Jelajah alam dan sebuah monolog


Langit biru, arak-arakan awan, hamparan air jernih, gunung hijau, adalah hal yang selalu saya nikmati dalam perjalanan. Senang sekali, kalau berangkat taklim ke LH, menikmati perjalanan dg monolog hati ditemani pemandangan waduk antang yang bikin tidak ingin berpaling (jadi makin rinduu). Atau perjalanan pulang ke Mamuju, yang sepanjang jalan Sulawesi barat kebanyakan gunung, lembah, dan laut biru. Ada yang suka dengan perjalanan seperti saya atau malah jadi tidak betah duduk berlama-lama di atas kendaraan?

Hal lain yang membuat saya dalam perjalanan adalah berbicara dengan diri sendiri atau bermonolog. Kadang, justru bisa bikin puisi satu tema hingga sampai ke tempat tujuan. 
Bagi saya, tujuannya jadi tak begitu penting. Karena saya menikmati proses perjalanannya. Deru angin, klakson kendaraan, lalu lalangnya manusia dengan segala macam aktivitas, atau apapun yang bisa saya lihat ketika dalam perjalanan. Merenungi banyak hal. "Ternyata orang nyari rezeki banyak caranya", "capek sekali kelihatannya si tukang becak mengayu", "pedagang yang dorong gerobak sudah seberapa jauh, ya perjalanannya", "orang di mobil mewah itu apa bisa sebahagia dengan tukang asongan yang tetap tersenyum di tengah terik?", "Aduuh, kenapa malah mata kesasar kedua orang yang berjubah dan berpakaian gelap boncengan diatas roda dua. Kapan bisa kayak gitu, ya Allah?" Hahaha. Hey, itu mata makanya jangan suka kemana-mana. Jadi baper, kaan. Wkwk. Mulai ngelantur lagi.

Pernah ada teman, tukang jalan, kemana saja, mengunjungi tempat belanja, toko, rumah teman, aduuh, padahal saya tidak nyaman sama sekali di tempat begitu. Apalagi harus ketemu orang baru. Harus memulai percakapan. Harus basa-basi. Hal yang sangat saya benci. 
Pun pernah teman kerja, ngajak ke tempat berenang khusus wanita. Bukan hanya sekali. Berkali-kali bahkan di paksa, karena teman kerja yang lain juga ikut. Sampai saya dibayarkan, biar mau. Wkwk. Dan saya sangat tidak nyaman. Pokoknya nggak suka sama tempat begituan. 
Giliran teman ngajak ke Malino, cuuslah. Tanpa pikir panjang langsung mengiyakan. Meskipun perjalanannya cukup jauh, belum lagi ongkos disana. Tapi saya lebih rela berkali-kali lipat kesana. 
Karena buat saya, alam itu memberi energi positif. Dengan hanya memandang pohon, gunung, air mengalir, dedaunan kering yang terbawa angin, rintik hujan, apapun itu, akan membuat saya bahagia. Beban sedikit berkurang. 
Beberapa hari yang lalu, akhirnya kesampaian lagi buat jalan. Abang saya pengen ke pantai. Saya senang sekali. Biasanya, ketika keluarga ngajak jalan, dalam hati sudah ngedumel, bakal ke rumah keluarga siapa lagi? Akan selama apa disana? Ngapain kesana buang-buang waktu mending di rumah tidur. Haha.
Kesimpulannya, orang introvert nggak suka tempat ramai dan diajak bersosial dalam jangka waktu lama. Tapi kalau tempat yang tak banyak manusianya dan view-nya bagus, bolehlah. Hihi.



Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)