Barang Kenangan



Setelah membongkar barang-barang bekas di gudang ketika ramadhan, dan sempat sedih karena buku-buku bacaan jaman ketika sekolah nggak ketemu, akhirnya tadi bongkar barang part ke 2. Giliran barang-barang bekas di atas loteng yang jadi sasaran. 
Ternyata disana banyak juga barang-barang kenangan yang tersimpan tidak rapih, dan sudah banyak yang hancur di makan rayap. 

Ibu Rahimahallah adalah tipe orang yang tidak bisa membuang sesuatu. Seremeh apapun barang tersebut bagi orang lain, bagi beliau apapun barang-barangnya, selagi itu miliknya dan bisa digunakan lagi, pasti akan disimpan. Makanya, di rumah  banyak sekali barang bekas yang kami tidak tahu disimpan untuk apa. 

Ramadhan kemarin, ketika membongkar barang-barang di gudang, banyak sekali barang yang akhirnya kami buang begitu saja. Bukan tak menghargai, cuman kami juga tidak tahu untuk apa disimpan memenuhi sudut rumah. Tentu lebih enteng dan lega jika barang-barang yang tak terpakai "diungsikan" saja. 

Nah! Tadi, saat menurunkan barang yang di loteng, saya dan Abang pertama menemukan beberapa barang yang usianya mungkin sudah setengah abad. Dari parut listrik, radio, tas makeup, barang pribadi milik ibu Rahimahallah, dll. 

Dan yang spesialnya, beberapa dus barang kenangan milik saya pribadi. Pakaian saya ketika masih bayi, tas jaman sekolah, sepatu, seragam yang dicoret-coreti sewaktu pelulusan di SMK, buku catatan dan buku fotocopyan pelajaran, buku bacaan, atribut paskibraka, pensil warna, lukisan-lukisan saya (jaman SD sampai SMP suka sekali melukis bahkan saat itu menjadi pelukis adalah salahsatu hal yang dicita-citakan. Maklum, belum tahu perihal hukum menggambar makhluk bernyawa), hasil sulaman pertama saya ketika diajari oleh Ibu Rahimahallah, alat sulam dan rajutan, sampai bedak tabur Viva yang sering dulu saya gunakan waktu SMP masih terselip di tas selempang yang saya pakai jaman putih biru itu. Sebelas tahun dia berada di dalam tas tersebut tanpa ada yang memindahkannya, sampai akhirnya saya temukan, dan saya buang tentu saja karena sudah kadaluarsa.

Segala hal yang berkaitan dengan masa lalu mungkin bisa kita ibaratkan barang kenangan. Ada masanya, hal itu kita simpan, meski disuatu tempat yang tidak ingin kita lihat. Kita masih menyayangkan jika langsung membuangnya. Namun, ketika masanya sudah kadaluarsa, sudah usang, berdebu, hancur, tak ada gunanya untuk disimpan lagi kecuali hanya akan mengotori rumah. Ikatan kita dengan momennya pun mungkin sudah nampak samar di benak. Tak ada lagi momen manis saat mengenangnya. Kecuali barang kenangan yang masih berharga dan tak pernah habis nilainya, seperti buku. 

Jadi, pertanyaannya, jika punya barang kenangan, pantasnya dibuang atau disimpan?

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"