Mencari Jalan Pulang


Sebelum melanjutkan tulisan ini, aku mau terima kasih ke kamu yang sudah sangat setia menjadi temanku di blog ini, meski cuman sebagai silent reader. Aku bisa liat gimana usaha kamu memantau tulisanku satu persatu. Aku nggak bisa kasih feedback berupa hadiah (karena bagi seorang penulis kacangan kayak aku, ada yang baca tulisan kita meski hanya satu orang itu udah suatu kesyukuran banget), cuman bisa do'ain kamu semoga senantiasa bahagia.
***
Akhir - akhir ini aku merasa sangat membenci diriku. Membenci pikiran - pikiranku tentang hal - hal di masa lalu yang datang hanya untuk menambahkan luka.
Suatu waktu aku pernah mengucapkan kata - kata bulshit kepada seseorang, dan dia satu - satunya yang pernah kulontarkan kata - kata itu meski hanya lewat pesan singkat. Apa aku menyesal? Ya. Aku salah telah mengucapkan itu, dan pada akhirnya pergi. Pergiku pun dengan alasan yang sangat jelas, sejelas matahari disiang bolong, dia tidak punya kepastian, tidak ada komitmen, tapi tetap ingin aku tinggal. Aku menyerah pada hubungan kami yang memang hanya ngambang dipermukaan seperti kotoran di laut, nggak enak sama sekali untuk dilihat. 
Hingga akhirnya datang seseorang lain, yang memberi janji masa depan lebih baik. Detik itu aku telah move on sebesar - besarnya. Tak lagi kumenoleh ke masa lalu. 
Tapi yang datang itu ternyata memberiku luka lebih dalam, lebih sakit, lebih perih, lebih membekas, yang hingga sekarang membuatku masih setengah waras setengah gila. Karena kegilaan itu pula aku tiba - tiba saja menghubungi masa lalu itu, menceritakan sakitku, bagaimana patahnya hatiku, bagaimana hancurnya duniaku karena ditinggal saat sayang - sayangnya. Tapi si masa lalu itu benar - benar tak punya perasaan, tak ada simpati. Apakah memang semua laki - laki sama? 
Aku ingin berhenti dari segala "kegilaanku" sekarang, tapi aku belum tahu caranya. Aku belum juga tahu cara jalan pulang setelah tersesat jauh.
.
.
.
📷 https://pin.it/3HsyOaK

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)