Memuliakan Wanita yang Bernama Istri



Memuliakan Istri

Ia datang padaku hari itu dengan penuh kesah. Bercerita tentang suaminya yang ini itu. Maka, seperti halnya lalu-lalu, ketika seorang wanita datang padaku untuk berbagi, maka aku akan menjadi pendengar yang baik, bukan sekedar untuk memberinya solusi, namun yang terpenting sebagai pembelajaran dalam hidupku. Dan untuk kalian tentunya. Ia mulai mengisahkan suaminya yang tak memberinya nafkah, Tapi selalu meminta uang padanya untuk membeli sebungkus rokok. Meminta dilayani bak raja, namun tak beri hak kepadanya sebagai istri. Ditengah malam kehabisan rokok, disuruh pulalah istri yang tengah hamil tua pergi membelikannya di kios tetangga. Atau ketika air macet, bak mandi kosong, maka disuruhnya sang istri yang ngisi baknya. Subhanallah. Aku mincep mendengarnya, setelah sekian lama gebu jiwaku berdesak-desak untuk menikah. Khawatir dapat suami seperti itu. Maka, dari kisahnya,kujawab pula dengan kisah. Bahwa beberapa orang kawanku telah menikah. Dan mereka alhamdulillah dapat suami yang sholeh, paham agama, memuliakan wanita. Tak dibiarkan istrinya mencuci pakaian sendiri, maka dibantunya membilas atau menjemur. Tak dibiarkan istrinya lelah membersihkan rumah,maka diambil alihlah alat pengepel lantai. Lalu kulanjutkan mengisahkannya tentang seorang wanita-semoga Allah menjaganya- yang menolak laki-laki kaya raya dan tampan di kampungnya karena menginginkan suami yang paham agama untuk membimbingnya.
Oh duhai, betapa wanita tak perlu barang mewah sebagai pelengkap kebahagiaannya, meski kau beli kan ia daster 10. 000 rupiah pun, ia akan berbunga. Bukan sebab barangnya, tapi bentuk perhatianmu kepada seseorang yang melayanimu dan merawat anak-anakmu penuh kasih sayang.
Bukan yang berharta benda,bermobil mewah,berumah besar, yang didamba wanita sholihah. Yang paling utama adalah yang paham agama, bertaqwa kepada Allah, yang memuliakannya di dunia, dan membimbingnya hingga kesyurga.
Mengapa lelaki sholih yang jadi pilihan? Karena segala akhlaknya kepada istrinya terpanut oleh junjungannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Kata beliau :
“sebaik-baik diantara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya” HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah.
 
 
Maka jadilah ia suami terbaik dengan segala kekurangannya. Menjadi pemimpin, pelindung, guru, dan sahabat terbaik untuk istrinya. Karena ia telah mengambil perjanjian berat di hadapan rabbnya. Dan telah mengambil wanita dari keluarganya. Maka sepatutnya ia perlakukan ia sebagai seorang istri, bukan sebagai pembantu.
Sekian. 

Mamuju Tengah ditengah panas terik,
17 september 2017


Afyifdsa

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"