Aisyah dan kakeknya



Pendidikan bagi seorang anak harus dimulai sejak dini (bahkan sejak dalam kandungan). Pun saya menyadari itu. Tapi terkadang Memberi nasihat kepada orang lain ternyata lebih mudah ketimbang mempraktekkannya pada kehidupan sendiri. Inginnya mendidik dengan lemah lembut, tapi justru yang keluar dari lisan adalah amarah. Meski belum memiliki anak sendiri, namun profesi saya mendekatkan saya dengan dunia anak-anak. Begitu pula ketika saya harus kembali ke kampung halaman, saya harus berhadapan setiap harinya dengan satu ponakan yang sangat "pintar". Aisyah namanya. Si kecil yang berumur 3 tahun ini saya tinggal ketika masih belum mampu berkata-kata. Tetapi setelah satu tahun akhirnya bertemu lagi, dia sudah memiliki banyak kosa kata. Dari bahasa daerah hingga bahasa Indonesia. Dari kata berkonotasi buruk hingga yang baik. Dia seperti keponakan saya yang lain, orang dewasa terperangkap di tubuh anak kecil. Sok tahu, kritis, dan banyak tanya. 
Orang di rumah ; Ibu, Ayah, paman, dan kakeknya, banyaknya memberi contoh (baik dan buruk) pada perkembangannya. 
Saya terkadang lelah juga, setelah berbicara panjang lebar memberi tahunya jangan begini jangan begitu, tetapi orang dewasa di rumah justru menunjukkan hal yang dilarang. Saya tidak menganggap diri saya sempurna dalam mendidik, tetapi betapa tingkat pendidikan dan wawasan itu sangat penting (terlebih bagi seorang Ibu). Dan pada Aisyah saya belajar banyak sebelum saya pada suatu hari nanti mendidik anak sendiri. 
Contoh yang saya berikan padanya beberapa waktu lalu yaitu "tidak boleh berkata yang buruk". Karena di rumah kalimat-kalimat yang tidak pantas dan tidak enak di dengar sering terlontar dari orang dewasa. Dan si kecil Aisyah dengan mudah menirukannya. Seperti kata "bodoh", "jelek", "orang jelek". 
Dan siang tadi, atas rahmat-Nya kemudian ikhtiar yang saya lakukan dengan mengajarkan sedikit-sedikit, ternyata ada hasil. 
Sayup-sayup saya dengar percakapan Aisyah dengan kakeknya di kolong rumah. Dia memang sangat dekat dengan kakeknya. Makanya, banyak kata serapan dari kakeknya pula yang dia tiru. 
"Tidak boleh bilang bodo', puang!" Nasihat Aisyah pada kakeknya. 
"Bilang apa pale?" Tanya kakeknya.
"Bilangki' anak Sholehah" jawab anak kecil tersebut. 
Saya memang kerap memanggilnya demikian ; Aisyah anak sholehahku, aisyah pintar, Aisyah cantik, dan kalimat positif lain. Bukan untuk memuji, melainkan sebagai do'a untuknya. Agar kelak ia tumbuh seperti apa yang saya ucapkan hari ini padanya. Aamiin yaa Rabb.

Ternyata, nasihat sederhana yang kita katakan pada anak itu sangat berpengaruh. Seburuk apapun lingkungan yang mengelilingi anak-anak, jangan sampai semangat mendidiknya dengan nilai islami menjadi pudar. 
Walau masih banyak kekurangan dan sulit mengontrol diri, semoga usaha kecil kita berbuah pahala disisi-Nya. 

Semangat mendidik generasi, duhai Ibu. 
.
.
.
📷 https://pin.it/gZZm1sN

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)