Selangkah untuk Sebuah Mimpi



Setidaknya saya sudah mau melangkah, meski baru sedepa. Tak apa. Bukan soal seberapa jauh. Tapi seberapa berani untuk memulai. Pun nantinya tak sesuai ekspektasi, saya tetap mengharapkan pahala atas niat. 

Menjadi orang yang berbeda, apalagi di sebuah pedalaman yang masih asing perihal perubahan dan kemajuan berpikir, sangat sulit. Apalagi sendiri. Yang ini sedari dulu jadi keluhan. Wkwk. 
Inginnya segera dapat parnert yang sepemikiran, sejalan, seiya sekata. Tapi, namanya idealisme itu, tak segampang membalikkan telapak tangan. Sekian perjalanan saya mencari, yang sesuai kriteria belum ketemu. Entah ada di belahan bumi mana. Ketika ada yang menawari sebagai parnert, saya selalu berprasangka, mungkin yang saya inginkan bukan yang saya butuhkan, sehingga berlapang dada untuk menerima. Lalu akhirnya kandas di awal atau pertengahan jalan. Berkali-kali. Sangat kerap terjadi. Mungkin menurunkan kriteria bukan lagi solusi. Karena bagaimanapun inginnya, termasuk meruntuhkan idealisme, kalau dia bukan parnert yang Maha Kuasa takdirkan, tetap saja akan selesai sebelum waktunya. 
Waduuh, sudah nyasar kemana-mana bahasannya. Wkwk. 
Perihal mimpi yang saya bangun, dari banyaknya list, menunggu parnert sepertinya tak lagi jadi patokan. Sendiri saja melangkah. Kita butuh diri sendiri untuk tetap kuat dan berani. Menggantungkan harap pada yang lain selalunya membawa kecewa. 
Zona nyaman lagi-lagi meninggalkan. Mari memulai dari nol untuk mimpi yang lebih besar. Bi'idznillah.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)