About Marriage (Refleksi diri)

About Marriage

(Sebuah catatan untuk diri agar tak berekspektasi tinggi mengenai pernikahan)



Saya sampai di sebuah titik kesadaran bahwa pernikahan bukanlah suatu pencapaian. Pernikahan hanyalah bagian dari tahapan hidup seorang manusia. Sebagaimana kelahiran, proses pendewasaan, menikah, punya anak, dan lainnya. 


Pernikahan adalah perjalanan bukan destinasi. Setidaknya begitu kata mbak Rinai Hujan dalam sebuah novel gagalnya. Wkwk. Dan menjadikan pernikahan adalah tujuan mencapai kebahagiaan salah besar, menurut saya pribadi. Kenapa? Karena ketika kita sandarkan kebahagiaan pada pernikahan, apakah nantinya pernikahan itu sesuai ekspektasi atau justru jauh dari apa yang kita khayalkan selama ini? Kita tak pernah tahu sebelum menjalaninya.


Karena di dalam pernikahan tentu saja bukan hanya tentang romantisme dua manusia. Lebih kompleks dan tak lepas dari ujian. Pun sama halnya ketika kita menyandarkan kebahagiaan pada seseorang yang nantinya akan jadi pasangan kita, apakah ketika nampak kekurangan dan kesalahannya kita akan menjadi orang yang tak bahagia? 


Lalu, harusnya bagaimana? 


Hadapi pernikahan sebagaimana dulu kita menjalani proses atau tahapan hidup yang lain. Ketika pertama masuk sekolah, pertama kali masuk perguruan tinggi, memang akan ada dunia baru yang kita dapatkan, tetapi euforianya mungkin tak perlu berlebihan. Toh, yang akan kita temani nantinya juga manusia biasa. Bukan malaikat yang akan memberikan senyum setiap hari. Bisa jadi, akan memberi tangis berhari - hari. 


Cinta berlebihan pada makhluk kan, juga tidak boleh. Sewajarnya saja. Mencintai karena memang diperintahkan untuk itu, namun tidak menempatkannya pada kedudukan tertinggi dalam cinta. Dia juga diciptakan sama halnya seperti kita. Yang patut kita cintai setinggi-tingginya dan paling tinggi adalah pencipta dari pasangan kita. 


Kenapa saya menuliskan ini untuk diri saya? Karena supaya saya tak berkhayal ketinggian terhadap pernikahan. Pernikahan ini adalah wasilah untuk menjadi hamba yang lebih sempurna ibadah-Nya. Bukan untuk ajang senang - senang dan beristirahat dari ujian hidup. 


Jadi, gimana? Sudah siap menikah belum?



Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)