Di Tepian Jurang



Untuk seseorang yang hampir-hampir saja berputus asa,
Yang seakan-akan hidupnya berakhir esok pagi,
Yang merasa dirinyalah yang paling kurang beruntung di dunia ini,
Yang menganggap duka dan lukanya yang paling dalam saat ini,
Aku ingin kamu buka jendela...
Menengok awan gelap di angkasa, yang kemudian setelahnya mentari bersinar kembali.
Itu bukan hanya kejadian alam, tapi sebuah pengingat bahwa akan silih berganti datang badai dan damai, agar ada keseimbangan di bumi.
Hidupmu pun begitu. Duka lara dan bahagia takkan pernah kekal...
Akan silih berganti mendatangimu yang mungkin kini sudah sangat lelah dengan hidup.
Itu juga keseimbangan. Biar kamu tetap layak disebut manusia.

Bukan kamu tak berhak dapat bahagia seperti yang lain,
Hanya saja "waktumu" belum tiba.
Toh, yang kamu lihat diluar sana sumringah, bisa jadi hidupnya lebih berbadai ketimbang kamu. Dia cuman tak ingin dunia luar tahu perihalnya.

Untukmu yang kini diam-diam menghapus jejak tangis di pipi,
Tak apa air matamu tumpah, tak apa kamu jatuh,
Tapi jangan bosan mencoba.
Mencoba untuk bangkit...
Mencoba untuk kuat...
Mencoba untuk tabah...
Mencoba untuk menopang tubuh...
Meski sendiri, meski hampir ingin mati, meski luka, meski lara,
Hadiah terindah itu pasti datang pada akhirnya. Kamu hanya perlu percaya.
Hadiahnya bisa kamu ambil di dunia, atau kamu petik di surga. Salah satunya atau kedua-duanya. Semua adalah baik, karena itu adalah pemberian terbaik dari Penciptamu atas nilai yang paling berharga, sabar.

Tutup jendela sekarang.
Matikan lampu.
Berbaringlah dengan tersenyum mengingat semua mimpi yang ingin kamu raih kedepan.
Esok hari semoga kamu menjadi manusia yang lebih baik. Tak ada lagi manusia kemarin yang berputus asa akan takdirnya.
Karena kepercayaan itu kembali. Bahwa apa pun yang terjadi, semua telah tertulis. Hanya perlu menjalani.
 "Waktumu" akan tiba pada waktunya.
.
.
.
📷 https://pin.it/az2wsmgcg4hlip

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"