Pelajaran hidup dari Ibu

 



Ibu adalah orang yang tidak suka menggurui. Beliau hanya menunjukkan sikap, bagaimana seharusnya menjadi pribadi yang baik.

Ibu adalah orang yang senang berbuat baik. Sekecil apapun itu. Tak meluluh perihal uang. 
Saya masih ingat, hari itu sedang hujan deras. Lalu ada orang yang berteduh di depan rumah. Beliau memanggilnya masuk ke dalam rumah. Padahal orang tersebut tidak dikenalnya. Lalu mereka  dibuatkan teh dan disajikan makanan. Sederhana sekali. Tapi, bagi saya itu hal yang luar biasa. 

Beliau suka berbagi ke tetangga. Walaupun sedikit. Yang penting tetangga juga bisa mencicipi apa yang beliau masak. 
Pernah pula suatu waktu, saya masih SD kayaknya. Ada sepupu yang datang berkunjung ke rumah. Sepupu saya ini kepengen sekali makan jeruk Bali. Alhamdulillahnya di kebun lagi berbuah. Beliau akhirnya kesana memetiknya bersama saya. Dijolok pake bambu atau apalah saat itu. Karena pohonnya lumayan tinggi, penjoloknya tidak sampai. Terus beliau naik di atas pohon sawit yang sudah rebah. Qadarullah, beliau terpeleset. Dan betik bagian belakangnya berdarah-darah. Saya sampai nangis-nangis karena khawatir. 

Beliau wanita paling sabar yang pernah saya kenal dalam hidup. Jikalau pun beliau disakiti orang-orang sekitar, beliau hanya menangis diam-diam di kamar. Tak ingin menunjukkannya kepada siapapun, termasuk saya sendiri, putri bungsunya. Tapi saya tahu, dan melihatnya. Ketika ada masalah, Orang-orang di rumah mungkin tidak tahu apa yang terjadi. Tapi saya, meski saat itu masih kecil, melihat bagaimana perjuangan beliau, bagaimana beliau menyembunyikan lukanya kepada orang-orang. 

Beliau tak pernah ingin merepotkan siapapun. Bukan tipe ibu-ibu yang tukang suruh-suruh. Menuntut ini-itu kepada anak-anaknya.

Berlembar-lembar tulisan belum cukup rasanya menggambarkan dan menceritakan perihalnya.
Beliau bagi saya, senyap yang bersinar. Tak perlu banyak kata untuk menunjukkan bahwa "saya ini orang baik". Cukup orang di sekeliling jadi saksinya. 
Semoga Allah merahmatinya,Ibuku, ettaku, Bahriah Djagong Rahimahallahu ta'ala.
.
.
.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"