas pembaringan. Sedari tadi ia gelisah dalam tidurnya. Ia memang dalam kondisi sakit. Seluruh badannya terasa gatal, namun bukan di permukaan kulit, melainkan dari dalam. Ibunya mengatakan bahwa ia sedang terkena cacar dalam.
Seiring malam merambat pekat, ia semakin gelisah, kondisinya semakin buruk. Bahkan bola matanya sudah mengarah ke atas. Tak bergerak. Mulutnya seakan terkunci. Yg sekarang ia ingin lakukan adalah berteriak memanggil ibunya. Taoi tidak bisa. Suaranya tercekat dikerongkongan. Hanya ia dan Tuhan yg tahu kondisinya malam itu.
***
esok hari, ia dibawa oleh ibunya berobat ke kacamatan. Di rumah salah seorang mantri kenalan ibunya, ia diperiksa. Setelah di beri obat, mereka pamit pulang. Seperti biasanya, sebagaimana layaknya penduduk desa, berkunjung ke kota kecamatan adalah hal yg jarang, sehingga waktu tsb dipergunakan untuk berbelanja kebutuhan yg tidak ada di desa. Begitu pun Ibu sang anak. Karena kondisi anak perempuan semata wayangnya tidak sehat, ia menitipkannnya di salah satu toko kenalannya. Sehingga ia bisa ke pasar untuk berbelanja, tanpa mengkhawatirkan putrinya.
***
"Mana cucumu bu?"
Sang mertua heran. Dia belum bertemu cucunya sedari pagi.
"Tidak ada nak. Dia tidak bersamaku."
Jawaban mertuanya membuat ia panik setengah mati. Kalau tidak bersama mertuanya, lalu siapa yg mengambil anaknya? Karena sepulangnya dari pasar, ia bergegas ke toko kenalannya dimana ia titipkan putri kesayangannya. Lalu, anak tersebut tidak ada disana. Ketika ia bertanya dengan orang-orang di toko, katanya ada yg membawa putrinya dengan angkutan umum. Dan ia mengira, itu adalah mertuannya. Ternyata bukan. Lalu, siapa yg membawa putri kecilnya? Apakah dia diculik? Prasangka buruk fikirannya membuatnya semakin panik dan histeris.
"Anakku hilang!"
"Siapa yg membawa anakku!"
Tetangga-tetangga samping rumah yang masih merangkap sanak familinya pun berdatangan. Bertanya-tanya, ada apa gerangan dengan tetangganya itu?
***
Sementara di tempat lain, anak perempuan yang dicari, jenuh menunggu Ibunya. Ia sekarang berbaring di salah satu kursi panjang di depan rumah sakit. Sesekali ia menengok jalan di depan, barangkali ibunya sudah tiba. Tap nihil. Ibunya belum muncul juga. Sebenarnya, ia tadi dititipkan oleh Ibunya di toko seberang rumah sakit, tapi karena kondisi tubuhnya yang tidak sehat, aroma mie goreng instan begitu menyengat di hidungnya, membuatnya ingin pingsan. Orang di toko tsb. Tidak mengerti betul kondisinya, ia kesal. Dan akhirnya memutuskan menunggu saja di seberang. Ia tak tahu, kalau Ibunya sudah datang menjemputnya. Dan sudah kembali ke rumah. Karena bosan berbaring, ia akhirnya bangkit, menuju jalan raya yang ada di depan rumah sakit. Tak lama ia celingak-celinguk berdiri mencari sosok Ibunya, akhirnya sosok tersebut muncul juga. Ia tersenyum senang. Lalu kemudian keningnya berkerut. Karena Ia baru sadar  ibunya datang dengan motor, di bonceng oleh kakak pertamanya.
"Ibu dari mana saja? Kok lama sih? Terus, kok sama kakak?"
Pertanyaannya tak ada jawaban. Ibunya langsung menggendongnya naik ke atas motor..mendudukkannya dibelakang kakaknya. Apa yang terjadi? Benaknya menyimpan tanya.
***
Kisah diatas adalah kejadian nyata di hidupku. Anak perempuan tersebut adalah aku. Lucu jika mengingatnya sekaligus sedih. Lucunya, karena orang-orang pada panik mengira aku diculik. Haha. Dan sedihnya, orang yang sangat takut kehilanganku, kini telah pergi. Aku yang kehilangannya kini. aku sama histerisnya ketika Ia kehilangan aku dulu. Dengan kondisi yang sama, membuat tetanggaku kaget hingga berdatangan.  Bedanya, beliau masih bisa mencariku ketika hilang waktu itu, sementara aku tidak bisa mencarinya kemana-mana. Karena nyatanya ia tak hilang. Ia hanya pergi menghadap sang Pencipta. Love u more mom. Love u so much. Forever until jannah.
4 juni 2017
Mengenang 1969 hari kepergian Ummi

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)