Gara - gara Satu Kata



Menjadi seorang pemikir ada enaknya dan juga ada tidak enaknya. Enaknya, kita bisa menyaring lisan sebelum dia berhasil mengeluarkan satu kata atau kalimat. Biasanya, orang yang pemikir, dari jauh-jauh hari atau beberapa jam sebelum melakukan sesuatu atau bertemu seseorang sudah merencanakan "saya akan membicarakan ini, saya akan membahas itu", tapi pada saat sudah tiba waktunya justru kembali berpikir "ngomong nggak, ya? Gimana kalau malah jatuhnya canggung ngomongin hal tersebut? Gimana kalau si dia jadi sakit hati? Bla bla bla". Sehingga, ujung-ujungnya nggak jadi ngomongin yang sudah direncanakan berhari-hari. Wkwk.
Nah, jika membahas hal yang tidak enaknya, orang pemikir itu mudah sekali stress. Karena mudah kepikiran hal sekecil apapun. Yang mungkin bagi orang lain "ah, ngapain sih, mikirin hal begitu" atau "yaa ampun, itu hal yang sangat tidak penting untuk dipikirkan". Tetapi, sebesar apapun si pemikir mensugesti dirinya untuk tidak memikirkan hal remeh tersebut, tetap saja otaknya akan bekerja keras. Terutama di malam hari pada saat tubuh sudah ingin berehat, otak malah nggak mau berhenti jalan. Namun, dari sini biasa muncul banyak ide juga. 
Si pemikir ini nggak cocok sebenarnya menderita penyakit yang kalau kata dokter "harus istirahat cukup dan nggak boleh stress". Misal penyakit maag akut yang saya derita. Hal remeh saja bisa saya pikirkan dalam jangka waktu lama, apalagi jika menghadapi masalah yang cukup besar dan rumit. Sudah sakit kepala plus asam lambung naik. Dan pastinya sulit tidur. 
Beberapa waktu lalu, ada cerita konyol yang saya alami. Karena saya dan salah seorang teman sedang menggarap sebuah project tulisan, maka beberapa hal saya pikirkan, dari konsepnya bagaimana, saya akan bercerita seperti apa, dan lain-lain sebagaimana yang lalu-lalu ketika saya ingin menulis sebuah cerita. Jam tidur jadi kacau. Palingan bisa terlelap pada saat dinihari. 
Nah, saat memikirkan hal tersebut, terangkailah di otak saya sebuah kata yang pernah saya dengar dari sebuah podcast pernikahan. Dan subhanallah (mari tertawa dahulu), pernah nggak sih, kalian mengalami hal yang sama dengan yang saya alami, ingin mengucapkan sebuah kata sudah mau sampai di ujung lidah, tapi otak tidak memberi respon. Alias saya lupa. Sangat lupa. Bayangkan, gara-gara memikirkan satu kata itu, saya baru bisa tidur pada saat dinihari, dan terlelap tanpa mengetahui kata apa yang ingin saya sebut. Saya sudah menebak ooh ada huruf P-nya, ooh sepertinya ada huruf H-nya, tapi apa? Ooh kayaknya pake huruf M. Wkwkwk. Dan pada akhirnya, tanpa sengaja keesokan harinya, pada saat menyikat gigi, otak saya berhasil mengingat satu kata itu tanpa berfikir panjang. Haha. Mengesalkan sekali. 
Setelah membaca uraian soal si pemikir, kamu siap tidak, jadi orang yang selalu saya pikirkan setiap hari? *Eh

Canda, ya. Kalau mau dipikirin seseorang gampang saja. Cukup berhutang sama dia. Maka kamu akan di pikirkan sepanjang waktu. Hehe. Pikirin gimana caranya nyari alasan buat bayar. Waduuh. 
Jiahaha.
.
.
.
📷 https://pin.it/6zP567f

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)