Sebuah Surat #1


Kota Kita, 2 Maret 2017

Assalamu 'alaikum
Bagaimana kabarmu, Nay? Sudah lama sekali ingin menanyakan ini padamu. Tapi saya selalu urung. Bukan karena lupa atau tak rindu. Hanya, kufikir waktu sudah membuang perihal kita di kotak kenangan dan benakmu.
Bertahun-tahun pergi, lalu kembali. Ya, sekarang saya sudah kembali ke negeri kita lagi. Mengurai semua rindu yang terkumpul. Tentang kota kita, keluargaku, dan juga kamu.

Apa kamu masih menulis seperti dulu? Sudah sangat lama saya mencari namamu di berbagai sosial media, tapi nihil. Padahal, salah satu hal yang bisa mencairkan rinduku ke kamu adalah tulisan - tulisanmu yang dulu. Saya hanya bisa membaca tulisan lama, yang pernah kamu kirim di email, 7 tahun yang lalu.

Nay, bolehkah kuajukan tanya sekali lagi. Tentang perasaanmu yang pernah kamu peruntukkan untuk saya. Masihkah sama?

Nay, saya kehilangan jejakmu. Jika kamu membaca ini, tolong hubungi saya. Apapun statusmu saat ini. 

Akhsa.

***

Sebuah surat adalah cerpen berseri. Part tentang Nay akan menyusul, ya. Tengkyu.

Oh ya, jika kalian diberi kesempatan untuk menuliskan satu surat, kalian akan menuliskan apa dan ditujukan kemana? Boleh langsung email aku jika kalian punya surat yang tersimpan dan nggak tahu mau dikirim kemana. Kalau kalian berani, sih. Hoho.


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"