About Her #part5 Sahabat Sefrekuensi



Kami baru mengenal setahun dua tahun belakangan ini. Kesan pertama, kukira beliau seumuran denganku. Ternyata dia lebih senior. #tabesenior *hehe
Orangnya kalem sekali, Masya Allah. Sama kayak diriku. Jiahaha. Hari itu, dia datang ke tempat kerja, kami berkenalan. Saling tukar nama dan asal daerah. ternyata kami lahir di daerah yang sama. Setelah basa-basi ringan, kami berdua bekerja dalam senyap. Aku belum menilainya sebagai orang yang berkarakter sama denganku. Mungkin masih canggung dengan orang baru, begitu pikirku. 
Hari-hari selanjutnya kami lewati sama-sama di tempat kerja. Berbagi tugas menjaga dan menceboki siswa baru. Haha. 
Beliau ini lembut, anggun, tenang. Sifat kewanitaannya terlihat sekali. Jauh  dengan sifatku yg sukanya marah-marah dan meledak-ledak. Wkwk. Kami belum dekat waktu itu, dalam artian bebas berbagi cerita apa saja. Karena beliau ternyata (baru kutahu belakangan ini) belum sepenuhnya sepemahaman denganku soal prinsip beragama. 
Singkat cerita, beliau jatuh sakit, dan harus resign dari tempat kerja kami. Beliau kembali ke kampung halaman. Kami masih sesekali berbincang via WhatsApp. Aku kerap mengirim link tulisanku di blog, dan beliau jadi pembaca setia. Kerap dia meninggikan, namun aku sadar diri, aku tak setinggi itu. Apalah aku ini yang hanya remah-remah biskuit Hong guan. Wkwk.

Beberapa bulan yang lalu, beliau datang. Kami akhirnya melepas rindu. Berbagai cerita mengalir begitu saja, dari soal pengajian sampai taarufan. Hari-hari berikutnya, komunikasi kami makin intens. Chat-an di WA sudah banyak sekali, bahkan sudah bisa jadi satu buku kalau di cetak. Haha. 
Aku tiba-tiba merasa menemukan apa yang hilang. Teman sefrekuensi, satu karakter, bahkan pernah ada yang bilang kami seperti anak kembar, teman berbagi, pendengar yang baik. Akhirnya, sahabat yang pergi Allah ganti dengan yang lebih baik, insya Allah. 
Dengannya, aku tidak merasa sendiri lagi. Ia tempat curhat yang nyaman, seperti Ibu. Segala perihal dibahas di chat. Urusan hati, prinsip, dan hobby. 
Beliau satu-satunya orang yang selalu mensupportku dalam menulis. Oh ya, sebenarnya beliau juga suka menulis. Dan tulisannya keren-keren. Tapi sayang, blognya sudah di hapus. Semoga suatu hari nanti beliau buat blog lagi, dan melahirkan tulisan-tulisan yang penuh inspirasi, ya. 
Akhir kata,  aku mau bilang Tengkyu somach ukhti sayang. 
Terima kasih mau menjadi teman dan pendengar setia. Pembaca yang tak bosan membaca tulisan-tulisanku yang kacau dan tak berfaedah. 
Semoga Allah memberkahimu, menyehatkan jasadmu, membahagiakan hatimu, dan segera mempertemukanmu dengan seseorang yang tepat, yang kelak dengannya sehidup sesurga. 
Allahumma aamiin. (Coba ada kakakku ikhwah, kulamar maki sekarang jadi kakak iparku, hehe).

Luv pake banget sekali. Peluk jauh dengan rindu dan sayang. 
Bahagia teruski kakak senior yang lebih suka kupanggil "ukh". 
Uhibbukifillah, yaa habibatiy.
.
.
.
📷 https://pin.it/nfofl2jvnrktgr

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)