About Her #part3 (Teman Terbaik)



Awal perkenalan kami di tahun 2012, semasa menjadi MABA (Mahasiswa Baru). Kami sekamar ketika itu di pesantren 3 hari (program wajib kampus). Kesan pertama, tak ada yang berarti. Dia lebih memilih sendiri ketimbang bergabung dengan yang lain. Pertemuan kedua kalau tidak salah ketika hari pertama masuk kampus. Mulai saling mengenali, bertanya alamat (dan ternyata kami berdekatan), dan basa-basi singkat. 
Pertemuan selanjutnya, ternyata lebih menyenangkan. Dia pendengar yang baik, berfikir modern, sederhana tapi terkadang mengejutkan. Dia menguasai jurusan yang sama-sama kami pilih. Karena lebih dahulu terjun kedalamnya semasa sekolah menengah kejuruan, yang berbeda jauh denganku, melompat dari bidang pertanian. Dia tak sekadar teman bagiku, tapi juga guru, sahabat, dan saudara. Kami seperti kembaran, dimana ada dia selalu ada aku (jadi kayak lagu. Wkwk), sampai-sampai setiap dari kami jalan sendirian pasti ditanya sama teman sefakultas, si itu mana? Hehe. Masya Allah.
Tak ada rahasia diantara kami. Setiap sisi kehidupannya, yang manis atau pahit sudah pernah kudengar. Pun aku, tak ada yang luput kuceritakan meski pun hal yang sepele. Dia yang banyak tahu tentang segala perasaanku, tentang suka suka di dalam keluargaku, tentang uneg-uneg ke teman kosanku, tentang orang yang mendekatiku, dll. Dia bukan sejenis teman yang suka menggurui, tapi selalu mengajarkan banyak hal, terutama akuntansi yang sama sekali tak kupahami diawal masuk perkuliahan. Tidak ingin selalu diatas, namun selalu menemani disamping. 
Disaat aku mulai berubah, dia banyak bertanya, kritis tapi tak membantah. Berkali-kali kuajak, meski tak pernah ingin memaksa, qadarullah dia belum bisa, namun dia selalu memahami hal-hal yang disampaikan berkaitan dengan ilmu agama. Dia adalah salah satu wanita yang kurindukan ketika kembali ke kampung. Dia kumasukkan dalam list sahabat tersayang. Tidak pernah membiarkanku kerepotan sendiri dalam mengurus tetek-bengek dunia perkuliahan. Mulai dari tugas RMK, pengurusan nilai, pembayaran SPP, belanja SKS, sampai pada akhir pengurusan skripsi. Intinya dia adalah teman yang sangat bisa diandalkan. Bahkan, ketika kami mulai kuliah kerja nyata, dia adalah orang yang paling sibuk meladeni teman-teman cowok yang seposko dengannya yang sangat kepo dengan diriku. Menjelaskan tentang hal-hal detail kepada mereka, misal bagaimana caranya aku makan. Haha. Bicara soal makan, Jadi ingat tempat nongkrong kami sehabis beli gorengan di lantai 3 fakultas. Dia setia menemaniku makan disana, tanpa pernah mau makan di kantin selama 3,5 tahun kami di kampus, karena aku tidak bisa makan di tempat ramai begitu.
Dan yang paling kuingat adalah ketika aku dikampung halaman, sementara dia kerepotan mengurus ijazahku di kampus. Dia pula yang tiba-tiba sadar akan kejadian mengenai berkasku yang ganjil. OMG! I love so much, my friend. U all the best. Semoga hidayah segera menyapamu, sist. :")
Hari ini kami baru bertemu kembali setelah sekian lama tak berkomunikasi (Dia memang sejenis manusia tak memakai sosmed dan jarang memegang handphone). 
Masa-masa perjuangan di kampus tiba-tiba berputar di benakku ketika melihatnya. Segala ketulusannya selama kami berteman membuat kaca-kaca di retinaku. Ah, dia adalah salah satu teman terbaik yang kumiliki. Meski dia tak banyak paham soal agama, meski dia tak berkerudung besar seperti teman-temanku yang lain. Tapi akhlaknya jauh melampaui mereka-mereka yang katanya adalah anak-anak pengajian. 
Dear, aku nggak punya apa-apa untuk aku kasih ke kamu sebagai balasan apa yang selama ini kamu kasih. Aku cuma bisa minta ke Allah agar kamu diberi yang terbaik, dunia dan akhirat. Thank you for all. Aku nggak tahu, bagaimana aku tanpa kamu, duhai teman seperjalanan.


Salam cinta dan rindu,
Your Wy'


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)